10. Akhir Cerita Seli

3.3K 285 7
                                    

Mata Bumi mengitari sekeliling. Tiba-tiba dia menangkap bayangan seseorang berpakaian hoodie hitam. Mukanya tersamarkan karena tertutup masker. Sementara di lehernya tergantung kamera. 

"Woi ... siapa lo!" teriak Bumi geram. 

Dia segera mengejar lelaki pemegang kamera itu. Feeling-nya mengatakan jika orang itu sudah mengawasinya dari kemarin. Sayang lari Bumi kalah cepat. Dirinya kehilangan jejak pria misterius itu.

Dengan perasaan sedikit kecewa, Bumi kembali menemui keluarganya. Orang tua si penunggang kecil itu tampak berkali-kali meminta maaf pada Layla dan Azriel. Keduanya berlalu setelah dimaklumi oleh Layla.

"Mas Bumi ngejar siapa?" tanya Layla begitu Bumi menghampiri.

"Kayaknya ada yang nguntit kita," balas Bumi dengan napas yang sedikit tersengal.

"Oh ya?" Mata Layla sedikit terbeliak.

"Hooh, sayang banget aku gak bisa ngejar dia," sesal Bumi sambil menggeleng, "gimana kalian gak papa?" Matanya menatap Layla dan Azriel secara bergantian.

Layla tersenyum manis. "Alhamdulillah kami baik-baik saja. Terima kasih banyak untuk pertolongannya," ucapnya tulus.

Tidak lama Seli datang bersama anak-anak. Chelsea dan Kenzi terlihat begitu bergembira. Keduanya tertawa terbahak-bahak. Mereka saling berbagi cerita mengenai pengalaman menaiki kudanya masing-masing.

"Tadi aku lihat Papa lari-lari. Emang lagi ngejar apa, Pa?" tegur Chelsea begitu menghampiri ayahnya.

"Iya, kayak lagi ngejar maling saja." Seli menimpali omongan sang putri.

"Papa lihat ada orang yang ambil foto papa dan Tante Layla sembarangan," balas Bumi jujur, "begitu ketahuan orangnya langsung lari. Mencurigakan."

Seli memincing. "Paparazi?"

"Ya semacam itulah."

"Tapi kamu bukan artis lho, Bang," tanggap Seli tergeli. Bibirnya mengulum senyum.

"Itu dia ... aku sendiri perasaan gak punya musuh juga." Bumi yang heran mengelus dagunya yang sedikit dipenuhi bulu. "Dan aku sudah merasa dibuntuti sewaktu kita pergi ke water park kemarin."

"Jangan-jangan orangnya Panji," celetuk Seli keceplosan.

"Ayah aku kenapa, Tante?" Kenzi merespon cepat.

"Ah enggak ... ayah kamu gak kenapa-kenapa," kilah Seli langsung menghindar, "udah pada laper kan? Kita cari makanan, yuk!"

"Asyiiik!" Kenzi dan Chelsea menyambut girang.

Keenam orang itu melangkah menuju restoran. Restoran dengan konsep peternakan. Materialnya kebanyakan dari kayu. 

Seli memesan enam set bento. Makanan tersebut terdiri dari nasi, salad, teriyaky dan yakiniku. Sementara makanan penutupnya berupa puding dan yogurt. Anak-anak menikmati makanan dengan lahap.

Usai makan mereka mengunjungi area Magic Village. Kenzi dan Chelsea berlarian memasuki terowongan berbentuk lingkaran. Di belakang mereka, para orang tua mengikuti. 

BEDA ISTRI BEDA REZEKITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang