18 - PIKNIK

14 1 0
                                    

Aku, hidupku, bahagiaku, dan kamu. Aku ingin, mereka semua akan selalu berjalan beriringan. selalu.

-------------------------

HARI Sabtu yang ditunggu pun tiba. Setelah subuh tadi, Keysha bergegas ke kamar mandi dan mulai bersiap untuk menjalani hari.

Sejak membuka matanya, Keysha selalu melihat layar ponsel dengan case pink pilihannya untuk melihat apakah ada notif dari Rafa atau tidak. Tapi, selalu nihil. Sejak tadi malam, Rafa tidak mengatakan dengan jelas pukul berapa ia akan menjemput Keysha. Jadi, yasudah siap-siap saja dari pagi. Toh Rafa bukan tipe laki-laki yang suka membatalkan janji.

Keysha tampil dengan outfit yang bisa dibilang sederhana, namun manis. Tidak terbuka, tapi tetap feminim. Kaki kecilnya ditutup dengan celana berbahan jeans yang tidak ketat. Sedangkan tubuh mungilnya dibalut kaos putih polos lengan pendek, lalu diberi outer berupa kemeja yang 3 kancing bagian atasnya dibuka. Terakhir, sedikit rambut bagian kanan dan kirinya dijumput lalu disatukan pada bagian belakang kepalanya. Sisa rambut lainnya, diberi kesan curly pada ujungnya dan digerai ke belakang. Manis sekali.

Wajah mungil yang hanya diberi polesan make up tipis tersebut menatap dirinya dalam pantulan dan tersenyum. "Wah, gue cantik banget ya ternyata."

Apakah ada yang bisa menebak pada pukul berapa Keysha keluar dari kamarnya? Yups, pukul 9 pagi. Cukup lama apabila dilihat dari sejak kapan ia mandi. Ralat, memang lama.

Sampai detik di mana Keysha menuruni anak tangga rumahnya menuju ruang keluarga, Rafa masih belum menghubunginya. "Awas aja nanti, bakal gue bejek-bejek tuh orang. Eh, tapi nanti kalo muka gantengnya rusak gimana?" gumam Keysha pada dirinya.

"Udah Key?"

Langkah Keysha terhenti di ujung tangga sesaat setelah mendengar suara tersebut. Matanya terbelalak, "Sejak kapan lo di sini? Mama sama Papa juga kok gak bilang kalo udah ada dia?" Sepertinya ada persekongkolan di rumahnya.

"Nanti kalo Papa bilang udah ada Rafa, proses dandan kamu gak khusyuk, Key." Tentu saja godaan dari Bayu semakin membuat pipi Keysha memerah karena jengkel. "Kalian sekongkol kan?" rajuk Keysha.

"Keysha emang suka ngambekan gitu ya, Raf?"

"Ya gitulah, Tante." Menggoda Keysha bersama-sama seperti ini ternyata menyenangkan. Biasanya Rafa hanya melakukannya sendirian.

Dengan wajah yang masam, Keysha melangkah ke dapur untuk mengambil selembar roti dan mengoleskannya dengan selai stroberi kemudian dengan langkah santai mengunyah roti tersebut sambil berjalan kembali ke ruang keluarga. "Sejak kapan di sini sih? Kok gak ngabarin?"

"Orang mah kalo tanya tuh duduk dulu." Rafa benar-benar heran, bagaimana bisa Mama Keysha memiliki anak bar-bar seperti dia? Padahal Mama dan Papanya terlihat kalem dan memiliki aturan masing-masing. "Jam 8, maybe."

"Udah sejam dong?"

Rafa mengangguk.

===

"Jangan turun dulu, biar gue bukain."

Langkah Rafa terlihat begitu keren di mata Keysha. Tangannya yang lembut menutupi kepala Keysha saat keluar dari mobil. Sederhana, namun manis. Hal kecil seperti inilah yang diinginkan oleh banyak perempuan. Penuh perhatian dan pengertian.

Rafa tidak menggunakan motornya. Menurut Rafa, hari ini harus spesial. Itulah sebabnya ia meminjam mobil Ayahnya. Rafa sendiri belum diberikan mobil pribadi karena usianya yang belum genap 17 tahun.

Keysha pun sempat bertanya, apakah Rafa sudah mendapatkan izin untuk mengendarai mobil sendiri. Jawaban Rafa adalah sudah, karena bulan depan usianya genap 17 tahun. Mungkin mobil miliknya sendiri akan segera hadir di garasi rumah? Rafa bisa menduga karena Ayahnya telah menjanjikan hal tersebut beberapa tahun yang lalu.

PUZZLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang