/10/ Kegelisahan

2.6K 756 127
                                    

Beneran gamau komen apapun? Gratis lho padahal.....

***

"Gue nggak ngerti lagi gimana caranya jinakin Arris, kalau nggak cinta mungkin udah gue tinggalin dari dulu."

Gala terkekeh kecil mendengar gerutuan Kiana Bathary, wanita yang mengenakan blazer merah muda itu datang sendiri ke kantornya untuk menyerahkan undangan pernikahan kepada sang sahabat.

Mereka baru saja keluar dari lift setelah sempat menghabiskan waktu untuk mengobrol di ruangan pria itu.

"Nggak ada berubahnya, Gal. Inget kan gimana kelakuan dia semasa kuliah dulu, ya kayak gitu... masih sama. Petakilan dan suka genit ke banyak cewek, matanya jelalatan ke mana-mana." Kiana mengeluh lagi, lalu melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan jam makan siang. "Bareng kita aja, Gal. Bentar lagi Arris nyampe kok," kata wanita itu lagi.

Gala mengangguk saja toh dia tidak memiliki agenda makan siang dengan siapa pun hari ini.

"Itu ya, kayaknya semua cewek bule di Boston nggak ada yang nggak dia deketin. Gue masih nggak habis pikir bisa berakhir sama Arris. Dulu gue kira dia kalem, sama kayak lo. Ternyata zonk."

Lagi, pria itu mengumbar tawa. "Gue udah bilang, Arris nggak sekalem yang lo kira. Masih aja lo ladenin, gue juga awalnya nggak enak ngenalin lo ke dia. Tapi dia nanya mulu, setiap ketemu mahasiswi dari Indonesia, dia pasti paling semangat."

"Gimana nggak semangat, dia kan kadal kurap! Nah, itu orangnya dateng." Kiana mengumpati calon suaminya sendiri yang cengengesan saja di luar gedung, melambaikan tangan kepada keduanya dan bersandar di badan mobil.

Arristo Adisatya memeluk dan memukul bahu sang sahabat yang sudah lama tidak dilihatnya. Sementara Kiana bersidekap santai melihat interaksi kedua pria itu.

"Gimana, Gal, udah dapet pengganti Gisela, belum?"

Gala berdecak lalu memberi tinjuan kecil di perut Arris. "Basi pertanyaan lo."

"Yah, kan nanya doang. Udah lama nggak ketemu ini.... Siapa tau diem-diem lo nyebar undangan juga."

"Gue nggak lagi deket sama siapa pun," jawab Gala singkat.

Arris menyeringai jahil. "Yakin? Ade-adean yang dulu sering lo ceritain itu gimana? Siapa sih namanya, kalau nggak salah... Kaisa, Keira, Nesya? Duh, kok lupa ya, gue...."

Kening Gala mengernyit, tidak menyangka Arris masih mengingat ceritanya sewaktu mereka masih sama-sama berkuliah di Amerika.

"Nggak lah, cuma tetangga doang."

"Halah, dusta." Arris berdecak malas. "Tau nggak, Yang. Hampir semua cewek yang kenal Gala itu rata-rata kenal aku juga," kata Arris kepada Kiana yang melengos saja. "Tapi cuma ade-adeannya doang tuh yang dia pelit banget nggak mau ngenalin ke aku."

"Iya lah, nanti disamber sama kamu, kamu kan buaya!"

"Nah, maka dari itu... aku yakin ada udang di balik bakwan. Ya, nggak, Gal?" Arris menatap pria itu jenaka, sementara yang ditatap hanya mendengkus dan membuang muka.

"Akuin aja, Brother. Kek... ngapain lo sampek nggak tidur semaleman gara-gara denger kabar kalau ade-adean lo itu masuk rumah sakit. Kalau waktu itu nggak ada tugas segambreng dan project segunung mungkin udah terbang ni orang ke Jakarta."

"Shut up, Ris. Nggak perlu lo ungkit lagi." Gala berdecak yang disambut tawa geli dari kedua pasangan itu.

****

Keysha berbaring menyamping di ranjangnya sambil memeluk boneka beruang Paddington pemberian Gala beberapa tahun yang lalu setelah kepulangannya dari Amerika. Gadis itu tidak kembali ke minimarket sejak siang tadi.

Darling Of MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang