Six (6)

130 9 3
                                    

Hoammmm…” Suara yang keluar dari laki-laki berlesung manis di atas tempat tidur mewah. Ya, itu adalah suara Gun yang baru terbangun dari tidur panjangnya

“Kamu sudah bangun?” Interupsi dari sisi lain dengan suara rendah menenangkan

“Hah? Di mana aku? Kamu siapa? Ini kamar siapa? Astaga!!! Aku diculik?!! Astaga!!! Kamu siapa??!!” Panik Gun sambil mencoba membuka selimutnya untuk memastikan sesuatu dan akhirnya merasa lega karena tidak seperti yang dia bayangkan

“SSuuuttt… tenang…tenang, look, look into my eyes babe! Apakah aku terlihat seperti orang jahat bagimu hmm?” laki-laki asing tadi memegang kedua bahu Gun untuk menenangkan Gun dan membuat netra mereka berdua berpadu dengan sempurna

“Hmm…mai, kau tidak terlihat seperti itu khun, sepertinya…” cicit Gun sambil menundukkan pandangannya, Gun tidak kuat bila disuruh berlama-lama menatap netra coklat tua yang memabukkan itu

“Dai..pertama-tama aku ingin minta maaf atas kelancanganku sebelumnya, membawamu ke tempatku tanpa seizinmu. Aku melakukan ini karena aku takut kau hanyut terbawa ombak di pantai kemarin malam nong.” Jawab laki-laki itu, sedikit yang Gun tahu bahwa ia hanya mengatakan separuh kebenaran saja saat itu

“Ehmm.. begitu. Khun khotod na, dan juga khopkun na, aku pasti sudah menjadi makanan ikan hiu kalau khun tidak membantuku semalam.”

“Hahahahaha….kamu itu lucu sekali nong.. Tidak apa-apa kok santai saja.” Laki-laki tadi tertawa gemas mendengar perkataan Gun, ia mengusak-usak rambut Gun, ia tidak tahu bahwa usakannya tidak hanya memporak-porandakkan hati mungil Gun

“Kh..Khun.. mhmm” Cicit Gun sembari berusaha menepis tangan laki-laki tadi dari atas kepalanya, karena bisa bahaya untuk jantung Gun kalau terus dibiarkan begini pikirnya

“Hm??” Laki-laki tadi akhirnya menyingkirkan tangannya dari rambut Gun dan merespon panggilan Gun

“Aku ingin berterima kasih dengan benar, tapi aku tidak tahu namamu.” Cicit Gun malu-malu

“Oh iya!! Kau terlalu imut hingga aku lupa memperkenalkan diriku nong. Perkenalkan aku Tay Tawan.” Jawab lelaki tadi sambil mengulurkan tangannya untuk sesi perkenalan

“Aku Gun Attaphan. Terima kasih  sudah membantuku ya khun. Lain kali kalau khun butuh bantuan bilang saja padaku. Ibuku dulu mengajarkanku bahwa tidak boleh melupakan bantuan sekecil apapun dari orang lain dan ingat untuk membalasnya khun.” Jawab Gun penuh antusias mengingat memori bersama ibunya kala itu

“Hehehe, kau lucu sekali nong Gun. Oiya bagaimana bisa aku meminta bantuanmu? Memangnya aku bisa telepati.. hmm?” Jawab Tay dengan seringai jahil di bibirnya

“Oh iya. Khotod na, kalau begitu mari kita bertukar nomor telepon khun. Ini nomorku” Gun dengan polosnya memberikan nomornya pada orang yang baru saja dikenalnya

“Baik. Itu sudah ku telepon. Itu nomorku ya nong.” Jawab Tay sambil menunjukkan handphonenya yang tengah mendial nomor Gun saat ini

“Oke khun, sudah ku simpan khun.” Jawab Gun sambil menunjukkan nomor yang sudah disimpannya dengan nama kontak ‘Khun Tay’

“Stt..nong, jangan panggil khun lagi dong, kan kita sudah kenal, bagaimana jika dengan ‘phi’?” Tawar Tay pada Gun ragu-ragu

“Ehmm..Daiii!! P’Tay!! Okei, kalau begitu aku akan balik ke Hotelku ya, aku masih banyak agenda liburan lainnya, jarang sekali aku bisa berlibur seperti ini soalnya phi” Pamit Gun pada Tay

“Yah.. okelah kalau begitu. Nikmati liburanmu ya Nong. Sampai bertemu lagi.” Jawab Tay sambil melambai pada Gun yang sudah melenggang pergi

Sampai jumpa kembali…nong narak milik phi!

Love SlutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang