PART 7 KESIBUKAN DADDA

220 21 12
                                    

Twins: 12 tahun, 6 SD

Dek Jung: 7 tahun, 2 SD

Jimin memulai hari ini dengan bahagia, bangun jauh lebih pagi dan mempersiapkan seluruh perlengkapan sekolahnya dengan bahagia. Ia bahkan membangunkan sang kembaran agar bangun lebih pagi dan membuatnya harus mendapatkan pukulan dari bantal yang terlempar juga rengekan walau dia tetap akan pergi ke kamar mandi, Taehyung tidak pernah bisa menolak permintaan Jimin terlebih ini akan menjadi hari bersejarah untuk kembarannya itu. Jimin bahkan membangunkan si sulung juga dan membuatnya harus mendapat tendangan juga lemparan selimut dari sang adik tapi wajah bahagianya tidak pernah luntur darinya. Dia bahkan semakin semangat untuk membangunkan sang adik hingga laki-laki kecil bergigi kelinci itu menyerah dan berjalan ke kamar mandi. Dan kemudian dia berjalan turun untuk melihat sang papa yang sedang berkutat dengan dapur dan alat-alatnya untuk membuat nasi goreng kimchi yang sudah menjadi pesanan Taehyung kemarin malam.

"pagi papa.." sapa Jimin dengan begitu bahagia membuat Yoongi yang sedang membelakanginya segera menoleh dan tersenyum

"selamat pagi kakak, pagi banget bangunnya" ujarnya ketika melihat matahari masih terlalu malas untuk keluar dari peraduannya

"iya dong" jawabnya dengan antusias membuat Yoongi terkekeh. "papa gak lupa kan hari ini hari apa?" tanyanya meski dia sedikit gugup akan hal itu

"gak dong, kan hari ini hari bersejarah buat kakak. Gimana perasaan kakak hari ini?" Tanya Yoongi yang sayangnya tidak mendapat jawaban antusias seperti tadi tapi malah suara lirih yang semut saja mungkin tidak mendengar

"takut papa" lirihnya

"hm?" Yoongi menoleh kearah sang anak yang kini menunduk

"papa, gimana kalo nanti kakak salah gerakan? Gimana kalo nanti kakak demam panggung terus malah bikin bahan ketawaan? Apa papa bakal marah sama kakak?"

Yoongi mematikan kompornya lalu menoleh kearah sang anak. "kenapa gitu?" tanyanya

"kakak kan gak berhasil dan pasti bikin malu"

"apa papa pernah malu sama apa yang kakak dan adik-adik lakuin?"

Jimin menatap pada papanya yang masih memandangnya sambil bersandar di kitchen setnya lalu menggeleng. Papanya tidak pernah malu padanya, tidak bahkan ketika dia mengatakan ingin menjadi seperti paman Hoseoknya, menari di kedua kakinya dan mengikuti irama lagu dengan gerakan tubuhnya.

"tapi gimana kalo nanti kakak salah dan bikin malu? Gimana kalo nanti kakak gak berhasil nampilin apa yang kakak siapin terus orang gak suka sama penampilan kakak?"

"kakak udah latihan kan sama paman Hoseok?" Tanya Yoongi yang dibalas anggukan oleh sang anak. "kakak udah berusaha keras kan?" tanyanya lagi yang kembali di balas anggukan. "kalau kakak udah berusaha, udah latihan. Kakak tinggal kerahin semua kemampuan kakak untuk tampil lebih baik. Bayangin kakak tampil di depan kaca, didepan papa dan dadda juga adik-adik, gak perlu liat ke orang lain karena kakak hanya perlu tampil baik bukan jadi yang terbaik. Ini adalah pertunjukan sekolah, kakak memang perlu untuk menampilkan yang terbaik tapi itu bukan satu-satunya yang harus kakak khawatirin. Papa akan ada disana buat liat kakak dan apapun hasilnya, papa tetap akan bangga sama kakak karena kakak hebat. Kakak tau apa yang bikin kakak hebat?"

Jimin menggeleng. "gak tau"

"karena kakak udah berusaha keras nampilin hal yang terbaik buat kelas kakak dan sekolah kakak. Itu adalah hal yang paling hebat karena gak semua orang bisa tampil di depan umum kayak kakak"

"terus gimana kalo orang lain gak suka?"

"tapi kan papa, dadda, adik-adik, tante Ji, paman Hoseok, paman Jin, eyang Mi, eyang Ci, grapa, grama dan semua orang yang kakak kenal bangga sama kakak. Apa yang lebih penting bagi kakak, keluarga kakak atau omongan orang?"

The Story Of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang