XI. Pitaloka 6

136 4 0
                                    

Setelah mamanya mas Surya pulang, ibuku dengan tegas bicara padaku agar aku menjauhi mas Surya, kebaikan -kebaikan keluarga mas Surya sangat besar kepada kami , bahkan sebelum ibu dan almarhum ayahku menikah.

" Ibu mohon Pitaloka jauhi tuan surya, kita tidak sepadan dengan mereka,kebaikan - kebaikan yang telah diberikan keluarga mereka belum bisa kita balas, dengan kamu menjauhi mas Surya dan membujuk dia agar menikah dengan purnama itu adalah bentuk balas Budi kita kepada mereka, ibu mohon lakukan itu untuk ibu nak".

Aku hanya bisa menangis dan kemudian mengangukan kepalaku sebagai tanda aku memnuhi permintaan ibu, berat memang ,semua rencana -rencana indah kami , sirna begitu saja.

Seharian ini aku dikamar dan hanya menangis saja, hp sengaja kumatikan, ibuku juga hari itu izin tidak masuk kerja, mungkin karena ibu malu pada keluarga mas Surya.

Malamnya mas Surya datang kerumah, tapi aku tidak mau menemuinya, melalui ibuku , aku titipkan pesan bahwa hubungan kami sudah berakhir, aku tak sangup bertemu dan berbicara dengan mas Surya .

Setelah mas Surya pergi, ibu menemuiku dikamar.

"Pitaloka anakku, seharian ini ibu berpikir tentang masalah ini sejak ibu tahu hubungan kalian , ibu merasa malu untuk berkerja kembali di rumah tuan surya, ibu malu kepada orang tuanya, ibu berencana untuk membawamu ,menjauhi kota ini, kita akan ke kampung ayahmu, disana kamu bisa melanjutkan kuliahmu dan ibu akan membuka warung nasi di kampung ayah, dengan sedikit tabungan yang ibu punya dan ada uang dari asuransimu, ibu yakin kita bisa berhasil disana, besok pagi -pagi kita ke stasiun untuk berangkat ke Yogyakarta, surat -surat rumah ibu kembalikan lagi ke orang tuan surya, sekalian ibu titip surat pamit kepada satpam rumah mereka, ibu khawatir mas Surya tetap ngotot untuk menikah denganmu, ibu tidak mau hubungan tuan surya dengan orang tuanya hancur, ibu mohon kamu  mengerti dan menerima keputusan ibu ini".

"iya ibu , aku menerimanya karena ini untuk kebaikan bersama, aku akan kuliah dan meneruskan cita -citaku untuk menjadi seorang dokter hewan, terima kasih ibu atas dukungan dan kasih sayang ibu padaku", aku memeluk ibu, beliau mengusap kepalaku , didunia ini hanya ibu yang kupunya , aku tidak mau membuat dia sedih.

Malam itu kami menyiapkan barang -barang kami, hanya pakaian yang kami bawa nanti, rumah beserta perabotnya adalah pemberian keluarga mas Surya, jadi tidak ada yg kami bawa.

Sebelum subuh kami memesan taxi untuk kestasiun, menuju stasiun kami berhenti di depan rumah mas Surya, dan ibu menitipkan surat kepada satpam rumah untuk diberikan kepada ibu mas Surya.

Aku tidak tahu isi surat ibu kepada orang tua mas Surya, yang jelas ibu berkata padaku itu hanya surat mohon pamit dan terima kasih serta surat rumah yang kami tempati

Kereta yang kami tumpangi  berangkat jam 9:30 pagi menuju Yogyakarta, sepanjang jalan aku hanya diam tidak banyak bicara , ibu memelukku , pelukkan ibu membuatku kuat, semoga aku bisa melupakan mas Surya dengan cepat.

pls vote dan komentarnya dong, vote dan komentar kalian obat kuat bagiku untuk terus menulis dan menyelesaikan novel ini









 Cinta Dan DendamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang