Dentuman musik mengalun dengan kuat di ruangan luas yang dipenuhi sesak manusia-manusia yang tengah mencari ketenangan juga kesenangan. Aneh bukan? mencari ketenangan tetapi malah ke tempat yang berisik dan hiruk pikuk. Tapi begitulah yang terjadi. Ketenangan bukan hanya perihal sunyi dan jauh dari keramaian tetapi melenyapkan hal-hal yang tidak kau inginkan dari kepalamu atau sekedar melampiaskannya pada segelas alkohol, tarian atau barangkali mencari seseorang untuk menemani malammu. Opsi pertama berlaku untukku. Aku tak suka menari dan yang jelas aku bukan jalang yang bercinta dengan sembarangan orang.
"Tolong berikan aku segelas Long Island." Barista bermata sipit dengan kulit pucat yang tengah sibuk merapikan botol-botol minumannya menoleh ke arahku.
"Nn.Chou. Lama tak berjumpa." sapanya sambil tersenyum yang hanya ku balas dengan senyum tipis. Aku sering kemari. Tidak untuk bersenang-senang hanya saat merasa lelah dan kacau saja. Dan kebetulan hari ini itu terjadi. Pekerjaanku tidak berjalan dengan baik dan ada beberapa tikus menyebalkan yang merusak hariku.
"Terima kasih, Sam." ujarku saat segelas minuman tersaji di hadapanku.
"Chou Lara." panggilan itu berhasil mengalihkan atensiku, berbalik menatap pemilik suara tersebut.
"Kau masih sering kemari rupanya." Sepertinya dewi fortuna membenci diriku. Kenapa hari ini aku sangat sial. Dan kenapa harus si brengsek ini yang aku temui?
Pria jangkung dengan wajah bak pahatan dewa itu melangkah mendekat, duduk di salah satu kursi di sampingku. Kim Dante. Mantan kekasihku. Mencampakkanku karna ingin menikahi putri seorang konglomerat Asia.Ia ambisius dan akan melakukan apa saja untuk kekuasaan. Sementara aku hanya model biasa dengan latar belakang keluarga yang bahkan tidak jelas.
Pria itu memesan sesuatu sebelum kembali menatapku. Ia masih tampak sama. Tidak berubah sama sekali sejak terakhir aku melihatnya setahun yang lalu.
"Kau masih tetap cantik." pujinya.
"Kau salah. Aku tidak cantik tapi semakin cantik!" balasku sambil tersenyum kemudian menyesap minumanku. Ku dengar ia terkekeh mendapati responku. Ingatanku kembali melayang pada hari-hari yang ku habiskan untuk menangisi dan membencinya. Ku hela nafas sejenak mengembalikan kesadaranku.
"Kau mencoba menghindari ku?" tanya menyadari aku bangkit dari posisiku.
"Untuk apa aku melakukan itu? Aku sama sekali tidak peduli dengan keberadaanmu saat ini Tuan Kim. Aku ingin ke toilet." Baru akan melangkah lagi-lagi ia menahanku.
"Bagaimana aku bisa percaya kau tidak sedang beralasan untuk pergi?"
"Kau tidak lihat aku belum membayar minumanku? Aku tidak akan kabur begitu saja." Kesalku dengan nada bicara sedikit menekan.
"Ups. Aku lupa soal itu. Baiklah, lanjutkan niatmu."
Aku menghela nafas kasar kemudian melanjutkan langkahku menuju toilet. Aku memang butuh ke Toilet sekaligus meluapkan kesal karna tidak sengaja bertemu dengannya. Tidak lama aku kembali ke bar dan dia masih di sana. Yah, masa bodoh. Aku tidak peduli. Kembali ku teguk minumanku. Sedikit kesal membuatku menghabiskannya tanpa sisa. Tidak berniat menikmati sebab ingin segera pergi.
"Kau terburu sekali. Nikmati minumanmu."
Ku alihkan pandangan menatap Dante. Aku berniat membalas ucapannya tapi aneh, tiba-tiba saja kepalaku sedikit pusing dan seketika tubuhku terasa sangat panas.
"Kau baik-baik saja Nn.Chou? Aku fikir tidak." ucap Dante sambil tersenyum menatapku yang gusar.
"Brengsek! Kau memasukan sesuatu ke dalam minumanku?" teriakku sambil mencengkram kemejanya.
Dante terkekeh, sebelah tangannya terulur menyentuh wajahku. Mengusap pipiku dengan ibu jarinya sembari mendekat berbisik tepat ditelingaku.
"Tenang saja. Aku tak memasukan racun, hanya beberapa tetes obat perangsang."
Aku merasa seperti terbakar dan sesuatu terasa mendesak ingin lepas dari tubuhku.
Kim Dante menyeringai bahagia menyaksikan hasil perbuatannya."Butuh batuan? Katakan saja, dan aku akan membantumu dengan senang hati."
Kim Dante merangkul pinggangku, menarik tubuhku merapat hingga menempel pada tubuhnya. Benar-benar licik. Ia selalu punya sejuta cara untuk membuatku terjebak dan jatuh padanya.
"I miss you." Bisiknya. Deru nafasnya terasa hangat menerpa wajahku. Menghantarkan sengatan serupa listrik pada aliran darahku. Jika saja aku dalam keadaan sadar ingin sekali aku mencekik kemudian memakinya saat ini juga.
"Kau sialan!" Ku cengkram kedua lengannya muak. Tubuhku semakin tak terkendali sementara ia terus tertawa merayakan keberhasilannya memperdaya diriku.
"Say it, Chou Lara!" pintanya.
Ku fikir aku tidak akan pernah lagi menginjakkan kaki pada kubangan dusta dan kebrengsekannya. Tapi, hari ini untuk kesekian kalinya aku harus menelan segala keangkuhanku dan menyelam ke dalam lautan nestapa yang ia ciptakan.
"I want you, Kim Dante!"
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Adore
FanfictionKumpulan cerita pendek yang divisualisasikan oleh Chou Tzuyu dan Kim Taehyung. Diharapkan bijak dalam memilih bacaan. Cerita mengandung unsur dewasa. [Completed but still on update ]