Fated ; O13

2.7K 454 76
                                    

©Haruwoo_o present

Fated
[Yoshi • Jeongwoo • Haruto]

.
.
.

Miss me, babe?

Menggeliat pelan, Jeongwoo yang tengah bergelung di dalam selimut tebalnya perlahan tidurnya mulai terusik karena sinar matahari yang menyapanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menggeliat pelan, Jeongwoo yang tengah bergelung di dalam selimut tebalnya perlahan tidurnya mulai terusik karena sinar matahari yang menyapanya. Kedua netra cantiknya sedikit terbuka, mengerjap beberapa kali guna menyesuaikan diri dengan sinar sang surya.

Samar, tepat di depan jendela kamarnya, Jeongwoo bisa melihat figur seseorang yang tengah memunggunginya. Membuka gorden kamarnya, mempersilahkan sinar matahari masuk ke dalam untuk membangunkannya dari lelapnya.

"Good morning, son." mendengar sapaan itu, membuat kedua matanya sontak melebar. Kesadarannya lantas terkumpul sempurna bersamaan dengan senyum senangnya yang ikut terukir.

"Ayah!" pekiknya riang kemudian segera berlarian kecil guna menghampiri sang ayah yang juga tersenyum sembari merentangkan tangan menyambutnya.

Rasa hangat mulai menjalar melingkupinya saat tubuhnya kini telah direngkuh sempurna oleh sosok sang ayah.

"Bagaimana kabarmu, sayang? Semuanya baik-baik saja saat ayah tidak di rumah, kan? Bagaimana dengan kedua kakakmu? Apa mere--"

"Astaga ayah cerewet sekali ya." kekeh si bungsu memotong pertanyaan ayahnya yang beruntun seperti tak ada habisnya.

Pelukan keduanya terlepas dengan Hanbin yang lantas mencubit pelan hidung putra bungsunya. Tawa kecilnya ikut mengalun karena Jeongwoo masih setia terkikik pelan di hadapannya.

"Semuanya baik-baik saja, ayah. Kakak juga baik padaku. Semuanya aman, kapten!" sambung si bungsu sembari sedikit berseru pada akhir kalimatnya dengan tangan kanan yang diangkat memberi gestur hormat pada sang ayah.

"Terus tersenyum seperti sekarang ya, sayang." Hanbin mengangkat kedua tangannya untuk menangkup pipi putra bungsunya. Mengelus pelan kedua sudut bibir Jeongwoo yang masih meninggalkan jejak kebiruan yang samar.

Hanbin tau semuanya tidak baik-baik saja. Tapi saat Jeongwoo sendiri belum mau jujur padanya, maka Hanbin tidak akan memaksa. Semua pesan dari mendiang ibu putra bungsunya masih terekam jelas, Jeongwoo-nya suka memendam semuanya sendirian. Putranya ini hanya akan jujur sampai batasnya terlampaui. Maka Hanbin akan menunggu tanpa memaksa.

"Ayo sarapan, ayah sudah membuatkan sarapan untuk kita." sambung Hanbin yang langsung dibalas anggukan patuh oleh si bungsu.

Keduanya berjalan dengan sang kepala keluarga yang berjalan di depan, sedangkan putra bungsunya mengekor di belakang tubuh tegapnya. Saat mereka sampai di ruang makan, dua putra Watanabe lainnya sudah duduk pada tempatnya masing-masing dengan fokus yang jatuh pada ponselnya.

Fated ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang