City of love ; Sequel Part.4

293 36 2
                                    

      Kau adalah apa yang coba ku tenggelamkan sepanjang hari-hari melelahkan di hidupku. Rasa yang ku fikir sudah sirna tak berbekas. Namun ketika sepasang netra kita bersitatap, hati yang ku fikir mati memberi tanda kehidupan.

"Terima kasih untuk hari ini Arthur. Kemungkinan besok mobilku sudah selesai diperbaiki jadi kau tak perlu menjemput Orion lagi."

"Tidak masalah, Lara. Jika kau sibuk aku bisa menggantikanmu."

"Kau baik sekali."

"Hei, ayolah. Kita sudah berteman belasan tahun. Jangan bersikap sungkan."

Arthur adalah sahabatku sejak kecil. Dia juga satu-satunya yang berada di sisiku dan banyak membantuku terutama sejak ayah tiada. Jika bukan karena Arthur aku mungkin tidak akan menjadi aku yang sekarang ini.

"Kau ingin mampir?" Tanyaku begitu turun dari mobil. Tapi Arthur menolak, katanya ia masih ada urusan lain. Aku dan Orion masuk begitu mobil Arthur menjauh meninggalkan pekarangan rumah.

      Usai makan malam. Aku memutar lagu klasik dari piringan hitam kesukaan ayah. Lalu menemani Orion mengerjakan tugas sekolah di ruang tengah. Sejak kepergian ayah lima tahun lalu rumah ini terasa begitu sepi. Di rumah sebesar ini hanya ada aku dan Orion. Aku bersyukur, aku tak menyesali apa yang terjadi di Paris dahulu meski rasanya sangat menyakitkan. Jika pertemuan itu tidak ada tentu pria kecil ini tidak akan ada dalam hidupku. Hanya akan tesisa aku seorang di tempat ini.

"Mommy melamunkan apa?"

"Ah, maaf. Apa tadi kau memanggil mommy?"

"May i ask you something?"

"Yeah, sure. Kau ingin menanyakan apa sayang?"

     Orion meletakkan pensil yang ia genggam dan beralih menatapku. Aneh sekali. Seperti akan mengatakan hal penting. Tapi hal penting seperti apa yang mungkin dikatakan oleh seorang anak berusia 7 tahun?

"Is that guy my daddy?"

"Pardon?" Sejujurnya aku tak bertanya karena tidak mendengar tapi terkejut. Aku memang sesekali bercerita perihal ayahnya jika ia bertanya tapi sekalipun Orion belum pernah mencoba menebaki seseorang sebagai ayahnya. Lalu mengapa kini ia mempertanyakan.

"Pria yang kita temui di Cafe siang ini apakah dia ayahku?"

Aku mengusap lembut puncak kepala Orion. Berfikir jawaban seperti apa yang baiknya aku berikan.

"Kenapa kau mengira dia ayahmu?"

    Pandangan Orion tak lepas dari wajahku sejak ia mulai bertanya. Ia memang anak yang seperti ini. Menaruh penasaran pada banyak hal. Lalu tak ragu untuk bertanya dan tidak akan berpaling sebelum mendapatkan jawaban.

"Mommy berkata jika ayahku hanya memiliki satu kelopak mata ganda. Dan tidak semua orang sepertinya. Orang itu juga. Hanya punya satu."

"Mommy?" pria kecilku kembali memanggil ketika aku hanya diam memeluknya alih-alih memberi jawaban.

"Kau akan meninggalkan mommy?" Orion melepas pelukanku, menatapku dengan kedua pipi menggembung kesal.

"Aku tidak akan pernah meninggalkanmu, mommy. Kenapa aku begitu?"

    Sudut bibirku terangkat melihat kekesalan Orion.  Aku sendiri juga bingung kenapa mengatakan hal itu. Tiba-tiba saja aku merasa takut ketika ia bertanya. Aku takut satu-satunya hal berharga dalam hidupku juga akan menghilang, pergi dariku.

*****

Dante kim Pov

     Aku tidak tahu apa yang ku fikirkan atau ingin lakukan. Langkah kaki kembali membawaku ke tempat ini. Mencoba menemukan dia yang menjadi alasan dari gelisah dan rindu yang mengisi hari-hariku semenjak kembali menemukannya.

AdoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang