1 - Namanya Keysha

50 4 0
                                    

Jadilah pandai. Ini hidup. Banyak yang harus kau hadapi.

"Telat telaaatt" teriak gadis itu sambil berlari. Orang lain melihatnya dengan pandangan heran, sebagian juga menggeleng melihat tingkah polah anak perempuan ini.

"Yahh tuhkan telat beneran. Pak Santo bukain dong!" wajah gadis ini mulai memelas pada satpam yang menjaga pintu gerbang sekolah bernama SMA PRIMA itu dengan cara menempalkan wajah imutnya pada jeruji besi gerbang tersebut, jangan lupa puppy eyes menambah kesan melas yang ia tunjukkan.

Satpam paruh baya itu mendekat ke arah siswi teladan yang satu ini "Kamu lagi? Ngga Key, ngga ada kesempatan lagi, baru kelas sepuluh kamu udah telat 5 kali lho. Saya gak mau bukain, biar kapok aja kamu sekalian" tegas pak Santo. Keliatannya wajah melas perempuan di hadapannya kali ini sama sekali tak bisa mempengaruhinya, bisa dibilang kebal mungkin?

"Ih, bapak mah jahat. Saya ada ulangan pak pagi ini" pintanya sekali lagi "Nanti saya beliin siomay deh pak" bujuknya.

"Bodo amat, gue mah gak peduli. Terus, apa tadi? Siomay? Idihhh, gue masih punya gaji kaleee" pak Santo mengatakannya dengan nada bicara yang aneh sambil memejamkan matanya dan menggelengkan kepalanya, jangan lupa tangannya yang bergerak mengibas-ibaskan wajah dengan kulit cukup keriput dengan kumis yang cukup tebal seperti kipas. Terlihat konyol jika dilihat dari usianya.

"Hueeekk, gak pantes tau pak. Atuh inget umur" nada bicara dan gerak tubuh gadis manis yang akrab disapa Key itu menunjukkan seperti orang yang ingin muntah.

Melihat pak Santo yang sudah tak ingin meladeninya, Key melangkahkan kakinya pergi "Yaudah, Key pergi aja"

"Udah saya bilang bodo amat" kini pak Santo sudah duduk dengan santai di posnya.

Tidak. Keysha Aqeela Feren bukan anak yang pantang menyerah, dia juga bukan siswa yang suka jika disuruh untuk meninggalkan jam pelajaran. Dia tau bagaimana harus masuk ke kelas jika sudah seperti ini, jawabannya kantin.
Di tembok kantin, ada sebuah pintu yang menghubungkan kantin dengan dunia luar. Entah siapa yang membuatnya dulu, tapi Key sangat berterimakasih, karenanya ia akan selamat lagi hari. Seperti kejadian sebelum-sebelumnya.

Dan benar, dia selamat memasuki kantin, ingat itu, baru kantin. Masih jauh untuk masuk kelas X IPA 3, kelasnya. Tapi tunggu, ada satu hal janggal di kantin. Kenapa ada siswa yang makan? Bukannya pelajaran pertama sudah dimulai?

Key penasaran. Ia mendekat pada siswa tersebut, rasa penasaran membuatnya lupa tentang misi masuk ke kelas. Dia kenal anak laki-laki ini, dia teman sekelasnya, ya memang tidak terlalu kenal, karena anaknya yang memang terkenal dingin, Rafa.

"Hai, Rafa kan?"

Tak ada jawaban, hanya menoleh. Tatapan dinginnya itu lho, Key rasanya seperti beku di tempat.

"Kamu kok di sini? Pak Rudi belum masuk emang? Hari ini ada ulangan kan?" celoteh Key sok dekat, dia memang seperti ini, suka berbicara tanpa tau situasi dan kondisi.

Rafa mulai menghentikan aktivitasnya. Ia kembali menoleh ke arah Key "Kalo lo penasaran, kenapa gak masuk kelas?" tanyanya dingin.

"Yaelah, dingin amat bang. Perasaan gue nanyanya juga sopan. Dasar es batu!" cerca Key. Ketika melihat tatapan membunuh dari Rafa, ia buru-buru pergi dari kantin dan berlari menuju kelasnya, ia tau mungkin sebentar lagi singa yang terkubur dalam diri Rafa akan segera bangkit.

Beruntung, dewi fortuna benar-benar berada di pihaknya hari ini. Ia selamat sampai ke kelas tanpa diketahui guru manapun. Di kelas juga masih belum ada pak Rudi, pantas saja Rafa dengan santainya makan di kantin. Eh, kok Rafa lagi?

Dengan cepat Key duduk di sebelah perempuan berambut sebahu "Keyshaaa lo kemana dulu sih? Gila lo jam segini baru dateng. Untung pak Rudi lagi sibuk. Ngomong-ngomong, lo kok bisa masuk sih? Udah jam 8 lho ini" serang teman sebangku Keysha tiba-tiba.

Keysha menatap temannya yang bernama Delana itu dengan tatapan heran "Gila, biasa aja dong tanyanya"

"Gue kesiangan. Biasalah kalo lagi PMS kan gak ada tanggungan subuh. Terus tadi mampir dulu di kantin" jelas Key tanpa dosa.

"Ngapain ke kantin? Sarapan?"

"Sok tau banget lo, Del. Gue tadi gak dibukain gerbang sama pak Santo, yaudah deh gue masuk lewat pintu 'rahasia' terus di sana gue liat si es batu lagi makan, gue sapa bentar gitu"

"Es batu?" tanya Delana sambil memiringkan kepalanya.

"Iya, Rafa... Rafa Arkana?"

"Rafassya Nuraz Arkana, Key. Masa iya temen sekelas lo gak hapal namanya"

"Iya, gitu pokoknya. Lah, gak penting amat gue tau nama lengkapnya"

"Walaupun es batu, lo harus akuin kalo dia ganteng kan?" goda Delana sambil mengedipkan salah satu matanya.

"Buset, genit amat lo. Percuma kali Del, ganteng tapi es batu gitu. Kesannya sombong"

"Sombong gimana? Kesannya jadi cool kali Key. Ah, elo emang gak tau gimana model cowok populer kayanya. Bener jomblo lo"

"Eh jepit jemuran! Jomblo teriak jomblo lo. Gue mah jomblo-jomblo gini juga ada yang sayang"

"Siapa? Sahabat pena lo yang sampe sekarang lo gak tau bentuknya kaya gimana? Mending lo cari cowok yang pasti-pasti aja deh, Key. Siapa tau lo bakal nyesel kalo udah ketemu orangnya" ya, Delana memang tau rahasia dari Keysha. Sudah satu tahun mereka berteman baik, bisa dibilang sahabat mungkin? Jadi apa salahnya memberi tau Delana? Keysha yakin Delana orang baik yang bisa dipercaya.

"Engga. Gak tau kenapa, gue yakin kalo gue gak bakalan nyesel. Tinggal satu tahun lagi, dan gue bakal ketemu sama dia" ucap Keysha penuh keyakinan.

"Semerdeka lo aja" Delana tau ia akan kalah jika berdebat dengan sahabatnya yang satu ini.

•••

Tinggal satu tahun lagi, dan semuanya akan dimulai.
Aku tak sabar untuk itu.

Key tak henti-hentinya tersenyum membaca kembali surat beramplop ungu yang ia dapat minggu lalu. Ia tak sabar menunggu hari minggu datang lagi untuk membalas surat itu.

Surat tanpa nama. Hal konyol yang selalu mampu membuatnya tersenyum bahagia. Entah siapa yang menulis, tapi Key yakin bahwa 'dia' adalah orang yang sangat menyenangkan.

Si purple. Itu nama panggilan untuk sahabat penanya yang sampai saat ini tak pernah ia tau siapa orangnya, yang Key tau dia laki-laki sepantarannya, entah lebih tua atau lebih muda, yang penting sepantaran. Hanya itu.

Mereka berjanji akan bertemu di bawah pohon rindang di taman tengah kota tempat mereka bertukar surat setiap minggu pagi dan sore itu saat usia Keysha telah mencapai 17 tahun. Satu tahun lagi maka penantian selama ini benar-benar akan terbayar.

"Aku penasaran, gimana reaksi kita kalo ketemu ya?" gumam Keysha pelan sambil menahan tawa menatap surat yang masih ia pegang

Hiii, Assalamu'alaikum gengsss
Gimana menurut kalian?
Semoga sukaaa 😙
Sebenernya author mau up setelah pembaca part prolog kemaren agak banyak
Tapi, author gak betah, tangannya gatel pengn up 😅
Jangan lupa pencet bintang
Jangan lupa tetep baca cerita author yang di sebelah yaaa :*
Salam hangat, Rinay-chan

PUZZLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang