Mengkaget part sebelumnya rame. Yodah ni takasi bonus update, makaciw ya, ga ada komen next juga 😆
****
Sangat sulit untuk menyatukan seluruh anggota keluarga Abimanyu di sebuah meja makan, biasanya selalu tidak lengkap dan ada saja yang tidak datang. Namun kali ini, meja makan keluarga Gala tampak ramai dengan bunyi dentingan sendok dan garpu yang saling beradu.
Mawar mengambil satu paha ayam lagi ke atas piring putra bungsunya yang terlihat semakin kurus dan kusut karena pusing mengerjakan skripsi. Perhatian lebih pun ia berikan agar sang putra tidak merasa tertekan.
"Makan yang banyak, Sen. Besok mama masakin menu kesukaan kamu lagi."
"Hmm...." Senna menelan makanannya susah payah. "Udah, Ma. Nggak muat perut Senna."
Mawar menggeleng kecil karena putranya itu benar-benar terlihat seperti orang kelaparan.
"Ma, si Senna mah emang kayak gitu. Mau makan segentong juga badannya tetep aja cungkring," celetuk Nanda yang duduk di seberang, berdekatan dengan kakak tertuanya, Gala.
"Tuh, Ma. Mbak Nanda mulai body shamming. Sakit hati Senna, Ma." Cowok itu menekan dadanya berpura-pura sedih.
"Hush, jangan berantem di meja makan," kata Irwan Abimanyu sang kepala keluarga. "Liat masmu itu, anteng. Harus dicontoh."
Senna yang memang gemar memancing pertikaian pun menyunggingkan senyum miring. "Apa yang dicontoh, Pa? Yang bagian gagal kawin itu bukan?"
"Senna!"
Mawar memukul kecil bahu putra bungsunya itu. "Yang sopan sama masmu."
"Bercanda kali, Ma."
"Bercanda juga harus tau waktu dan tempat."
"Haha, rasain." Nanda merasa senang karena sang adik dimarahi.
"Kamu juga, Mbak. Harusnya jangan ngatain fisik adeknya kayak gitu."
Bibir Nanda mengerucut, menoleh ke samping untuk melihat reaksi kakaknya. Namun Galawira hanya lempeng-lempeng saja seperti biasa.
"Alhamdulillah, kenyang...." Senna mengusap perutnya yang mengeras. "Tinggal makan dessert aja nih, ada yang manis-manis nggak, Ma?"
"Nggak tau, coba kamu liat di kulkas."
Senna berdiri lalu membuka pintu kulkas yang tak jauh dari meja makan. "Cheesecake siapa ini?"
"Punya gue tuh! Jangan dimakan!" sahut Nanda.
Senna berdecak karena ia tahu Nanda rela membunuh demi berbagi makanan dengan dirinya. Tidak ada lagi yang lain kecuali buah-buahan yang Senna tidak suka.
"Gue mau ice cream." Cowok itu bergumam lalu melihat jam dinding. "Minimarketnya Keysha masih buka nggak jam segini?"
Mendengar nama gadis itu disebut, Galawira langsung mengangkat pandangannya, memerhatikan gerak-gerik sang adik.
"Masih, tokonya tutup sampai jam sebelas malam," sahut Mawar yang disambut dengan senyuman cerah oleh Senna.
"Halah, modus doang itu. Segala nyari ice cream, palingan mau nyamperin Keysha," sahut Nanda yang dapat membaca pikiran adiknya.
"Hehe... nggak pa-pa kali, udah lama juga nggak ketemu. Ya udah deh, Senna ke tokonya Keysha dulu, Ma."
"Titip beliin selai, Sen. Selai kita udah mau habis itu," kata Mawar yang tidak menyadari tatapan tidak suka dari putranya yang satu lagi.