Selamat datang di Kehidupan Pengangguran

84 12 8
                                    

Sinar mentari mulai meninggi dan menembus tirai jendela. Suara ponsel berdering tampaknya mengganggu tidur seseorang yang tengah berbaring lemas di tempat tidur.

Drrtt drtttt drttt...

Lama-kelamaan dering ponsel itu semakin menganggu. Tangannyapun kini mulai menjelajahi meja disamping tempat tidurnya.

"Hallo... "

(Kau belum bangun?)

Mendengar suara yang familiar itu Anora terkejut dan langsung terbangun dari tempat tidurnya.

"Saya sudah bangun dari tadi pak"

(Yah, terserah. Aku cuma ingin memberi tahumu bahwa, hari ini kau tak perlu datang ke kantor lagi)

"Baik pak, apa saya akan melakukan perjalanan bisnis lagi?"

(Tidak, bukan itu. Kau tak perlu datang kesini lagi. Dan gaji bulan ini akan ditransfer oleh bagian keuangan)

"Maksud bapak, saya dipecat?"

(Iya, kemasi barangmu)

"Pak, kalau ini soal semalam, saya bisa menjelaskannya, semalam saya hanya... "

Tutt tuttt...

"Hallo, pak..?"

"Aishhh.. Sial, dugaanku benar. Ahhh bodoh bangett sih. Sekarang apa yang harus aku lakukan? Hah... Selamat datang dalam dunia pengangguran!"

Anora merebahkan lagi tubuhnya ke atas ranjang. Kepalanya serasa berdenyut dan berputar. Akibat hujan-hujanan semalam dia akhirnya terkena demam.

Diapun meraih ponselnya dan mengirimkan pesan kepada Naufal. Meminta tolong untuk membereskan barang-barangnya di kantor.
Setelah mengirimkan pesan, diapun memejamkan mata lagi. Memikirkan hal apa yang harus dia lakukan setelah ini.

*

*

*

".. Kau yakin melakukan ini?" Tanya Azka seraya melihat Dejun dan Juan menyeret Bima ke gudang yang terletak di belakang aula teater.

Tempat itu tak sering didatangi oleh siswa siswi ataupun guru karna terkenal angker.

".. Diamlah jika kau tak ingin terlibat" Ucap Azhan dengan tatapan tajam yang membuat merinding.

"Zhan, sekarang kau ingin bermain apa lagi dengannya?" Ucap Juan dengan girang.

" Hahaa, gila kau. Kenapa bertanya lagi sih. Lakukan seperti biasa aja.. Iya kan Zhan? " Ucap Dejun menampakkan seringai.

Azhan hanya mengangguk krmudian duduk di meja sambil menyaksikan Dejun dan Juan bermain dengan Bima.

Nampaknya hanya Azka satu-satunya yang terlihat normal. Dia bahkan tampak mengkhawatirkan Bima yang sedari tadi menerima pukulan Dejun ketika salah menjawab pertanyaannya.

Bima tak bisa melawan, dia hanya siswa biasa. Dengan nilai standar dan berasal dari keluarga menengah kebawah. Semua ini berawal dari saat awal semester kelas X. Saat itu tanpa sengaja dia menabrak Azhan yang sedang minum hingga air minum itu tumpah mengenai seragam sekolahnya.

Meskipun berulang kali Bima meminta maaf, Azhan hanya menampakkan wajah datar dan diam seribu bahasa. Hingga akhirnya dia mengucapkan kata-kata yang bagi penghuni SMA Harapan Bangsa merupakan kata-kata yang bisa merubah kehidupan sekolahmu.

Ya, dan benar. Saat Azhan mengucapkan "bermainlah denganku" Kepada Bima. Kehidupan sekolahnya berubah seperti saat ini.

"... B-bisakah, kalian berhenti? Ini sakit" Ucap Bima yang sekarang tengah terbaring dengan beberapa luka di tubuhnya.

Oh! My Teacher!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang