Bab-11

179 38 11
                                    

[Tertabrak]

Jelajahi hal-hal baru dan belajar darinya karena hidup ini terlalu singkat.

16-12-2020

_________________________________________

Keesokan harinya Sekar bangun pagi dan ikut dengan ibu nya ke pasar untuk membeli sayur mayur, dan kebutuhan dapur lainnya.

Sesampainya di pasar, ibu dan anak itu berhenti sebentar di lapak penjual tanaman palawija, seperi jagung, kacang tanah dan lain sebagainya.

"Pak, beli jagung dua kilo ya" ucap bu Harumi pada si penjual.

"Apalagi bu?" tanya si penjual.

"Sudah, itu saja. Ini uangnya pak"

Lalu si penjual memberikan jagung yang sudah ditimbang, dan memberikan uang kembaliannya.

"Hatur nuhun pak"

"Sami-sami"

Setelah semua bahan keperluan sudah terbeli. Sekar dan ibunya memanggil tukang delman.

Sambil melambai-lambaikan tangannya, bu Harumi memanggil si pak kusir. Delman itu menghampiri Sekar dan ibunya.

Bu Harumi dan pak kusir saling menego harga.

"Tiga puluh ya pak, sampai rumah saya?"

"Lima puluh bu" jawab pak kusir dengan kekeh.

"Kalau tiga puluh saya mau"

"Empat puluh deh" Pak kusir masih bernegosiasi.

"Tiga lima? saya mau segitu"

"Yasudah tiga lima, wes rapopo" ucap pak kusir menggunakan bahasa Jawa.

"Matur nuwun pak" Bu Harumi dan Sekar segera naik delman.

*dalam artian tiga puluh lima perak. Karena pada saat itu, nominal segitu sangat besar jumlahnya.

Di tengah perjalanan, Sekar melihat Utari sedang menunggu delman. Terlihat jelas oleh Sekar, sejak tadi Utari memberhentikan delman namun selalu ada penumpangnya yang sudah menyewa dari awal.

"Utariiii" teriak Sekar pada temannya itu.

Orang yang merasa namanya terpanggil pun mengalihkan pandangannya ke arah sumber suara.

"Sini, bareng" Sekar terus melambai-lambaikan tangannya.

Delman berhenti sesaat di dekat Utari.

"Terima kasih" Utari tersenyum pada Sekar dan bu Harumi. Pak kusir melanjutkan perjalannya lagi.

"Nak Tari, abis darimana?" tanya bu Harumi.

"Tari baru dari rumah paman" ucap Utari sambil tersenyum ramah.

"Maaf ya, Tari jadi menumpang di sini" ia pun terkekeh.

"Tak apa ko nak, kita kan tetangga tapi serasa saudara sendiri" bu Harumi pun terkekeh.

"Apakah kamu sibuk?" tanya Sekar pada Utari.

"Tidak, memangnya kenapa?"

"Maukah kamu besok datang ke rumah ku?"

"Baiklah, tapi sepertinya aku harus izin pada orangtua ku"

"Ya, tak apa. Jika kamu diizinkan untuk datang ke rumahku. Langsung saja ya, ketuk pintu kamarku." Sekar tersenyum lalu mengangkat tangannya dan memperagakan cara mengetuk pintu.

秋雨 "Hujan Musim Gugur" [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang