★Duabelas★

71 22 0
                                    

Davin mengantarkan Jess ke rumahnya. Sepupu jauhnya akan tinggal sementara dirumah karena memang rumah dia bukan disini. Jess adalah sepupu jauh Davin yang sulit untuk dijelaskan silsilahnya. Ibunya Jess adalah saudara tiri ibunya Davin. Jadi sebenarnya mereka tidak punya hubungan darah.

"Thanks Kak. Besok gue ke hotel boleh kan? Rencananya si mau collab bareng Renjun, dia kan mau adain mini konser. Kalo adain di hotel boleh gak?"

"Renjun ga pernah bilang soal ini."

"Hmmm anak itu sok sibuk. Baru kemaren kita berdua ngobrolin ini. Yaudah besok gue sama Renjun ke hotel buat ngomongin konsernya ya."

"Yaudah kita omongin besok aja. Kamu istirahat. Kakak mau balik ke hotel."

"Loh ga tidur dirumah?"

"Kamarnya kan mau kamu pake."

"Bobo berdua kalo gitu~"

"Ish, nakal." Davin mengacam-ngacak rambut Jess. Mereka memang akrab sejak kecil. Jess selalu mengikuti Davin kemanapun, dan waktu mereka kecil, Jess ingin sekali menikahi Davin jika sudah besar.

Malam yang sangat panjang. Pukul 10.00 Jihan masih menunggu bus untuk pulang. Dia jalan kembali ke halte dekat hotelnya. Uang dia tak cukup untuk bayar taxi. Tangannya sudah penuh memegang kantung belanja berisi snack.

"Kenapa gue beli banyak banget sih? Rasain kan lu Ji ga bisa naik taxi. Tolol banget." Jihan menjitak kepalanya sendiri. Dan kesakitan sendiri.

Davin melihat Jihan duduk di halte sendirian. Matanya melirik jam, Davin merasa kasihan dan sikapnya mungkin keterlaluan pada wanita itu. Dia pun pinggirkan mobilnya dan mengajak Jihan ikut dengannya.

"Gue udah kenyang dimarahin terus." Jihan tetap tidak mau masuk. Sedangkan Davin sudah berdiri membukakan pintu untuk Jihan.

"Anggap saja ini fasilitas terakhir yang kamu pakai dari pekerjaanmu. Jam segini bus gabakal lewat."

Jihan diam sejenak. Lalu dia berjalan mendekati Davin sambil menatapnya.

"Oke! Terakhir! Karena malam ini terkahir juga gue bakal ketemu lu. Gue mau bilang kalo gue suka sama lu udah lama, iya gue suka aja gausah ditanya alesannya! Gue yang ngajak lu pacaran duluan, iya itu gue!" Jihan bicara dengan lantang dan cepat sebelum dia akhirnya nekat melakukan hal paling bodoh. Jihan mencium Davin tepat bibirnya. Matanya terpejam kuat saat melakukannya. Davin terdiam melihat kelakuan Jihan.

Dengan cepat Jihan melepaskannya dan bingung harus bagaimana setelah ini. Dia salah tingkah, malu, takut.

"Kamu bukan orang pertama yang menyatakan cinta padaku. Tapi kamu orang pertama yang berani mencuri ciuman pertamaku." Davin menyeringai.

"Aassh Jihan dongo, fans dia pasti ga cuma gue kan ya? Hari Minggu itu aja dia banyak yang minta foto pasti ada yang nebak dia juga. Aash gimana dong ini? Lu ngapain si Jihan pake acara cium segala. Nafsu amat lu goblok!"

"Anggep aja tadi ga terjadi. Gue reflek doang." Jihan tidak berani melihat Davin. Dia ingin berlari menghilang, dan lenyap begitu saja.

"Mau aku anter pulang atau lari sampe rumah? Lumayan kan jogging sampe pagi."

"Kok dia biasa aja si abis gue cium. Kampret. Katanya ciuman pertama tapi kok biasa aja? Apa ciuman gue ga berasa?! Ciuman gue payah?! Gue juga gatau caranya ciuman. Akkkhhh!"

"Ya." Jihan buru-buru masuk ke mobil. Jantungnya masih berdebar. Davin menghela nafas, dia menyentuh dadanya. Detakan begitu kencang.

"Wanita gila." Ucap Davin. Dia masuk ke mobil dan melihat siku Jihan yang terluka.

"Maaf soal tadi. Jangan pernah matikan lampu kamarku. Aku akan sangat marah jika ada yang melakukannya."

Jihan hanya mengangguk pelan. Davin mengantarkannya sampai kerumah. Sebelum Jihan turum dari mobilnya, dia memberilan Davin coklat sebagai permintaan maaf terakhir.

"Tenang aja abis ini gue ga bakal gangguin kak Davin. Makasi udah anter ke rumah." Jihan keluar dari mobil.

"Besok jangan masuk terlambat."

"Eh?"

"Kamu tuli? Jangan terlambat." Davin menyeringai. Dia langsung menekan gasnya tanpa memperjelas maksud perkataan tadi.

"Gue ga dipecat? Apa karena gue cium dia? Hah? Apa sih ini Ya Tuhan. Capek banget degdegan terus."

Jihan memikirkan ciuman itu sepanjang malam hingga terbawa mimpi.

OH MY BOS!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang