©Haruwoo_o present
Fated
[Yoshi • Jeongwoo • Haruto].
.
.Ada yang kangen book ini?
Anw, get well soon Treasure!
Semangat Kim Teume! Semangat Kita!"Apa yang kau lakukan, Watanabe Haruto?!" seru Yoshi yang lantas berlari kecil menghampiri Jeongwoo yang sudah tersungkur di lantai akibat hantaman mentah yang Haruto berikan secara tiba-tiba.
Namun bukannya menjawab atau merasa terintimidasi oleh seruan Yoshi, Haruto malah kembali mendekat ke arah Jeongwoo. Mendorong kasar kakaknya kemudian menarik kerah piyama yang Jeongwoo kenakan.
"Haruto!"
"Diam, hyung! DIAM!" seru Haruto, menyentak kasar lengan kakaknya yang hendak menyeretnya menjauh dari Jeongwoo.
Sedangkan Jeongwoo sendiri masih diam membisu, mencoba mencerna apa yang kini tengah terjadi. Dengan darah segar yang mulai mengalir dari sudut bibirnya karena pukulan yang Haruto layangkan tadi sangat keras.
"Kau tau? Selain anak haram, ternyata sampah ini juga seorang gay!" lanjutnya berseru tepat di depan wajah adik tirinya, membuat kedua netra serigala milik Jeongwoo spontan terpejam erat.
"Apa maksudmu, Haruto? Jangan mengarang cerita hanya karena kau membenci Jeongwoo!" peringat Yoshi.
Si sulung kembali mengambil tindakan, menarik Jeongwoo menjauh dari Haruto kemudian menyembunyikan tubuh adik tirinya itu di balik tubuh tegapnya. Membuat Yoshi berhadapan langsung dengan Haruto. Netra tajam si sulung menatap tak percaya ke arah adiknya, Haruto yang kini malah mendecih kesal.
"Mengarang katamu? Kalau kau tidak percaya padaku, maka lihat sendiri laptop milikmu yang tadi dia pinjam!"
Yoshi yang masih tak mau percaya langsung dengan apa yang Haruto katakan, memilih untuk berbalik menghadap sang adik tiri yang ternyata tengah memejamkan kedua matanya dengan erat. Bahkan kedua tangannya kini terangkat guna menutupi kedua telinganya.
"Jeongwoo." panggilnya, mencoba meredam semua rasa kecewa yang perlahan mulai membuncah memenuhi dadanya.
Tubuh kecil itu mulai bergetar, lantas sedikit mengambil langkah mundur menjauh darinya. Membuat Yoshi bisa menyimpulkan langsung kalau ternyata semua yang Haruto ucapkan memang benar. Tapi lagi, dirinya hanya ingin mendengar Jeongwoo sendiri yang mengakuinya. Baru Yoshi akan percaya sepenuhnya.
"Watanabe Jeongwoo."
Berhasil.
Panggilan kedua dengan nada dinginnya berhasil membuat adik--tiri- bungsunya mengangkat perlahan kepalanya yang tadinya tertunduk. Kedua manik bening yang mulai berkaca-kaca itupun kembali terbuka.
"Jawab pertanyaan kakak, Watanabe Jeongwoo." tuntut Yoshi lagi, masih dengan nada dingin juga raut wajahnya yang mulai tak bersahabat.
Jeongwoo tersenyum getir, air matanya mulai tumpah ruah membasahi kedua pipinya. Homosexual, sebutan yang biasanya tersemat untuk orang-orang sepertinya bukanlah hal yang baru atau tabu lagi. Tapi mengingat kalau saat ini dirinya adalah seorang Watanabe, maka perbedaan yang ada padanya hanya akan menjadi aib keluarga.
Inilah yang Jeongwoo takutkan. Kedua saudara tirinya hanya akan semakin membencinya saat tau kebenaran tentang dirinya ini.
"K-kak, aku itu...." bibirnya pun ikut bergetar, seolah tak mampu mengutarakan apa yang ingin disampaikan olehnya.
"JAWAB JEONGWOO!"
Lagi, kedua tangannya spontan terangkat guna menutupi kedua telinganya saat Yoshi ikut meninggikan suara padanya. Air matanya semakin meluncur bebas bersamaan dengan tubuhnya yang juga kembali bergetar ketakutan.
"Memang apa salahnya?" manik jernihnya yang kini mulai memerah dan mengalirkan banyak bulir bening menatap tepat ke arah manik tajam Yoshi yang memang menjatuhkan seluruh atensi padanya.
Dengan keberaniannya yang tersisa, Jeongwoo mengambil langkah maju, kembali mendekat ke arah yang paling tua.
"MEMANG APA SALAHNYA KALAU AKU BERBEDA DARI KALIAN BERDUA?!"
Bugh!!
Tubuh ringkihnya kembali terhuyung kebelakang tepat setelah Yoshi melayangkan pukulan telak pada pipi kanannya. Bahkan tak berhenti sampai disana, Yoshi kembali mendekat kemudian menarik kerahnya memaksa Jeongwoo agar kembali berdiri berhadapan dengannya.
"Apa salahmu?! Bahkan hanya dengan kau lahir di dunia ini adalah sebuah kesalahan, bodoh!!"
Kembali dihempaskan begitu saja, Jeongwoo bahkan bisa merasakan sakit pada seluruh tubuhnya. Tapi melebihi itu semua, rasanya tak ada yang lebih menyakitkan daripada kalimat yang Yoshi ucapkan tadi untuknya.
Haruto yang sejak tadi menyimak, sempat tercengang dengan apa yang kakaknya lakukan. Selama ini Yoshi tidak pernah bermain tangan padanya, dan ini pertama kalinya Haruto melihat secara langsung sang kakak yang dengan telak memukul seseorang.
Melihat bagaimana kedua sudut bibir Jeongwoo yang mengalirkan darah, bahkan keningnya yang sempat terantuk ujung meja makan karena dihempaskan sang kakak juga ikut terluka, ada sedikit rasa iba menghampirinya. Membuat Haruto mengambil langkah maju kemudian menahan lengan Yoshi yang hendak mendekat kembali pada Jeongwoo karena anak itu kini tengah mengukir senyumnya.
"Kelahiranku adalah sebuah kesalahan?" mengabaikan setiap rasa sakit pada tubuhnya, Jeongwoo kembali bangkit dari tersungkurnya.
"Kalau aku bisa memilih, aku juga tidak mau lahir ke dunia ini. Apalagi terlahir sebagai sebuah aib untuk kedua orang tuaku." pemuda dengan wajah yang sudah dipenuhi lebam bahkan aliran darah itu mengalunkan tawa pada akhir kalimatnya.
"Aku memang bukan anak yang terlahir karena cinta kedua orang tuanya. Aku ini hanya sebuah kesalahan, benar bukan? Tapi apa pantas aku mendapatkan semua hinaan ini hanya karena kesalahan kedua orang tuaku, hyung? Aku juga tidak ingin berbeda, aku juga ingin sama seperti kalian."
Isakannya kembali mengalun tepat setelah Jeongwoo melontarkan setiap kalimatnya. Bayangan tentang bagaimana hinaan selalu datang padanya disetiap harinya, membuat rasa sakit yang datang semakin berlipat. Selama ini orang-orang hanya menganggapnya sebuah kesalahan yang tak patut ada di dunia, merundungnya seolah Jeongwoo adalah penjahat kelas atas yang patut dihukum mati.
"Apapun omong kosongmu tadi, aku mau kau tetap menjaga batasanmu. Ayah sudah mengenalkanmu sebagai bagian dari Watanabe. Dan aku mau kau menjaga nama baik ayah, jangan hanya bisa menjadi sampah yang selalu menjadi aib bagi keluarga."
Selepas melontarkan kalimat penuh peringatan tadi padanya, Yoshi segera beranjak meninggalkannya. Haruto juga melakukan hal yang sama, meninggalkannya seorang diri di ruang makan dimana tubuh mungilnya langsung merosot jatuh terduduk di atas dinginnya lantai.
Kalau tadi dirinya bisa bersikap kuat di hadapan kedua kakak tirinya, maka saat ini biarkan Jeongwoo menumpahkan semua rasa sakit yang dirasakannya.
===== To Be Continue =====
[Lapak menghujat]
Jangan lupa buat leave your support, vote & comment di part ini juga ya.
See you in next part, babe.Love from me, H.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fated ✔
FanfictionEnd. Karena apa yang ditakdirkan tidak akan dapat diubah meskipun tak sesuai dengan keinginan kita. Warn :: [Bxb] [Incest(?)] [Harsh word] Just story, jangan kaitkan dengan kehidupan nyata. Don't like it? Don't read my story. ©Haruwoo_o