Deux (2)

349 15 3
                                    

"AKHHHH!!! KARYAWAN GAK BECUS SEMUANYA KALIAN!!! KELUARR!!"

Seorang pria dengan mata sipit kini tengah mengamuk di depan seluruh karyawan yang ada di ruangannya.

Dia mencampakkan semua barang-barang yang ada di depannya. Beberapa mengenai wajah salah satu karyawannya hingga mengeluarkan darah segar yang menetes tanpa henti, namun karyawan itu tak berani untuk sekedar menghapus darah yang terus menetes di pipinya saat ini.

"KELUAR SAYA BILANG!! ATAU KALIAN SEMUA MAU SAYA PECAT SEKARANG HAH!!!" Laki-laki bermata sipit itu mulai mengamuk lagi dan sekarang aura di sekitarnya semakin gelap dan mencekam.

"Baik Mr. Jumpol Adulkitiporn" Salah seorang karyawan menjawab dengan cicitan pelan, dan kemudian diikuti dengan seluruh karyawan yang ada di ruangan tadi menuju ke arah pintu keluar dengan rasa takut dan terkejut yang masih bisa membuat jantung mereka seperti sedang berlari marathon saat ini.

"HAAAH!!! TIDAK ADA GUNANYA. AKU STRESS. AKU BUTUH PELAMPIASAN SEKARANG ATAU AKU BISA GILAA!" Begitulah pria bermata sipit itu pergi dari kantornya menuju ke salah satu bar di mana dia menjadi anggota premium di situ.

Bar Nuit chaude

"Selamat datang di bar kami Mr.Jumpol Adulkitiporn, ada yang bisa kami bantu?" Saat lelaki bermata sipit itu memasuki bar, dia langsung disambut oleh seorang wanita yang berpakaian sangat seksi.

Uhhhh...seksi sekali pakaiannya. Sayang sekali lobangnya bisa membuatku terkena masalah seumur hidup.

"Hm. Saya mau pesan, tapi saya mau yang jalur belakang. Dan ingat, harus yang premium. Saya tidak mau sama yang level bawah. Paham?!" Pria bermata sipit itu menekankan ditiap-tiap kata yang dikeluarkannya.

"Baik Mr, tenang saja. Mr tunggu saja di dalam kamar VVIP yang sudah disediakan di belakang. Silahkan lewat sini Mr. " Wanita berbaju seksi tadi memandunya untuk menuju ke arah di mana letak kamar VVIP itu berada.

kemudian setelah selesai mengantar pria tadi ke kamar VVIP, wanita berbaju seksi tadi kemudian menuju ke luar dan mencari seseorang.

"Nong Gunn, kamu nih phi cariin loh daritadi." Wanita itu memegang pundak seseorang hingga membuatnya berbalik dan mengadap ke arahnya.

"Aooww P'Jane. Ada apa phi? Gun kan lagi layanin pembeli di sini phi. Dia memesan banyak minuman dengan syarat Gun harus menemaninya minum phi. Lumayan bayarannya gede banget phii." Jelas Gun panjang lebar sambil berbisik di telinga Jane agar tamunya tidak mendengar apa yang mereka bicarakan saat ini.

"Aoww...Nongku tersayanggg. Phi ada job yang lebih banyak bayarannya berkali-kali lipat dari nemenin si tua bangka itu minum loh." Jane membisikkan Gun.

"Cingo phi?? Kerjaan apa?? Ayokk phi!! Gun sudah tidak sabar panen duit." Gun dengan mata berbinar penuh semangat menarik tangan Jane, tanpa mempedulikan tamu tua bangkanya yang melongo kebingungan.

"Yaampun. Kamu ya nong, kalau sudah bahas uang cepat bangett astaga." Ujar Jane sambil mencubit kedua pipi gembil Gun.

"Aoow phi..sakitt tauu. Ayo cepat bilang sama Gun, kerjaan apa yang phi bilang tadi." Tanya Gun sambil berusaha melepaskan tangan Jane dari pipinya.

"Khaaa nong tersayangku. Kamu tahu kan pelanggan premium terbaru kita, yang sebelumnya pernah phi ceritain sama kamu itu loh." Jelas Jane pada Gun.

"Hm. Ingat kok phi. Terus apa hubungannya sama uangku phi?"

"Hishh kamu ini. Salah satu dari ketiga member baru itu datang ke sini sekarang!! Dan dia minta dilayani sama pekerja jalur belakang yang premium!" Jelas Jane pada Gun dengan antusias.

"Ehem. Terus?? Apa hubungannya sama aku sih phi? P'Jane ini membuatku semakin bingung tau gaksih? Huftt." Gun menggaruk kepalanya yang tak gatal, pertanda dia sedang bingung.

"ASTAGA GUNN!!! Kamu kok lemot banget sih sayangg...Maksud phi itu, phi suruh kamu yang servis dia. Dan, kamu tahu? Dia rela bayar mahal. Tapi,..." Jane berhenti sebentar di sela-sela penjelasannya pada Gun.

"Tapi...tapi apa P'Jane?" Desak Gun pada Jane, karena dia sudah sangat penasaran.

"Tapi...dia penggemar bdsm." Cicit Jane di akhir kalimatnya.

"Oohh..kirain apaan phi ini bikin khawatir saja. Ya udah mau gimana lagi, aku cuma bisa pasrah mengikuti permainannya. Asalkan uangnya mantap, bdsm pun aku kuat phi." Ujar Gun dengan wajah seperti pahlawan yang akan maju berperang dengan semangat patriotismenya yang membara.

"HAHAHAHAHA...Kamu seperti mau perang saja nongg." Jane tak bisa menahan tawanya saat melihat kondisi wajah dari Gun yang sangat menggemaskan saat ini.

"Huft P'Jane. Sudah tertawanya, sekarang kasih tau Gun, kamar yang mana." Ucap Gun menggoyangkan tangan Jane untuk menyuruhnya berhenti menertawakannya dan memberitahu di mana sumber duitnya berada.

"Khaa nong. Kamar VVIP, nomor 69. Yang paling belakang itu." Jane memberitahu Gun arah tujunnya nanti.

Gun meneguk ludahnya dengan kasar,  dia tahu bahwa kamar itu adalah kamar yang paling berbahaya. Semua peralatan bdsm lengkap di situ, dia tahu dari temannya yang pernah masuk di situ dan keesokan harinya, temannya tak bisa berjalan selama beberapa hari.

"Huft. Okei phi. Semangat!!" Gun menyemangati dirinya sendiri dan berjalan ke arah belakang.

"Semoga berhasil nong." Ucap Jane pada Gun setelah ia sudah mulai berjalan menuju ke kamar VVIP itu.

Sekarang Gun sudah sampai di depan kamar keramat itu. Dia menormalkan detaj jantungnya dan mengulangi kegiatan inhale-exhale sampai dia mulai merasa tenang.

Gun kemudian mengambil ancang-ancang untuk mengetuk pintu   itu dan mulai memberi salam dengan perlahan.

"Sawaadee khrap..." Gun memberi salam sambil mengetuk pintunya.

"Masuk!!" Suara dingin dengan nada yang sangat dominan menyauti ketukannya.

"Khrap.." Gun kemudian membuka gagang pintu dan mulai melangkahkan satu kakinya ke dalam kamar yang mengerikan itu.

TBC.
💚LUVV YOU ALL.💚








Love SlutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang