Bab-28

188 15 1
                                    

[Berikan Pada Orang Tua Ku]

Senyuman terbaik datang setelah saat-saat tersulit.

22-12-2021

_________________________________________

Malam harinya Sekar terbangun dari tidurnya. Ia merasakan lapar lagi. Ia ingin membangunkan Hiro tapi rasa gengsinya amat tinggi.

Diliriknya Hiro yang sudah tertidur lelap. Secara perlahan Sekar turun dari tempat tidurnya.

Ia pergi ke dapur seorang diri, hanya ditemani cahaya dari lampu petromak.

Sekar membuat telur dadar. Untung saja nasi nya masih ada.

Setelah beberapa menit, makanan pun siap dihidangkan. Sekar pun segera memakannya di ruang makan.

Tidak ada yang bangun, hanya diri nya sendiri yang terjaga. Ayah dan ibunya juga terlelap di dalam kamar.

Selesai mengisi perutnya, Sekar melangkah menuju kamarnya. Secara perlahan ia naik ke atas ranjang. Berusaha untuk tidak menghasilkan gerakan agar Hiro tak terbangun.

Selesai mengisi perut ternyata ia tidak bisa tidur, Sekar hanya menyenderkan badannya di kepala ranjang.

"Kenapa kamu bangun?" suara serak milik Hiro mengagetkan Sekar.

"Kamu ngagetin. Aku abis makan."

"Kenapa tak membangunkan saya saja?" Ucap Hiro yang berusaha terjaga dari tidurnya. Sebenarnya ia masih sangat ngantuk.

"Aku tidak ingin merepotkan mu" ucap Sekar yang meniru ucapan Hiro saat sebelum bertengkar sebulan yang lalu.

"Saya sangat senang jika direpotkan oleh dirimu" ucap Hiro tersenyum dan mengelus surai hitam Sekar yang lebat.

"Ayo tidur lagi" ajak Hiro.

"Kamu duluan aja, perut ku masih begah, Mas" 

"Yasudah sini saya elus punggung kamu, biar cepet tidur. Pagi-pagi kita pulang ke rumah kita ya" ucap Hiro yang sudah memejamkan matanya sambil mengelus pelan punggung Sekar.

Tak lama Sekar pun menyusul Hiro yang sudah lebih dulu terlelap.

🧸🧶🧸

Hiro terbangun lebih dulu. Ia melirik ke samping tempat tidur, dikecup nya wajah bidadarinya yang masih terlelap. Wajahnya sangat teduh, Hiro jadi malas melakukan aktivitas. Ia ingin seperti Sekar yang bisa tertidur dengan lelap, sedangkan dirinya, tidur hanya beberapa jam jika di barak.

"Sekar" ucap Hiro sambil menepuk pelan pipi Sekar.

"Ohayou" ucap Hiro tepat ditelinga Sekar.

"Ayo bangun, sudah pagi"

Sekar hanya melenguh pelan dan menarik selimutnya lebih atas lagi hingga menutupi wajahnya.

"Aku masih ngantuk" gumam Sekar yang tidak mau di ganggu.

"Ga baik tidur terlalu lama. Lebih baik berjemur di depan rumah agar sehat untuk kamu dan buah hati kita." Hiro mencoba mengingatkan Sekar.

"Hmm" jawab Sekar dengan singkat dan padat.

Hiro tidak terbiasa membuang-buang waktu. Dengan segera ia bergegas mandi.

Selesai mandi dan berpakaian, Hiro keluar dari kamar Sekar menuju ke ruang tamu.

Di ruangan itu, ia dapat mencium harum masakan dari arah dapur. Siapa lagi kalau bukan mertua Hiro yang sangat pandai memasak.

Di teras rumah Tuan Sutardji sedang mencuci batu akik nya.

"Pagi-pagi batu nya udah seger" ucap Hiro pada ayah mertuanya.

"Hahaha, harus. Agar penampilannya tetap kinclong" jawab Tuan Sutardji masih asik memandikan perhiasannya.

"Ayah, jam 8 pagi, saya dan Sekar mau pulang ke rumah"

"Ayah maklumi, tugas mu sangat banyak. Istirahat yang cukup, buang pikiran yang tidak berguna." Nasihat sang mertua pada menantunya.

Dari arah dapur, Bu Harumi agak berteriak memanggil anggota keluarga nya untuk sarapan bersama.

"Ayo nak, sarapan dulu" ajak Tuan Sutardji pada Hiro yang baru saja duduk di kursi.

Bu Harumi pun membangunkan Sekar dari tidurnya. Mereka sekeluarga sarapan bersama secara duduk lesehan.

Beberapa saat kemudian setelah sarapan pagi.

"Ayah, ibu. Kami pamit pulang" ucap Hiro pada kedua mertuanya.

"Nih buat kamu, ditabung ya uangnya awas kalo dihambur" Sekar memberi uang pada adiknya.

"Makasih kak" ucap Ganen bahagia.

"Hati-hati di jalan" ucap bu Harumi dan Tuan Sutardji. Mereka pun melambaikan tangan salam perpisahan yang pasti tidak untuk selamanya.

Hiro dan Sekar naik delman menuju rumah mereka.

Sesampainya di rumah, Sekar masuk ke dalam kamar. Dan Hiro menuju ruang kerjanya menuntaskan pekerjaan.

🧸🧶🧸


Hari silih berganti, tak terasa kandungan Sekar sekarang sudah beranjak lima bulan.

Tubuh mungil itu perut nya sudah tidak rata lagi. Sekar melewati masa-masa ngidam yang sulit. Belum lagi Hiro berkata bahwa ia akan pergi tugas ke negeri asalnya.

Hari ini Sekar sedang duduk di sebuah kursi tua dekat jendela. Memandang persawahan dan kebun milik warga. Udaranya terasa sejuk dengan angin semilir yang berhembus. Pertukaran oksigen dengan karbondioksida pada pernapasannya.

Membuat Sekar betah tinggal disana.

Terdengar derap langkah mendekat ke arah Sekar. Memeluk nya dari arah belakang. Hubungan mereka kadang merenggang kadang juga harmonis. Tergantung mood Sekar-nya.

Hiro mengusap-usap perut Sekar. Perasaan bahagia melanda setiap harinya.

Tiba-tiba Hiro berkata "jika memang kamu tidak menginginkan anak ini. Kamu boleh menitipkannya pada Sanosan. Biarkan dia yang mengantarkannya kepada kedua orang tua ku. Saat aku bertugas kembali ke negeri asalku."

Entah mengapa, perkataan Hiro barusan membuat hati Sekar tak tenang. Ada rasa tidak rela jika Hiro berkata seperti itu.

Sekar hanya menyimak dan melamun saja.

Hiro terus berucap dan masih memeluk Sekar dari belakang. "Jangan pernah menyesali pernikahan ini. Saya mohon."

"Lusa saya akan pergi, jika saya masih hidup saya akan kembali. Jika saya gugur di medan perang, kamu harus berjanji pada saya. Kamu akan bahagia selamanya." Ucap Hiro dengan menitikkan air mata dan dengan cepat pula ia menghapusnya.

Begitu sulit menghancurkan tembok yag menjulang tinggi di hati Sekar untuk menerima Hiro. Mungkin suatu saat tembok itu akan runtuh juga?

_________________________________________

To be Continue

Sad ending gak ya🥺🥺🥺

秋雨 "Hujan Musim Gugur" [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang