BUKANNYA TIDAK BERUSAHA. Aku sudah berusaha. Namun, sainganku bukan sesuatu yang bisa kulawan. Takdir. Katakan, manusia mana yang bisa menang beradu dengannya? Pun, aku mengetahui bahwasanya takdirku sudah buruk sedari awal penciptaan terhadapku dan kutahu itu akan berlanjut hingga akhir dari hidupku. Kendati demikian, tidak bisakah sesuatu estetik nan menyenangkan sedikit saja Tuhan berikan di sepanjang jalan hidupku yang penuh kepatetikan?
Tidak, tentu saja tidak. Sia-sia sekali aku berharap. Justru seharusnya aku tahu bahwa ketidakestetikan akan selalu mengikuti ke mana pun kakiku melangkah, kendati sudah kukatakan berjuta kali aku sudah muak diikuti. Namun, dia kukuh mengikut dan menjadi penyebab seluruh hidupku hanya ada patetik dan kegilaan nan tidak estetik.
"Bener. Gue gila. Gue gila karena semua kegilaan ini, Swasta."
Aku menggeleng menatap wajah kacau Baskara di atasku. Matanya menggelap dan api kemarahan jelas terkobar di sana. Kucoba tarik kedua tanganku dari genggaman Baskara, dan nihil. Baskara bergeming dengan bagian atas tubuhnya yang telanjang.
Kurapatkan mulut dan menoleh ke kanan-kiri menghindari wajah Baskara. Tanganku kini berganti di tekan Baskara di kedua sisi tubuhku. Namun, semua usahaku sia-sia tatkala kurasakan bibir Baskara terasa di bibirku dan memaksa masuk ke dalam. Aku semakin rapat melipat bibir, tak membiarkan lidah Baskara lolos.
"Buka bibir lo, Swasta." Baskara mendesis sebelum kembali secara membabi buta menciumku.
Bisa kurasakan gigitan yang Baskara berikan pada bibirku. Namun, aku sudah terbiasa dengan itu, bahkan mungkin sudah mati rasa. Lantas, Baskara mengumpat sebelum kemudian kurasakan ciumannya merambat ke sepanjang rahang hingga telingaku. Dia menjilat dan melahap daun telingaku.
Aku sama sekali tak merasakan apa pun. Justru aku merasa begitu menjijikan ketika Baskara mencecap semua bagian leherku tanpa terlewat.
Aku memejam. Tuhan, cabut saja nyawaku.
--- To Be Continued ---
Publish : 28 Oct 2024, 10.48 AM.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Aesthetic Life
General Fiction"Tuhan, izinkanlah kebahagiaan menghampiriku, kendati hanya sepersekian dari sisa waktu yang Engkau berikan." ~Saujana Swastamita~