★Sembilanbelas★

86 20 0
                                    

Klien yang dimaksud Davin adalah Renjun. Pengalaman cinta Davin tidak begitu banyak, dia memang sering dijuluki playboy tapi dia tidak tahu kenapa orang bilang begitu. Kata mereka para wanita ini suka padanya dan dia sering membuat wanita patah hati.

Davin tidak pernah mencoba merayu wanita. Mereka yang terpikat pada Davin, dan selalu mengikutinya.

"Percuma lu dijuluki playboy."

"Aku ga pernah pacaran Ren. Gatau kenapa cewe pada demen deketin kakak."

"Ajak Kak Jihan nonton aja. Ya pokoknya kasih apapun yang dia suka, gitu aja kak. Gue juga ga begitu suka pacaran yang ribet."

"Percuma juga minta pendapatmu."

"Ngomong-ngomong Jess udah denger? Dia kan naksir berat sama kakak."

"Belum. Jess kan sepupu kita. Dia kakak anggep adik kayak kamu. Mana mungkin juga aku nikahin dia Ren."

Percakapan mereka terdengar oleh Jess yang sedari tadi berdiri di balik pintu ruangan Davin. Dia membuka pintunya dengan kencang membuat suara gaduh yang cukup keras.

Jess marah. Dia mengeluarkan berbagai kalimat yang tidak bisa dimengerti oleh Davin.

"Pokoknya Kak Davin punya Jess. titik!"

"Maaf Jess aku tidak bisa. Kamu pasti mendapat lelaki yang lebih baik dariku."

"Engga. Kak Davin pokoknya buat Jess!"

Kericuhan di ruangan Davin membuat Jihan menghentikan langkahnya. Dia tadinya ingin masuk menyapa Davin. Semua yang diucapkan Jess dia dengar, perasaannya jadi tidak enak. Bagaimana juga Jess orang yang lebih mengenal Davin. Jihan merasa sudah merebutnya.

Jihan berdiri lama didepan ruangan Davin hingga Jess keluar dan melihanya dengan tatapan marah.

Renjun muncul setelah beberapa detik Jess lari keluar. Dengan cepat Jihan masuk ke ruangan Davin dan menutup pintunya.

"Kak Davin. Jihan ga enak sama Jess. Gimana dong?"

Davin menghampiri Jihan dan meraih tangannya. Lalu memeluknya dengan hangat, membelai kepalanya dengan lembut.

"Jangan khawatir. Aku sudah jadi milikmu."

Davin menatap Jihan dan mengecupnya sekali. Jihan tersenyum tipis. Tentu ada rasa khawatir dibenaknya. Bagaimana jika Jess menggunakan posisinya untuk mengambil Davin.

"Vin?"

Seseorang membuka pintu tanpa mengetuknya. Bambang muncul dengan wajah curiga melihat Davin dan Jihan yang sedang berpelukan.

"Oh Ayah. Ada apa?" Davin tidak melepaskan genggaman tangannya. Dia menggenggam dengan erat tangan Jihan didepan ayahnya. Dia tahu ayahnya pasti akan melarang dirinya.

"Aku hanya ingin kesini, sekalian lihat persiapan untuk acara Renjun. Tadi ayah sudah pesan hadiah untuk adikmu, tolong besok kamu bawa kesini. Lusa mungkin ayah akan pergi ke luar kota melihat perkembangan pembangunan hotel baru."

"Baik Yah."

Bambang melihat tangan Davin yang menggenggam erat tangan Jihan. Dia sedikit tersenyum.

"Tadi Jess kenapa menangis? Ayah bertemu di bawah."

"Ngga ada apa-apa, masalah kecil aja."

"Dia pasti kecewa karena kamu punya pacar kan?"

Jihan melihat Bambang dan Davin secara bergantian. Dia merasa tidak enak dengan keluarga mereka. "Eng, Saya..."

"Ayah aku mau nikah." Davin dengan cepat menyambar pembicaraan. Dengan tegas dia bicara hal itu dengan ayahnya. Bambang tersenyum mendengar anaknya.

"Ayah kesini ingin meminta sesuatu darimu. Tapi nampaknya itu sudah tidak perlu lagi. Kemarin ayah bertemu dengan teman lama ayah, kebetulan dia mau menyebrang jalan begitu saja, ayah coba menyapanya karena rindu. Ternyata dia punya anak gadis yang masih jomblo. Ayah kira itu akan bagus jika kamu dijodohkan dengannya."

"Davin maunya sama dia. Ayah setuju kan?"

"Hahahaha, abis dari luar kota ayah baru urus WO nya." Bambang menepuk pundak Davin dan pergi.

Tangan Bambang mencari ponsel di saku untuk menghubungi teman lamanya yang dia maksud tadi.

"Halo Sum, sorry nih kayaknya rencanaku gagal. Maaf aku kecewain kamu lagi." Begitu ucap Bambang dari balik telpon. Dan wajah Suminten seketika kesal. Dia sudah berkali-kali mencarikan Jihan suami agar anak itu tidak halu setiap hari.

Suminten masuk kamar Jihan dan melihat foto Davin terpanjang di dinding dengan begitu jelas. Tangan Suminten meraih dan merobeknya hingga tak berbentuk lagi.

OH MY BOS!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang