Epilogue

18 11 61
                                    

Selamat membaca bagian epilog⚡

"Perumpamaan, akan ada pelangi setelah hujan, memang benar terbukti adanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Perumpamaan, akan ada pelangi setelah hujan, memang benar terbukti adanya."

-Stay.

"Sayang! Kamu ngapain di situ?!"

Mendengar suara seruan yang agak teredam oleh suara hujan, membuat Galang menolehkan kepalanya ke belakang. Dan, pemuda itu langsung menemukan seorang perempuan yang tengah menatapnya di sana dengan sorot mata khawatir.

Galang tersenyum melihatnya. Laki-laki itu menatap sejenak pada bayangan dirinya yang ada di genangan air di bawah kakinya. Sedetik kemudian, dia berlari menghampiri perempuan yang tengah berdiri di depan pintu rumah yang dibilang cukup besar itu.

"Kamu ngapain, sih? Hujan-hujanan?" Perempuan itu bertanya. Lagi-lagi dihiasi sorot mata khawatir. Dia kemudian mengusap rambut pirang milik suaminya yang kini sangat basah akibat terkena air hujan.

Senyuman masih ditampakkan oleh Galang. Dia lalu menggeleng-gelengkan kepalanya. "Nggak."

"Terus, tadi ngapain?"

Galang tampak berpikir. "Eum ..., mengenang masa lalu."

Terdengar suara kekehan dari mulut perempuan di hadapannya. "Mengenang masa lalu, sih, boleh. Tapi, nggak sampai harus hujan-hujanan juga, dong. Apalagi, ada petir sama guntur yang rusuh banget di luar sana. Aku takut kalau kamu kenapa-napa tadi."

Mendengar itu, Galang mengusap-usap puncak kepala istrinya yang sudah dinikahinya selama satu tahun ini. Perempuan pilihannya, perempuan yang selalu menemaninya bahkan ketika dunia pun sama sekali tidak ingin memihaknya.

Galang tidak pernah tahu. Apa maksud Tuhan telah menghadirkan perempuan ini di dalam hidupnya yang dibilang sangat kacau beberapa tahun yang lalu. Tetapi, apa pun itu maksudnya, Galang sangat berterimakasih pada Tuhan.

Ketika kehidupannya berada di ujung tanduk, Tuhan tiba-tiba menghadirkan perempuan ini. Galang sangat mensyukuri itu. Di saat semua tidak peduli padanya, hanya perempuan ini yang dengan sangat cerianya mengulurkan tangannya untuk Galang. Mengatakan padanya bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Dan, Galang memercayai itu. Perempuan yang tengah ditatapnya ini, memang perempuan yang sangat tepat untuknya.

"Aku mandi dulu, ya, Sel. Maaf, udah bikin kamu khawatir tadi," katanya sambil tersenyum.

Laki-laki itu kemudian menempatkan wajahnya di hadapan perut istrinya yang menonjol. Diusapnya dengan pelan perut Selin, setelahnya Galang menciumnya. "Jagoannya Papa. Papa mandi dulu, ya."

Stay (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang