"Tapi beneran deh, kalau kau tak suka mamakannya aku bisa membuatkan lagi yang lain kok" Ucap Nora sambil menatap Azhan.
"Hmm.. Tak apa. Aku bisa makan semuanya kok" Ucap Azhan dengan tersenyum.
"Beneran?? Aku rasa ini pertama kalinya kau makan hidangan seprti ini" Oceh Nora asal bicara.
".... " Azhan hanya terdiam.
"Hah? Seriusan? Sudah kuduga sih orang kaya memang berbeda"
" Apaan sih. Tak ada yang berbeda semuanya sama" Ucap Azhan sambil memukul bahu Nora.
Merekapun menyantap makanan yang ada dimeja. Sambil mengobrol tentang komik yang tadi Azhan baca. Dengan beberapa kali terdengar suara tawa didalam rumah yang biasanya nampak sepi itu.
Waktu berjalan tanpa terasa, sekarang sudah hampir larut malam. Nora menyuruh Azhan untuk tidur didalam kamarnya dan dia akan tidur di sofa. Namun, Azhan menolaknya. Dia tak enak jika harus merebut kamar pribadi milik tuan rumah tersebut.
"Kenapa kita tidak berbagi ranjang saja? Kurasa ranjang ini muat untuk kita bardua"
Nora terkejut mendengar Azhan mengucapkan hal itu. Entah apa yang harus dia katakan untuk mencegah hal itu terjadi, meskipun dari luar mereka terlihat segender.
Entah kenapa situasi ini cukup membingungkan. Azhan yang berkata seperti itu namun Nora-lah orang yang tampak malu saat ini.
"Tak usah. Kau kan tamu jadi tak apa kau tidur disini. Aku akan tidur di luar"
Azhan menatap Nora.
"Kenapa tak mau tidur bersama? Kau.. Kau membenciku juga ya?"
Mendengar ucapan itu Nora tampak terkejut. Bagaimana bisa dia berfikir hal semacam itu
"Tentu saja tidak. Tapi hanya saja.. "
"Kenapa? Apa akan tampak aneh jika dua orang laki-laki tidur bersama?" Ucap Azhan.
"Sejujurnya aku berfikir seperti itu. Tidakkah aneh bagimu, jika kau tidur bersama pria yang baru kau kenal?"
"... Entahlah, bagiku aku sudah cukup mengenalmu. Hmmm,kalau begitu aku akan tidur di sini saja" Ucap Azhan yang kemudian berbaring di sofa.
Nora menghela nafas.
"Kau yakin? Udara akan dingin saat menjelang lagi"
"Tak apa" Azhan tersenyum menatap Nora.
"Baiklah. Kalau begitu.. Aku akan memberimu bantal dan selimut agar kau tak kedinginan, nah tidurlah sudah malam"
"Hmm, kau belum ingin tidur?"
"Aku akan tidur setelah mandi"
Nora meninggalakan Azhan sendirian di ruang tamu dan bergegas mandi.
Hari ini cukup melelahkan. Semoga esok hari akan menjadi lebih baik. Merekapun tertidur di tempat masing-masing. Menikmati dunia mimpi dengan damai.
Sinar mentari pagi menembus tirai jendela. Membuat Nora terbangun namun enggan untuk beranjak dari tempat tidurnya. Tangan seseorang kini memeluk pinggangnya, dengan kaki yang juga berada di atas kakinya.
Nora berfikir dia tengah bermimpi hal yang aneh. Dan diapun menyingkirkan kaki dan tangan itu kemudian berbalik arah. Wajah seorang laki-laki yang terasa familiar itu kini tepat berada di sampingnya.
Bulu matanya terlihat panjang dan lentik. Wajah oval yang menawan,hidung mancung dan pipinya terlihat sangat menggemaskan. Juga bibirnya terlihat begitu imut. Mirip seperti tokoh fiksi yang sering dia jumpai dalam comic.
Nora dalam diam mengagumi fitur wajah yang hampir tidak realistis untuk dimiliki manusia."Betapa beruntungnya jika aku memiliki wajah ini" Uncap Nora yang kemudian tersadar akan situasinya.
Hah... Kenapa bocah ini ada disini? Gawattt gawattt... Dimana wig ku, aku harus mengenakannya sebelum dia bangun. ucap Nora dalam hati.
Azhan berjalan keluar dari kamar mandi. Dia kini menjumpai seseorang tengah membaca buku sambil sesekali menatap keluar jendela.
Jika dilihat-lihat dia tampak familiar. Seperti pernah melihatnya di suatu tempat. Begitulah pikiran Azhan.
"Pagi... " Ucap Azhan yang kini duduk di samping Nora.
Nora yang beberapa saat melamun saat melihat keluar jendelapun terlihat sedikit terkejut.
".. Pagi Zhan.. "
"Apa yang sedang kau lamunkan?" Ucap Azhan ingin tau.
"Hmm.. Aku hanya membayangkan.. Bagaimana jadinya jika aku masuk kedalam novel yang aku baca, seperti cerita ini" Jawab Nora sambil menggaruk belakang telinganya.
Mendengar ucapan itu Azhan pun tertawa. Dia tak menyangka bahwa sosok yang terlihat dewasa itu memiliki pemikiran yang kekanakan juga.
"Hmmm.. Memang cerita tentang apa itu? Sampai kau ingin masuk kedalam nya"
"Oh, ini tentang seorang penyihir yang jatuh cinta pada seorang pangeran dari klan iblis. Padahal penyihir itu sudah memberikan semua yang dia punya kepada si iblis tapi pada akhirnya dia dihianati dan dibunuh juga oleh orang yang dia cintai. Harusnya dia lebih memilih bersama count yang selalu ada untuknya kan, ahh sangat di sayangkan, seorang sebaik dia harus menjadi second lead" Nora menjelaskan dengan antusias membuat Azhan tak bisa mehan senyumannya.
"Waw... Iblis itu sangat tak tau diri ya" Ucap Azhan sambil terus menatap wajah yang ada didepannya.
"Yah begitulah, aku kasihan pada sang penyihir, dan count juga"
" Jika kau masuk kedalamnya, kau akan memilih count itu?" Tanya Azhan sambil membuka-buka novel.
"Kurasa begitu, jika aku penjadi penyihir itu.. Aku akan memilih count dan hidup bahagia dengannya"
".. Bagaimana jika.. Iblis itu adalah aku? Apakah kau akan tetap memilih count itu?" Tanya Azhan.
"... Jika kau iblisnya, ku rasa kau tak akan membunuhku, jadi kita bisa hidup bersama-sama, menjadi sebuah keluarga" Ucap Nora sambil membelai rambut Azhan.
".. Keluarga ya.. " Ucap Azhan pelan.
Azhan menahan tangan Nora yang tengah membelai rambutnya. Dia menatapnya dengan lekat, tatapannya kini terasa aneh membuat Nora tampak bingung.
Sesaat kemudian, Azhan berpamitan. Dia bilang akan pergi menemui pamannya.
Padahal hanya semalam dia bersama dengan seseorang. Namun, saat dia pergi rumah ini anehnya terasa sepi juga. Entah hal apa yang membuatnya terasa seperti itu.
Hari-hari berlalu seprti biasa, tanpa ada kejadian yang menarik. Sudah beberapa hari ini Nora tak bekerja. Sebastian pun mengatakan beberapa hari ini Nora tak perlu datang untung mengajar Azhan. Dan diapun hanya bisa menurut. Sepertinya Azhan masih belum berbaikan dengan orang tuanya.Pada akhirnya dia harus mencari pekerjaan baru lagi. Padahal saat ini benar-benar sulit untuk mencari pekerjaan.
Seharian dia hanya menatap layar ponselnya, mencari-cari pekerjaan yang menurutnya cocok untuk dirinya. Hingga akhirnya dia mencoba untuk mendaftarkan diri sebagi seorang guru.
Dia tak begitu ahli dalam mengajar, namun dia cukup berpengalaman jadi tak ada salahnya mendaftar.
Beberapa hari setelahnya, Nora mendapatkan panggilan untuk wawancara. Namun, saat dia bertemu dengan kepala sekolahnya, Nora sangat terkejut, begitu juga kepala sekolah itu.
"Dunia memang sangat sempit, aku kira nama ini adalah orang lain. Ternyata ini kamu?" Ucap Sebastian dengan senyuman di wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh! My Teacher!
RomantikAzhan seorang siswa SMA yang disegani oleh seluruh anak di sekolahnya dan terkenal sebagai pembuat onar kini jatuh cinta dengan seorang guru baru bernama Anora. Tapi sayangnya, Anora hanya menganggapnya sebagai adik dan murid kesayangannya. "...