10.

39 7 12
                                    

Detik berganti menit, menit berganti jam dan jam berganti hari. Hari ini adalah hari senin, hari dimana seorang pelajar menengah kebawa akan melakukan upacara seperti biasa.

Sama dengan Irma yang saat ini sudah siap berbaris dilapangan upacara, tentunya dengan Nara disampingnya.

Begitupun dengan Abi dan juga Elgar yang saat ini juga sudah berbaris dibarisannya. Walaupun sebenarnya malas.

Sedangkan Rara, walaupun ia tomboy dan langganan Ruang BK, ia juga salah satu Anggota PMR. Bukan tanpa alasan ia masuk dan ikut ekstrakulikuler PMR. Dia terlalu malas bila harus ikut perpanas panasan dilapangan sana. Lebih baik jadi PMR dan meminta bagian di UKS saja menunggu orang yang sakit.

Bagaimana dengan Bian? Entahlah sejak pagi tadi belum ada yang melihat Bian disekolah.

"Irma." Panggil Nara.

Irma menoleh, "kenapa?"

"Kayaknya upacara kali ini bakalan panjang deh, secara ini upacara pertama untuk kelas Sepuluh disekolah ini. Pasti bakalan banyak yang di sampaikan sama pak kepsek." ujar Nara dengan mata yang menatap lurus ketempat nanti pak kepsek berbicara.

Irma mengangguk, "kayaknya apa yang kamu bilang bener Nar, tapi..."

"Tapi?" Tanya Nara penasaran.

"Aku takut enggak kuat, secara kamu tau kan aku ini laperan"

Terdengar helaan nafas kasar, "makan terus kamu Ir,"

"Lagian yang harus di pikirinya tuh, aku takut kalo nanti aku pingsan, secara kan cuaca kali ini panas. Kata mamah kalo kita berlama-lama dibawah sinar matahari yang terik kita bisa pingsan." Lanjutnya.

Irma cemberut, "kan aku takutnya laper Nar, lagian kalau haus kan nanti bisa minum"

"Kamu juga kalau laper bisa makan" ucap Nara tidak mau kalah.

"Iya deh iya."

Upacara pun dimulai, tepat dipertengahan upacara, perut Irma berbunyi. Perasaan lapar mulai menghatui nya. Ia ingin tetap berdiri tegak dan fokus mendengarkan ucapan demi ucapan pak kepsek yang sedang berpidato. Tapi perutnya Benar-benar terasa kosong dan berbunyi terus menerus. Gara gara ia lapar, ia tidak fokus ke upacaranya dan malah membanyangkan makanan Dikantin.

Sungguh ini menyiksa dirinya!

Irma menyenggol lengan Nara pelan, saat ini mereka sedang istirahat ditempat.

Nara menoleh dan menatap Irma seolah bertanya ada apa.

"Laper" cicitnya.

Nara diam sebentar, sebenarnya ia tau kalau Irma sudah mulai lapar saat ini. Mengingat ia mendengar suara perut berbunyi terus menerus makannya ia sudah bisa menebak akan hal itu.

"Terus kamu mau gimana Ir? Kayaknya pak kepsek masih lama ngomongnya" ujar Nara menatap kedepan.

Irma menggeleng tanda tidak tau ia harus berbuat apa.

Untung Irma dan Nara tidak berbaris dibarisan depan. Jadi mereka bisa berbicara walau dengan bisik bisik.

Nara menoleh kearah Irma dan menbisikan sesuatu. Sepertinya ia memiliki ide yang pas untuk Irma agar dapat makan saat ini juga.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ABIRMA | On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang