Fated ; O15

2.7K 466 94
                                    

©Haruwoo_o present

Fated
[ Yoshi • Jeongwoo • Haruto ]

.
.
.

Hi? miss me, babe?
Sorry ya jarang bisa up, entah story ini atau story yang lain.
Ada struggle sedikit, hope you guys ga akan bosen nungguin.

So, happy reading all my boo! <3

Langit malam semakin menggelap karena kumpulan awan hitam kini semakin mendominasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langit malam semakin menggelap karena kumpulan awan hitam kini semakin mendominasi. Menghalangi bintang sembari menumpahkan muatannya dengan membabi buta. Hujan turun dengan derasnya diikuti oleh angin yang juga berhembus cukup kencang.

Semakin mengeratkan pelukan pada tubuhnya, Jeongwoo terus merutuki kakak tirinya yang belum juga datang bahkan setelah dirinya menunggu selama tiga puluh menit penuh. Bulir air hujan yang turun disertai oleh hembusan angin, membuat tubuhnya total basah kuyup. Kepalanya pun mulai berdenyut membuat ringisan kecil sesekali mengalun dari bilah bibirnya.

Netranya menelisik ke sekitar, mencoba mencari tempat untuknya berteduh. Setidaknya tempat yang lebih baik dari halte tempatnya menunggu sekarang. Jeongwoo tidak mungkin kembali ke kampus karena jarak gerbang dengan gedung fakultasnya cukup jauh, dimana artinya Jeongwoo hanya akan semakin basah kalau nekad kembali ke kampus.

"Kak Yoshi baji---AAA MAMA!!" umpatannya harus kembali tertelan karena selanjutnya Jeongwoo malah berseru ketakutan saat suara gemuruh terdengar dari atas langit bersamaan dengan warna kilat yang menambah kesan menyeramkannya.

Tubuh mungilnya yang memang bergetar karena kedinginan kini semakin bergetar karena merasa ketakutan. Inilah yang Jeongwoo benci dari hujan, suara gemuruh juga kilatnya yang sangat menyeramkan. Jeongwoo benar-benar membenci hujan, terlebih lagi hujan yang turun di malam hari seperti sekarang ini.

"Mama, Jeje takut..." lirihnya pelan, dengan kedua netra cantiknya yang mulai berkaca-kaca.

Suara gemuruh kembali terdengar untuk yang kedua kalinya dengan kilat yang setia mengiringi. Membuat Jeongwoo spontan menutup kedua mata juga telinganya dengan hati yang terus memanggil sang ibunda. Berharap kalau malam ini akan cepat berakhir dengan Yoshi yang datang menjemputnya.

Tin! Tin!

Kepalanya yang tadinya tertunduk spontan terangkat bersamaan dengan netranya yang kembali terbuka setelah rungunya menangkap suara klakson yang berbunyi beberapa kali. Di sana, di seberang jalan tempatnya menunggu saat ini, Jeongwoo bisa melihat sebuah mobil hitam menepi. Dan pada detik selanjutnya seseorang turun dari bagian belakang mobil kemudian berlari kecil mendekat ke arahnya.

Wajah yang tadinya samar tertutup air hujan sekaligus penerangan yang minim, kini semakin jelas tertangkap oleh kedua netra cantiknya. Disana, tak jauh dari tempatnya duduk saat ini, Jeongwoo bisa melihat sosok Haruto yang tengah berlari menyebrang tanpa perduli dengan tubuh tegapnya yang kini mulai basah sama sepertinya.

"Jangan banyak tanya, kita harus segera pulang." ujar Haruto begitu sampai tepat di depannya, menyela sebelum kedua bilahnya sempat terbuka hendak mengajukan pertanyaan.

Memilih menurut, Jeongwoo mengangguk kecil kemudian bangkit dari duduknya. Ingin mengikuti langkah Haruto yang sudah lebih dulu membalikkan tubuh tegapnya dengan netra kelam yang melirik ke kiri dan kanan, memastikan tidak ada kendaraan yang lewat saat mereka menyebrang nanti.

"Ayo pulang." kalimat dengan nada datar kembali dilontarkan oleh kakak tirinya, namun sepertinya Jeongwoo tak terlalu mengindahkan hal itu karena saat ini tubuhnya seolah kaku bersamaan dengan otaknya yang berhenti berfungsi.

Dibandingkan menjawab atau mengangguk, Jeongwoo hanya bisa terdiam dengan kedua tungkainya yang spontan mengikuti langkah Haruto karena saat ini jemari mereka telah tertaut sempurna. Rasanya semua berlalu dengan cepat, karena saat ini Jeongwoo telah mendapati dirinya berada di dalam mobil dengan Haruto yang duduk tepat di sampingnya.

"Ternyata benar kau yang duduk sendirian di halte. Ketinggalan bus terakhir, Jeongwoo?"

Suara seseorang yang duduk pada kursi kemudi adalah suara pertama yang memecah keheningan sekaligus lamunan Jeongwoo. Membuat si bungsu Watanabe menjatuhkan pandangan pada Ni-ki yang kini mulai melajukan mobilnya.

"Ah itu, aku t-tidak ketinggalan bus. Aku menunggu Kak Yoshi datang menjemput." sahut Jeongwoo sedikit terbata karena jantungnya masih berdetak berlebihan pasca peristiwa jemarinya yang digenggam oleh Haruto tadi.

"Aku dengar ada pohon besar tumbang di tengah jalan dekat rumah sakit milik ayah kalian. Aku rasa itu alasan kenapa Yoshi hyung belum sampai juga tadi. Dia pasti terjebak di tengah kemacetan."

Suara lain kembali terdengar, membuat Jeongwoo menyadari kalau ada seseorang yang duduk pada kursi penumpang samping kemudi.

"Oh ya, aku Kim Doyoung. Teman Haruto." sambung Doyoung sembari membalik sekilas tubuhnya guna tersenyum kecil ke arah Jeongwoo, memperkenalkan dirinya pada adik bungsu dari sahabatnya.

"Jeongwoo." balas Jeongwoo singkat sembari mengukir senyumnya pada Doyoung sebelum pemuda itu kembali berbalik ke depan, membenarkan posisi duduknya.

Setelahnya tak ada lagi percakapan diantara mereka. Ni-ki kembali fokus pada jalanan di depannya, Doyoung yang kembali menyandarkan punggung dengan kedua mata yang telah tertutup sempurna. Sedangkan kedua bersaudara Watanabe memilih berdiaman.

Haruto yang tadinya menjatuhkan fokus pada ponsel ditangannya, segera menoleh ke arah Jeongwoo setelah rungunya mendengar suara ringisan yang sangat pelan mengalun beberapa kali. Di sampingnya, Jeongwoo yang tengah menatap ke arah luar jendela terlihat sesekali meringis pelan dengan kedua netra yang spontan tertutup erat. Tubuhnya pun sesekali bergetar pelan.

"Kemarilah." Haruto menghela nafasnya panjang sebelum membawa tubuh Jeongwoo semakin dekat padanya. Bahkan kini keduanya telah duduk berdampingan tanpa jarak lagi.

Menuntun kepala Jeongwoo untuk bersandar pada pundak kirinya, Haruto lantas membungkus kedua tangan Jeongwoo di dalam genggamannya. Sesekali menggosok pelan dengan harap bisa mengurangi rasa dingin pada telapak tangan yang lebih muda.

Hangat.

Jeongwoo bisa merasakan rasa hangat perlahan mulai menjalar memenuhi rongga dadanya juga kedua pipinya karena perlakuan lembut Haruto. Tanpa sadar kedua sudut bibirnya perlahan mulai tertarik ke atas, membentuk senyum tipis bersamaan dengan kedua netra cantiknya yang mulai tertutup karena rasa nyaman pun mulai menghinggapi.

"Riki, matikan saja ACnya. Jeongwoo kedinginan." samar, suara yang Haruto lontarkan dengan kecil kembali terdengar pada rungunya sebelum Jeongwoo benar-benar menyelam ke dalam alam mimpinya.

===== To Be Continue =====

Hajeongwoonya kakak~
Jangan lupa tinggalin vote & comment kalian. See you in next part, babe!
Sekali lagi, jangan bosen-bosen nunggu notif dari akun ini ya :(

Xoxo from me❤

Fated ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang