Masih semangat?
****
"Sen, pulang yuk... gue nggak betah di sini." Keysha menarik tangan Senna dan hampir berteriak karena suara musik yang begitu nyaring.
"Baru nyampe, Keys. Enjoy aja dulu, minum kek, makan apa kek, gue udah lama nggak ke sini, setress ngurusin skripsi mulu berbulan-bulan." Senna berjalan ke dance floor dan menyapa teman-temannya yang sudah menari terlebih dahulu.
"Senna, Sen jangan tinggalin gue!" teriak Keysha yang tidak didengar cowok itu. Keysha tidak suka clubbing, hanya pernah mencoba sekali ketika teman-teman semasa kuliahnya dulu menariknya ke tempat itu.
Keysha tidak pernah merasa nyaman di tengah keramaian terutama di sekeliling orang-orang yang tidak dikenalnya.
Keysha juga tidak menyukai asap rokok yang membuat napasnya sesak, juga suara bising yang memekakkan telinga, tapi Senna malah membawanya lagi ke tempat itu malam ini.
"Sen, gue balik sendiri aja, ya!" teriak Keysha yang mulai risi setelah beberapa pria menatapnya aneh.
"Cupu banget cewek lo! Kabur tuh dia!"
Teman-teman Senna terbahak setengah sadar, sementara Senna langsung berbalik dan melihat punggung Keysha yang menjauh, menuju pintu keluar.
"Yaaah, ke mana lo, Sen? Mau ikutan cupu juga? Payah!"
"Tau nih, ngapain bawa cewek cupu ke sini, udah jelas nggak bisa diajak seneng-seneng!"
Senna tidak menggubris teriakan itu dan mengejar Keysha, menarik tangan gadis itu. "Keys, jangan pulang dulu dong."
"Mau pulang, Sen. Gue nggak suka tempat rame kayak gini. Temen-temen lo juga aneh semua, gue nggak nyaman."
"Aneh gimana?"
"Ya aneh, ngeliatin gue kayak ngeliat alien. Risi tauk."
Mereka sudah berada di luar club, Senna menghela napas lalu memerangkap kedua bahu Keysha. Matanya menyorot lelah, penuh permohonan. "Please, jangan pulang dulu. Lo bilang mau belajar nerima gue, kan? Itu artinya lo harus terima apa yang gue suka juga, bahkan temen-temen gue. Keys, masa lo mau ngelarang gue ketemu mereka? Mereka ada buat gue bukan cuma pas seneng doang...."
"Gue janji, sebentar aja. Nggak enak sama temen-temen gue, Keys. Udah lama juga gue nggak ke sini."
Keysha tampak bingung, tapi sorot mata Senna terlihat sangat mengharapkannya. "Gue tadi denger mereka ngatain gue cupu. Temen-temen lo nggak suka gue," kata Keysha.
"Ya ampun, itu cuma becanda doang kali. Nggak usah diambil hati, lo bukan anak kecil, kan?"
"Tapi...."
"Please, Keys. Apa nggak bisa ngeliat gue sedikit aja? Lo lupa, siapa yang selalu nemenin lo saat abang gue yang berengsek itu bikin lo galau terus? Gue, Keys... bukan yang lain."
"...."
"Gimana? Mau, ya? Temen-temen gue memang suka nggak kekontrol mulutnya, tapi mereka baik kok."
"Ya udah deh. Tapi janji ya, jangan sampai mabuk."
Senna mengangguk dan merangkul bahu gadis itu, kembali ke club.
"Nah, ini dia nih anaknya. Gue kira langsung cabut lo, Sen." Teman Senna menyambut cowok itu dengan senyum cerah, mereka sudah duduk kembali tapi Keysha yakin hampir dari mereka semua sudah setengah teler.
Kulit kacang dan kaleng bir berhamburan di meja, asap rokok yang Keysha benci membuatnya langsung terbatuk seketika. Gadis itu bahkan terkesiap ketika melihat sepasang kekasih yang duduk di depannya dengan santai berciuman dan saling menyentuh.