Limerence Part II

538 37 0
                                    

   Sekali lagi Chou Lara terseret kedalam neraka yang diciptakan Kim Dante. Pria brengsek yang sanggup merelakan apapun untuk mencapai ambisinya termasuk mengorbankan wanita yang ia sebut cinta. Dan Chou Lara yang selalu jatuh untuknya lewat tipu daya dan segala kelicikan yang ia pergunakan. Takdir macam apa yang sebenarnya mengikat mereka ? Benarkah itu takdir atau hanya jeratan iblis yang menghancurkan diri?

Chou Lara POV

Kim Dante meraup habis bibirku. Ciumannnya begitu menuntut dan tak terkendali seolah menumpahkan seluruh kerinduan yang selama ini ia tahan. Kerinduan? yang benar saja. Aku pasti salah mengira. Mustahil pria brengsek sepertinya merindukanku ketika ia sendiri yang membuangku. Mungkin sebaliknya aku yang merindukannya, sentuhannya dan seluruh hal yang ada pada dirinya.
Terlepas dari kebencianku, ia masih setia bersarang dalam hatiku.

Ia melepas cumbuannya, menyeringai menatapku yang berada di bawah kungkungannya tanpa sehelai benangpun. Tatapan penuh gairah dan seringai mengerikannya itu tampak begitu menawan. Tidak hanya aku, ku fikir seluruh wanita di dunia ini tidak akan ada yang mampu menolak pesonanya nan memabukkan. Ku ulurkan kedua lenganku, menarik tengkuknya untuk kembali menciumnya. Menghisap dan menyesapnya berulangkali, bibirnya terasa begitu manis dan lembut seperti permen kapas.

Dante tersenyum di sela ciumanku kemudian mulai melumat, menyesap , membalas ciumanku lebih dalam dan liar. Ia menggigit kecil bibirku membuatku menganga membiarkan lidahnya menerobos masuk mengaduk rongga mulutku. Saling membelit hingga kemudian bibirnya menarik keluar lidahku, menghisap lembut hingga lenguhan tertahan keluar dari mulutku.

Tangannya tak tinggal diam, bergerak sensual mengusap tubuhku. Ciumannya terlepas, berpindah menggerayangi leher jenjangku. Menjilat, menggigit hingga menghisap mencipta bercak keunguan.

"Ahnn." Lenguhan halus kembali terdengar dari mulut kecilku saat ciumannya semakin turun ke area dada hingga payudaraku.
Ia menenggelamkan wajahnya diantara kedua gundukan kenyal tersebut, menghirup dalam aroma tubuhku.

Aku mendesah kuat saat bibirnya menghisap kuat pucuk dada kananku sembari meremas yang satunya. Tangan lainnya tidak ia biarkan menganggur, mengusap sensual pinggulku kemudian turun ke paha hingga menyentuh milikku yang sudah basah.

Tanganku meremas surainya, mengerang dengan mata terpejam selagi ia sibuk dengan dadaku. Meremas, menghisap kuat seperti bayi kehausan.

Fuck! Aku berteriak saat ia berpindah menyapa bagian selatan tubuhku. Lidah sialannya menyentuh klitorisku. Menjilat kemudian menghisapnya. Kim Dante membuatku gila. Lidahnya bergerak acak menusuk-nusuk dan mengacaukan kewarasanku. Aku melenguh mencapai pelepasan pertamaku. Kedua tanganku mencengkram bahu Dante saat pria itu menyesap sisa-sisa orgasmeku.

"Akhh!" Aku tertegun saat tiba-tiba Dante membalik tubuhku menjadi di atasnya.

"Ride me!" ucapnya.

"Kau yang merangsangku tapi kenapa tampaknya malah kau yang menikmati ini." Kim Dante terkekeh mendengar sanggahanku.

"Bukankah sudah jelas jika aku menginginkanmu? Lagipula setelah ini kau yang akan lebih menikmatinya. Lakukan!"

Ku cengkram kedua bahunya seraya menaikkan pinggulku dan perlahan memasukkan miliknya ke dalam tubuhku. Baru masuk ujungnya saja tubuhku sudah bergetar dibuatnya.

Aku melenguh saat tubuh kami berhasil menyatu sempurna. Nyeri tapi aku masih bisa menahannya. Ku gerakkan tubuhku naik turun mengeluar masukkan kejantanan Dante hingga ia menggeram merasakan nikmat saat milikku menghisap dengan kuat.

"Shit! Kau sangat ketat Chou. Seperti perawan saja."

"Akhhh,..A-aku tak pernah melakukannya lagi sejak terakhir kali kau menyentuhku." Aku bergerak semakin cepat dan tidak teratur sambil sesekali memutar pinggulku kemudian kembali menghujam dengan liar.

Dante mengusap, memelintir putingku yang bergerak tepat di depan wajahnya. Mengecup kemudian kembali menyesapnya sambil menggenggam pinggulku.

Kejantanan Dante menggesek kasar liangku. Aku terus menggerakan pinggul menghujam lebih dalam dan dalam lagi menyentuh titik kenikmatanku. Milikku berkedut semakin kencang dan lenguhan panjang mengudara dari bibir kecilku.

"Akhh ahh, ah-KIM DANTE!!" Aku memeluk erat tubuh Dante kala mencapai Orgasmeku. Belum usai aku bernafas dengan benar ia kembali membanting tubuhku berbalik menempatkanku dibawahnya.

"Aku belum.Sedikit lagi." Ucapnya sambil menarik tungkaiku, melingkarkan pada pinggangnya. Kemudian bergerak menggempur liangku tidak terkontrol.

Semakin kuat hujamannya semakin kuat pula milikku mengetat dan menjepit kejantanannya dengan erat. Dante mendorong kejantanannya semakin brutal. Lenguhan, erangan erotis serta suara kecipak penyatuan memenuhi ruangan. Hingga ia merasa orgasmenya sudah diujung Dante menusuk lebih dalam, melenguh pada hujaman terakhir.

"Arghhh!! Chou Lara. Kau sangat nikmat." Dante mengeram di ceruk leherku. Cairan orgasmenya membanjiri vaginaku hingga merembes keluar hingga ke paha dalam.

"Menyingkirlah bodoh. Kau berat." Ku dorong tubuh Dante hingga bergulir ke samping. Aku masih terengah mengatur nafaku begitu pula Dante yang deru nafasnya menyapa runguku.

"I love you, Chou Lara." ujarnya sembari menarik tubuhku ke dalam pelukannya. Aku hanya diam tak berniat membalas. Dahulu kalimat itu mungkin mampu menghantarkan bahagia namun kini kalimat cintanya terasa memuakkan, membangkitkan rasa sakit yang tidak ingin aku ingat.

"Bisakah kita lanjutakan lagi?" tanyanya.

"Tidak!Jangan coba-coba. Jika bukan karna obat yang kau masukkan aku tidak akan membiarkanmu menyentuhku."

"Ok ok, tidak ada lanjutan. Tidurlah." Dante mengeratkan pelukannya dan tak lama kami pun terlelap dengan tubuh polos yang masih lengket dan penuh peluh.

******

Dering ponsel yang tidak berhenti membangunkan aku dari tidurku.
Lenganku terulur menjangkau ke segala arah mencoba menemukan ponsel. Sejurus kemudian mataku terbuka dan membulat sempurna teringat apa yang terjadi semalam.

Aku tidak tau ini ruangan khusus atau motel, apapun itu namanya yang jelas saat ini aku terbangun di tempat asing. Aku bangkit dari ranjang memunguti pakaianku sekaligus menjawab panggilan ponselku.

"Chou Lara kau dimana? Kau tak lupa dengan jadwal pemotretanmu bukan?!" tanya managerku kesal sebab aku belum ada di lokasi.

"Maafkan aku.Aku akan segera ke sana. Dua puluh, ah tidak. 15 menit. Aku akan sampai dalam lima belas menit." Ku sudahi panggil tersebut kemudian membenahi diri.
Mataku mendapati secarik kertas di atas nakas yang dihimpit asbak.

Ada yang harus aku selesaikan jadi aku pergi tanpa membangunkanmu. Hubungi aku begitu kau kembali.
Jangan coba menghindariku lagi!
+33122330011

Ku remukkan kertas tersebut dan melemparkannya ke tempat sampah tidak ingin berurusan dengannya lagi. Masih jelas dalam ingatanku apa yang ia katakan saat itu. Seperti orang bodoh aku memohon agar ia tak meninggalkanku. Dan dengan dinginnya ia memintaku agar terlahir kembali sebagai putri keluarga terhormat.

Padahal saat itu rasanya sangat nyata,dia satu-satunya yang membuatku benar-benar merasa dicintai dan dipuja dengan begitu besar. Tidak terbesit sama sekali jika ia juga yang akhirnya mengukir luka besar pada relung sukmaku.

*****

    Kim Dante tengah menyeringai bahagia menyaksikan sesuatu dari laptopnya. Sesuatu yang ia yakini akan bisa menyukseskan rencananya tanpa cela.

"Ku pastikan kau akan kembali padaku, Chou Lara!"

Ku fikir apa yang terjadi malam itu memang sebuah kebetulan tapi nyatanya sudah direncanakan oleh Kim Dante. Ia sengaja mencari tau keberadaanku dan kemudian menjebakku. Aku sama sekali tak tau jika ia membuat sex tape untuk mengancamku.

'ᴅɪ ᴅᴜɴɪᴀ ɪɴɪ ᴛᴀᴋ ᴀᴅᴀ ʏᴀɴɢ ɴᴀᴍᴀɴʏᴀ ᴋᴇʙᴇʀᴜɴᴛᴜɴɢᴀɴ.ʏᴀɴɢ ᴀᴅᴀ ʜᴀɴʏᴀ ᴛᴀᴋᴛɪᴋ ᴅᴀɴ ᴋᴇʙᴏʜᴏɴɢᴀɴ ᴋᴇᴄɪʟ ʏᴀɴɢ ᴅᴀᴘᴀᴛ ᴋᴀᴜ ɢᴜɴᴀᴋᴀɴ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴄɪᴘᴛᴀᴋᴀɴ ꜱᴇʙᴜᴀʜ ᴋᴇʙᴇʀᴜɴᴛᴜɴɢᴀɴ.'
- ᴋɪᴍ ᴅᴀɴᴛᴇ

_Fin

AdoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang