Chapter 25 : Invisible Wounds

9 13 101
                                    

Song recommendation :

Mixtape : OHStray Kids

"Saat aku menggenggam tanganmu, aku terus terlihat bahagia." -Stray Kids Lee Know, from Mixtape : OH.

Selamat membaca bagian ke-dua puluh lima⚡

Bagian 25 : Luka Yang Tidak Terlihat

Bagian 25 : Luka Yang Tidak Terlihat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Maaf. Aku tidak dapat memenuhi janjiku, untuk tidak selalu membuatmu khawatir akan keadaanku."

-Ragalang Agleo Adendra.

Galang menatap gadis yang lahir sepuluh menit lebih awal darinya itu. Pemuda berambut pirang itu kemudian mengembuskan napasnya. "Lo harusnya langsung berangkat ke sekolah aja. Nggak usah mampir ke sini segala. Nanti, kalau lo telat, gimana?"

"Kenapa bisa lo ada di sini, sih, Ga?" Giska tidak memedulikan ucapan Galang tadi, karena gadis itu sama sekali tidak peduli jika dia terlambat pergi ke sekolah. Yang Giska pentingkan saat ini adalah, keadaan adik kembarnya. Pantas saja Galang tadi malam tidak pulang ke rumah, ternyata, pemuda itu ditangkap polisi.

Setelah mendapatkan telepon dari kepolisian sekitar pukul setengah tujuh pagi tadi—ketika Giska hendak pergi ke sekolah bersama Deri—Giska akhirnya dengan terburu-buru meminta Deri untuk mengantarkannya ke kantor polisi. Tempat di mana Galang ditahan, karena adik kembarnya itu diduga mengikuti balap liar.

"Gue habis nganterin Selin pulang ke rumahnya. Di jalan, gue ketemu Daven yang tiba-tiba ngejar gue. Gue awalnya nggak mau ladenin dia, tapi lama-kelamaan itu orang bikin gue emosi. Maka dari itu, gue sama Daven akhirnya kejar-kejaran. Tiba-tiba ada mobil sama beberapa motor polisi yang ngejar kita. Mereka kayaknya ngira gue sama Daven lagi balapan liar. Makanya, mereka ngejar kita. Dan, yah ..., gue berakhir di sini sekarang," jelas Galang.

Giska menggenggam tangan Galang. Gadis itu merasa bersalah karena pemuda berambut pirang itu ditahan di tempat ini. "Maafin gue, Ga. Kalau gue nggak nyuruh Selin dan Deri untuk nyamperin lo di lintasan, lo pasti nggak akan ada di sini."

Galang hanya tersenyum tipis mendengar itu. Di sini yang harusnya disalahkan adalah dirinya. Jika dia tidak mengikuti balap liar malam kemarin dan memilih tinggal di rumah saja, kejadian ini pasti tidak akan terjadi. Penyesalan memang akan selalu datang paling akhir.

"Si Daven bangsat itu bener-bener, ya!" Deri sedikit menggebrak meja yang menjadi penyekat antara dirinya dengan Galang.

Galang kembali mengembuskan napasnya. Mengapa Daven selalu saja mencari masalah dengannya? Padahal, Galang tidak pernah mencari masalah dengannya. Menyebalkan.

Stay (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang