Addiction (Chapter 1)

190 15 1
                                    

𝘐𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘦𝘭𝘮𝘢 𝘢𝘥𝘪𝘬𝘴𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘬𝘶 𝘩𝘪𝘯𝘥𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘫𝘢𝘬 𝘬𝘢𝘭𝘪 𝘱𝘦𝘳𝘵𝘢𝘮𝘢 𝘫𝘦𝘮𝘢𝘳𝘪 𝘴𝘦𝘩𝘢𝘭𝘶𝘴 𝘬𝘦𝘭𝘰𝘱𝘢𝘬 𝘮𝘢𝘸𝘢𝘳 𝘪𝘵𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘯𝘵𝘶𝘩𝘬𝘶. 𝘐𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘪𝘯𝘥𝘢𝘩 𝘮𝘢𝘸𝘢𝘳, 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘮𝘢𝘯𝘪𝘴 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘸𝘪𝘯𝘦 𝘵𝘶𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘶𝘨𝘶𝘩 𝘩𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘵𝘪𝘢𝘱 𝘵𝘦𝘵𝘦𝘴 𝘯𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘭𝘪𝘳𝘪 𝘵𝘦𝘯𝘨𝘨𝘰𝘳𝘰𝘬𝘢𝘯.

"Hai. Umm.... Aku baru pindah ke sebelah. Aku ingin membersihkan tempatku tapi sepertinya aku lupa membawa Vacum cleaner. Jika tidak keberatan, boleh Aku meminjam milikmu?"

Seorang wanita dengan rambut coklat gelap panjang berdiri di hadapan Dante. Tubuhnya kecil tapi dia cukup tinggi, wajah kecil dengan mata yang tidak besar tapi juga tidak bisa dikatakan kecil. Terlihat seperti mannequin tapi tentu saja lebih cantik karena ia manusia.

"Ya tidak masalah. Aku akan mencarinya lebih dulu. Sebentar." Dante kembali ke dalam, meninggalkan wanita tersebut di depan pintu apartmentnya yang dibiarkan tetap terbuka. Selang beberapa menit Dante kembali menenteng apa yang ia cari.

"Silakan."

"Terima kasih. Aku akan segera mengembalikannya." Wanita itu mengambil Vacum cleaner dari tangan Dante. Mengucapkan terima kasih sebelum melangkah ke tempatnya. Ia tinggal tepat di samping tempat Dante. Sebelumnya ditempati oleh dua orang mahasiswa pria jika ia tidak salah ingat. Lalu awal tahun lalu mereka pindah yang artinya hampir 3 bulan tempat itu tidak dihuni. Sampai kemarin pun tempat itu masih kosong. Sepertinya wanita tersebut baru sampai sore ini, begitu fikir pria bernama lengkap Kim Dante tersebut.

Usai merapikan apartment barunya. Chou Lara berbaring di sofa sambil menghela nafas lelah tetapi senyum bahagia tidak henti terkembang di wajahnya. Setelah melalui banyak perdebatan, kedua orang tua Lara membiarkan putri tunggal mereka untuk tinggal sendiri di Milan meninggalkan kota kelahirannya, Roma.

Bukan tanpa alasan, perempuan 22 tahun itu ingin bekerja di industri fashion. Dan Milan terkenal sebagai pusat mode yang pagelaran fashion weeknya selalu dinanti semua orang. Walau ia baru akan bekerja sebagai asisten designer sebagai pemula. Tapi bukankah mimpi itu memang dimulai dari bawah? Terkecuali kebetulan kau terlahir dari orang tua kaya raya yang siap menyokongmu. Itu sebuah anugerah, begitu pendapat Lara.

"Owh, aku harus mengembalikan Vacum tetanggaku. Tapi sebaiknya aku membersihkan diri dahulu."

Usai membersihkan diri dan berganti pakaian, Lara menyempatkan memesan makanan dari layanan pesan antar terlebih dahulu. Menurutnya lebih baik memberi sesuatu sebagai ucapan terima kasih.

Lara kembali ada di sana. Di depan apartment tetangga baru yang ia belum tahu namanya siapa. Setelah menekan bel beberapa kali sama sekali tidak ada jawaban. Niatnya ingin kembali tapi kemudian dia melihat sosok pria itu baru keluar dari elevator.

"Oh, kau tetangga baru. Ada apa? Butuh sesuatu lagi?" tanyanya saat melihat Lara di depan pintu. Buru-buru Lara menggeleng, tentu saja untuk memberi jawaban tidak. Tujuannya hanya ingin mengembalikan alat pembersih yang ia pinjam.

"Tidak. Aku hanya ingin mengembalikan alat pembersihmu."

"Oh, ok. Kau bisa meninggalkannya di sana," tunjuk Dante ke arah lantai.

"Tanganku sedang penuh, atau kau keberatan membantu membawakan ke dalam?" imbuh Dante. Ia memang sedang membawa beberapa barang dan tas goodie bag. Mustahil untuk menambah bawaan apalagi benda sebesar vacuum cleaner.

AdoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang