City Of Love Part. 1

400 28 0
                                    

"Aku tidak peduli. Kau harus bertanggung jawab!"

        "Dengar nona. Aku punya janji yang sangat penting. Aku akan memberimu kompensasi tapi tidak sekarang. Aku harus pergi."

"Fikirmu aku bodoh? Kau mencoba menipuku."

          Beberapa menit lalu saat aku tengah memotret pemandangan di tepi sungai Seine, seorang pria asing yang sibuk berbicara ditelepon menabrakku hingga ponsel yang ku pegang terlempar masuk ke sungai. Sialnya pria itu hanya mengucap maaf sekilas tanpa menghentikan langkahnya. Tentu saja aku marah. Hei, dia baru saja membuatku kehilangan benda penting dan mencoba melarikan diri. Tapi beruntung aku sempat mencegat dan membuat ia berhenti.

"Aku akan memberikanmu ponsel yang 10 kali lebih mahal jika kau ingin. Tapi lepaskan aku untuk saat ini. Aku bisa kehilangan proyek besar karnamu, nona." ketusnya.

       Dari cara berpakaian memang ia terlihat seperti pria kantor yang akan menemui klien penting. Aku ragu dia berbohong sebab stelan yang ia pakai bukan brand biasa. Tapi jika benar begitu apa yang ia lakukan di sini? Berjalan kaki bukan malah mengendarai mobil.

"Ini kartu namaku. Di sana ada nomorku, kau bisa menghubungiku jika aku tidak kembali sesuai janji."

"Bagaimana jika ini kartu nama palsu?"

"Oh, god. Nona kau membuang waktuku. Ini, pegang ponselku sebagai jaminan. Benda ini sangat penting jadi aku akan kembali."

      Usai meninggalkan ponsel yang ia pakai di tanganku. Pria itu langsung berlari meninggalkan aku yang masih berfikir. Dari kejauhan ku lihat ia mencoba menghentikan taxi kemudian hilang begitu berhasil menaiki salah satu yang lewat.

Dante Kim.
Nama yang tertera di kartu nama yang ia beri. CEO of , wait. Apa ini? Perusahaannya beralamat di Italia. Apa dia benar penipu? Whatever. Kalau dia menipuku aku tinggal menjual ponselnya saja. Tapi ponselku? Aku bisa mengembalikan data ponsel itu tapi tetap saja tidak akan utuh bukan. Dia merusak liburanku.

*****

Dante kim Pov

"Terima kasih, Tn. Eugene. Saya tidak akan mengecewakan anda. Terima kasih untuk waktu anda."

"Terima kasih kembali. Semoga rencana kita berjalan sukses."

"Tentu. Selamat siang dan hati-hati di jalan."

    Huft. Untung saja aku tepat waktu. Meski tidak sesuai jam yang aku harapkan setidaknya tidak sampai membuat tamuku menunggu. Sepanjang jalan menuju restoran aku tidak dapat berhenti khawatir. Ku teguk ice latte di hadapanku yang masih tersisa. Rasanya benar-benar melegakan telah berhasil menyelesaikan dengan baik. Baru berfikir untuk kembali ke hotel tiba-tiba aku teringat perihal gadis di tepi sungai pagi ini.

"Astaga, hampir saja aku lupa. Oh sial. Ponselku. Ku harap dia tidak menjualnya." ku bereskan beberapa file penting lalu bergegas meninggalkan resto. Untungnya sesampai di depan, mobil sewaanku sudah menunggu. Aku tersenyum senang melihat Josh sang supir menyambut.

"Saya sudah memperbaiki mobil saya. Maaf atas kejadian pagi ini."

"Tidak masalah."

       Sebetulnya aku sudah menyewa kendaraan beserta supir agar tidak terlambat pada pertemuan pagi ini tapi di tengah jalan tiba-tiba mobil ini malah mogok. Karena tidak bisa menunggu akhirnya aku memilih mencari kendaraan umum. Siapa sangka aku malah tidak sengaja menabrak seseorang dan membuat masalah.

"Apa kita langsung ke Hotel, tuan?"

"Tidak. Tapi sebelum itu bisa aku meminjam ponselmu?"

"Ya, tentu saja tuan." Josh mengulurkan ponsel padaku yang duduk di kursi belakang sambil tetap memperhatikan jalan. Tidak butuh waktu lama panggilanku langsung tersambung.

AdoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang