Azhan duduk terdiam sambil beberap kali melihat keluar jendela. Azka heran dengan tingkah sahabatnya ini, belum lagi dia juga sibuk memencet tomboh on/off pada ponselnya.
Menampakkan sebuah foto seorang pria yang tengah tertidur sambil membaca buku.
Lama-kelaman azka tak tahan dengan rasa ingin tahunya diapun merebut ponsel yang ada digenggaman Azhan.
"Siapa dia? Kenapa kau terus menatapnya?" Tanya Azka sambil menunjukkan foto pada layar ponsel Azhan.
Azhan hanya diam dan meraih ponselnya. Namun Azka yang sudah penasaran itu berlari membawa kabur ponsel Azhan.
"Aishh... Sialan kau.. Azka!!! Kembali kau!" Teriak Azhan sambil berlari mengejar Azka.
Azka yang panik dikejar Azhan terus berlari sambil menengok ke belakang. Dia bersembunyi di belakang kelas samping taman.
Azka pun menyalakan ponsel Azhan. Tampak sangat jelas foto pria itu. Anehnya dia tampak familiar untuk Azka, seperti pernah melihatnya. Namun Azka tak ingat pernah melihat dimana.
Dia pun membuka layar ponsel Azhan. Disana terlihat kontak bertuliskan "kelinci putih" Azka sekali lagi membuka kontak itu, dia jelas sangat terkejut melihatnya.
"Apa maksudnya nih? Jelas-jelas dia seorang pria... Tapi kenapa... Ah aku harus memastikannya" Ucap Azka heran.
Diapun hendak mengirim pesan kepada si kelinci putih, namun Azhan kini sudah berdiri didepannya.
Dengan wajah kesal Azhan meminta ponselnya kembali.
Azka pun mengulurkan ponselnya. Namun, sebelum Azhan meraihnya Azka menekan tombol panggilan.
Azhan terkejut melihatnya, matanya memelototi Azka. Azka hanya tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi bingung Azhan.
"Arghhh... Dasar sialan kau Azka!!!" Ucap Azhan kesal.
Seketika dia meraih ponselnya dan mematikan panggilannya. Azhan meninggalkan Azka yang tengah tertawa sambil memegang perutnya.
Sudah hampir tengah malam, namun Azhan masih tetap terjaga. Dia sibuk melihat notifikasi pada layar ponselnya.Notifikasi chatnya penuh dengan hal-hal tak berguna. Banyak gadis yang mendekatinya, mereka bahkan mengirim pesan bekali-kali membuat Azhan merasa kesal.
Dia menunggu ponselnya berdering, tapi saat berdering dia malah melemparkan ponselnya keatas kasur. Mengabaikan dering ponselnya.
Azhan pun duduk di sudut kasur. Dia melihat keluar jendela. Pandangannya tampak hitam, gelapnya langit malam masih terlihat sama. Dia kembali terhanyut dalam lamunannya.
Sosoknya masih terus muncul saat dia memenjamkan mata. Azhan tak tau harus berbuat apa, jujur ini pertama kalinya dia merasakan hal seperti ini. Sebelumnya kehidupannya terasa monoton, juga terasa gelap bak malam yang kehilangan cahaya sang mentari.
Tapi entah mengapa saat sosok itu muncul, dunianya seakan berubah. Kegelapan yang dia rasakan seakan sirna digantikan dengan gemerlap cahaya yang menyinari berbagai warna di dunia. Persis seperti senyumannya.
Ya, senyuman guru les itu terasa cerah dan hangat. Yang mampu mencairkan es dalam hati Azhan. Entah mantra apa yang dia gunakan untuk merubah dunia anak berumur 18th itu.
Azhan meraih ponselnya kembali, menatap sosok yang ada dilayar ponselnya.
"Haruskah aku menelponnya? Ataukah mengirim pesan singkat?? Arghhh... Masa bodoh siapa juga yang peduli dengannya" Ucapnya sambil melemparkan ponselnya lagi.
Dering ponsel mengejutkan Azhan, dia bergegas meraih ponselnya kembali.
Azhan tak percaya dengan apa yang dia lihat. Terdapat panggilan dari sang kelinci putih,tapi Azhan nampaknya tengah kebingungan.
Dia terus menatap layar ponselnya hingga panggilan itu berakhir, membuat Azhan merasa kecewa.
Ponselnya kini kembali berdering. Secepat kilat Azhan menerima panggilan itu.
"H-halo?" Ucap Azhan dengan sedikit gugub.
(Hallo, Azhan? Ada apa tadi kau menelponku? Maaf tadi aku lagi sibuk jadi baru sempat menelponmu kembali)
"Hmm.. Tak apa. Tadi hanya kepencet" Jawab Azhan tampak sedikit kecewa.
(Kau yakin? Aku kira kau merindukanku) ucap Nora dengan tawa renyah yang kini membuat Azhan tersenyum.
".... " Azhan terdiam, tak mungkin dia rindu dengan guru lesnya, ucapnya dalam hati.
(Eii,, kurasa benar-benar kepencet. Hehee) terdengar suara Nora tampak canggung.
( bagaimana kabarmu akhir-akhir ini? Semuanya baik-baik saja kan?)
"Hem, tentu, semuanya baik-baik saja. Bagaimana denganmu?" Ucap Azhan dengan suara datar.
(Hmm... Aku juga, baik...)
Sejenak keduanya terdiam. Azhan pun tak tau harus berkata apa. Jadi dia hanya sibuk meremas bantal yang ada didekatnya.
(Emmm, aku dengar akhir-akhir ini kau rajin berangkat sekolah? Itu bagus, aku ikut senang mendengarnya)
"... Iya, paman menyuruhku berangkat sekolah. Aku tak tahan mendengarnya mengoceh terus jadi aku turuti saja dia"
"... Eh bentar-bentar, dari mana kau tau aku berangkat sekolah?" Tanya Azhan ingin tau.
(Dari seseorang... Kau mungkin mengenalnya juga) ucap Nora sambil tertawa.
Azhan terdiam sejenak, dia berfikir pasti pamannya yang memberitahukannya.
"Ahhh.. Aku tau siapa dia"
(Benarkah?)
"Tentu saja, sudah jelas kan"
(Hoooh.. Aku tak tau bahwa kau cepat tanggap) ucapnya sambil tertawa
(Oh ya, mau bertemu denganku? Ada hal yang ingin aku beritahukan kepadamu juga)
Mendengar hal itu Azhan tampak terkejut. Jatungnya seolah berhenti, dia terlihat senang bahkan wajahnyapun kini memerah.
(Hallo.. Kau masih disana? Atau kau tak mau bertemu denganku lagi?)
Mendengar hal itu Azhan dengan cepat menjawab "tidak, tidak, aku di sini kok. Kau ingin bertemu dimana? Sekarang?"
Nora tertawa mendengar jawaban Azhan yang terdengar antusias.
(Hei hei tenanglah, tentu saja akhir pekan ini. Sekarang sudah malam lebih baik kita tidur)
Azhan lagi-lagi tampak kecewa.
"Oh.. Oke. Kalau begitu selamat malam"
(Selamat malam Azhan, sampai jumpa lagi)
Panggilanpun berakhir.
Azhan merebahkan tubuhnya, dia menatap langit-lagit kamarnya. Senyuman merekah menghiasi wajahnya.
Suara Nora masih terngiang di telinganya. Azhan masih tak percaya, Nora menghubunginya. Mereka bahkan mengobrol, meski tak lama tapi momen seperti inilah yang memuat Azhan merasakan suatu hal yang berbeda.
Perasaan menggelitik yang tak bisa dijelaskan lewat kata-kata. Perasaan ingin terus mendengar suaranya, bahkan membayangkan hal barusan sudah membuatnya girang.
Sekai lagi Azhan menatap layar ponselnya, mengucapkan selamat malam pada sosok di layar itu.
"Jadi begini rasanya memiliki kakak. Tak buruk juga" Ucap Azhan yang kemudian terlelap dalam tidurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh! My Teacher!
RomanceAzhan seorang siswa SMA yang disegani oleh seluruh anak di sekolahnya dan terkenal sebagai pembuat onar kini jatuh cinta dengan seorang guru baru bernama Anora. Tapi sayangnya, Anora hanya menganggapnya sebagai adik dan murid kesayangannya. "...