2. Kecemburuan

5.7K 445 37
                                    

Panji memijit pelipisnya yang mulai terasa pening. Omongan kliennya tidak begitu ia dengarkan. Apalagi lelaki itu terus saja memuji teman wanitanya. Di mana semua menjurus pada Layla, sang mantan istri.

Setelah bicara panjang lebar. Akhirnya Panji dan Banyu pun membicarakan harga toko roti tersebut. Dengan berbagai alasan, Panji menaikan harga dari yang tadinya ia ajukan. 

"Gak papa, saya setuju saja." Banyu mengulum senyum, "saya sudah kadung suka dengan toko ini. Apalagi warna catnya ini merupakan warna favorit Layla," imbuhnya sembari memandangi sekitar ruangan.

"Iya." Panji meringis kecut. 

Warna cat dinding toko ini memang pilihan dari Layla, yakni warna peach orange. Hingga saat ini Panji tidak mau mengganti warna tersebut. Walau pun Hani berulang kali memprotes. Tetap saja Panji akan mengecat ulang tembok dengan warna peach.

"Baik ... kapan kita bisa bertemu lagi?" tanya Banyu serius, "nanti saya akan bawa notaris untuk mengurus semuanya."

"Eum ... nanti saya kabari kapan kita bisa bertemu lagi," sahut Panji sedikit kaku, "soalnya dua tiga hari ini saya ada kepentingan," kilahnya berbohong.

"Oh gitu? Ya sudah ... saya tunggu chat Pak Panji saja nanti."

"Iya, nanti akan saya chat Anda," janji Panji pelan.

"Kalo begitu saya permisi dulu." Banyu pamit sambil mengulurkan tangan.

"Terima kasih atas waktunya Pak Banyu," balas Panji menjabat tangan Banyu.

Usai bersalaman Banyu meninggalkan toko tersebut. Panji mengantarnya hingga ke depan. Saat Banyu melambaikan tangan, Panji membalasnya dengan sedikit senyum basa-basi.

Panji menghempaskan tubuhnya pada kursi yang mulai berdebu itu. Dia memegangi dadanya yang terasa sesak. Jujur, jika sosok Layla yang dimaksud Banyu adalah mantan istrinya, maka Panji akan merasa malu.

Bagaimana tidak? Banyu adalah seorang pemilik gerai ayam goreng yang terkenal. Lelaki itu mungkin sedikit muda, tetapi pencapaiannya jauh melebihi usaha Panji.

Apalagi Panji pernah merendahkan Layla. Dulu saat awal baru bercerai, dia sering meledek ibu dari anak-anaknya itu. Lelaki itu terkenang kejadian saat mereka tidak sengaja bertemu di pesta pernikahan teman. 

"Cari suami itu gak mudah, La," ejek Panji sengaja mendekati Layla. Kebetulan wanita itu sedang sendiri sembari menikmati hidangan. "Apalagi kalau sudah punya anak. Dua lagi," ujar Panji sedikit tergelak.

"Jodoh itu Allah yang tentukan, Mas," sahut Layla tenang tidak terprovokasi, "gak akan tertukar dan akan di waktu yang tepat," imbuhnya sambil menggigit muffin cokelat.

"Buktinya dua tahun menikah, kamu gak laku-laku." Panji membalas enteng. Dia benar-benar merendahkan. Tiba-tiba pria itu mendekat. "Punyamu bisa karatan kalo lama gak dipakai," bisik Panji sarkas.

Wajah Layla tampak merah padam karenanya. Dan Panji senang melihat sang mantan marah seperti itu. Sayangnya wanita itu tetap tidak mau mengeluarkan kata kasar.

"Kamu pikir aku barang expired?" Mata Layla menatap mantan suaminya dengan lekat, "kamu salah! Saya ini limited edition, jadi gak sembarang orang bisa menaklukkan aku."

BEDA ISTRI BEDA REZEKITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang