Bab-26

142 14 0
                                    

[AKU BELUM SIAP]

Beberapa orang berpura-pura kuat, tapi mereka hancur di dalam.

22-12-2021

_________________________________________

Keesokan pagi nya Sekar merasakan tak enak badan. Rasa pusing terus menjalar di kepalanya. Dunianya seakan berputar-putar.

Selera makannya kian bertambah banyak, padahal ia tidak meminum obat penambah nafsu makan.

Bu Harumi merasa heran karena Sekar belum keluar dari kamar. Padahal hari mulai siang. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 9 pagi.

Ia pun mulai merasakan cemas, pada Sekar. Lalu ia berjalan ke arah kamar Sekar dan mengetuk pintunya.

Tok tok tok

"Sekar?" ucap Bu Harumi. Karena tak kunjung ada sahutan dari dalam kamar. Bu Harumi pun membuka pintu, dan melihat putri nya yang sedang meringkuk dan menggunakan selimut.

Bu Harumi mengecek suhu badan Sekar dengan punggung tangannya.

"Ya ampun, sayang. Kamu demam" dengan Segera bu Harumi mengambil obat-obatan untuk Sekar.

"Bangun nak, kamu panas banget. Sejak kapan kamu begini?"

"Semalam baru terasa bu" sahut Sekar dengan suara yang lemah.

Akhirnya Bu Harumi membawakan sepiring nasi dan lauk-pauk untuk Sekar.

"Semalam kamu ga makan ya?!"

"Aku sudah makan bu, semalam" jawab Sekar.

"Yasudah makan dulu, abis itu minum obat ya"

"Iya bu, terima kasih."

Melihat putrinya yang gembul makan. Bu Harumi merasa aneh, seperti nya harus di cek ke bidan. Begitu pikirnya.

"Abis makan jangan mandi ya. Kita ke puskesmas dulu."

"Kenapa harus ke puskesmas? Aku cuma pusing aja" ucap Sekar.

"Pokoknya kita ke puskesmas, cek keadaan kamu. Takut kenapa-napa kan tambah berabe. Kalo sakit lebih baik dicegah. Benar kan?" ucap Bu Harumi sambil mengelap keringat dingin di dahi Sekar.

Sekar pun mengangguk.

Setelah makan, Sekar membasuh wajah dan menyikat gigi, dan bersiap-siap pergi ke Puskesmas dengan ditemani ibunya.

🧸🧶🧸

Setelah sampai di Puskesmas, Sekar di arahkan bu Bidan untuk berbaring di ranjang pasien.

"Selain pusing, ada lagi keluhannya?" tanya seorang bidan yang usianya sepantaran ibunya.

"Demam" ucap Sekar sekenanya.

Bu Bidan tersebut mengecek kondisi Sekar. Dugaannya pun benar, ternyata Sekar sedang mengandung.

"Selamat ya, kamu sedang mengandung" ucap Bidan tersebut dengan senyuman.

"Alhamdulillah" ucap bu Harumi terharu.

Apa?! Aku hamil, ga mungkin, hiks hiksss -batin Sekar menangis.

Aku belum siap.

Sekar pun memaksakan senyumannya. Ia tidak ingin menangis di hadapan orang lain. Terutama keluarganya.

Selesai di periksa, bu Bidan menganjurkan Sekar untuk meminum vitamin dan jangan melakukan aktivitas yang terlalu berat.

Bidan tersebut menuliskan jenis obat dan vitamin, juga memberi beberapa bungkus obat tersebut.

Setelah itu Sekar membayar biaya pengobatan.

Saat di perjalanan pulang, mereka berdua naik delman untuk sampai di rumah. Bu Harumi tak henti-hentinya bicara dan terus tersenyum.

"Udah setahun pernikahan akhirnya kamu punya momongan. Ibu ga sabar gendong cucu."

Sekar hanya bisa tersenyum. Entahlah apa yang akan ia lakukan ke depannya. Ia akan hidup mengikuti alur nya saja.

🧸🧶🧸

Saat sampai di rumah, ternyata Tuan Sutardji sudah pulang. Ia sedang duduk di teras sedang membaca koran dan juga ditemani secangkir kopi hitam.

Ia menurunkan kacamatanya, saat melihat istri dan putri sulungnya turun dari delman.

"Kalian dari mana saja?" tanya Tuan Sutardji.

Sekar mengecup punggung tangan ayah nya sedangkan bu Harumi berada di belakang Sekar sedang membayar delman.

"Dari Puskesmas" jawab Sekar yang duduk di kursi teras rumah.

"Siapa yang sakit?" tanya Tuan Sutardji cemas.

"Tidak ada" ucap Bu Harumi yang tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya.

"Lalu, ke Puskesmas untuk apa?" tanya Tuan Sutardji lagi yang merasa heran.

"Nganter Sekar. Sebentar lagi kita akan punya cucu Mas." Ucap Bu Harumi sambil memeluk suaminya tersebut.

Sekar hanya tersenyum kecil. Keluarganya sangat senang mendapat kabar ini. Tapi dirinya? entahlah.

Dirinya tidak membenci janin nya, hanya saja diri nya belum siap untuk melahirkan. Ia sangat takut melahirkan tanpa bantuan obat pereda nyeri.

"Alhamdulillah, doa ku terkabul" ucap Tuan Sutardji dan mendekat ke arah Sekar.

"Berapa usianya?" tanya Tuan Sutardji.

"Empat minggu" jawab Sekar sambil mengusap pelan perutnya.

"Sehat-sehat ya cucu kakek" ucap Tuan Sutardji sambil mengelus perut Sekar.

"Iya kek" ucap bu Harumi yang menirukan suara anak kecil.

Mereka bertiga pun tertawa.

_________________________________

To be Continue

Bisa dilihat, tetapi tak bisa dimiliki. Apakah itu?

秋雨 "Hujan Musim Gugur" [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang