"ELVAN!" Teriak Alvin.
"TURUNIN TANGAN LO!" Alvin mendorong dada Elvan ketika ia sudah berdiri diantara lelaki itu dan Aksen.
Menjauhkan Elvan dari Aksen karena Elvan hampir saja melayangkan tinjunya.
Pada akhirnya Elvan memilih mundur dengan tangan terkepal, mencoba merendam emosinya. Dan membuang muka kesal.
"Lo kenapa sih?!" Pekik Alvin dengan nada tinggi. Dia menatap mata Elvan bingung sekaligus kesal. Tak mengerti apa penyebab kemarah Elvan yang tiba-tiba.
Sedangkan Aksen masih tidak bergeming ditempatnya dengan wajah yang sangat santai. Sama sekali tidak terpancing emosi.
"Kayaknya lo salah paham ya?" Aksen berbicara pada Elvan. Kemudian melirik Alvin nyalang.
"maksut gue ini." Aksen menunjukkan sebiji nasi didepan mata Elvan. Menjawab kesalah pahaman Elvan dan kebingungan Alvin ditempat itu.
"Gue cuman ambil ini dari bibirnya, gak ada maksud lain."
Tiba-tiba Elvan mendekati Alvin, menatapnya lamat-lamat yang membuat Alvin bingung. Dan Alvin teringat kejadian tadi saat mereka sedang berada diruang makan.
Tadi Elvan juga sempat mendekatinya'kan, pria itu juga menatap wajahnya. Apa sebenarnya Elvan ingin memungut nasi itu dari bibirnya juga?
"Oh, gue lupa tadi." Dan sepertinya benar begitu.
"Udah selesai kan masalahnya, apa kita bisa berangkat sekarang?" Alvin mengangguk setuju seraya berjalan disamping Aksen.
Tapi sebelum itu ia menyempatkan untuk melirik Elvan yang masih berdiri ditempatnya. Setelah mengucapkan itu padanya, Elvan membuang muka, tidak menatapnya lagi. Seperti sedang memikirkan sesuatu.
Menyadari yang sampai saat ini Elvan belum juga bergerak dari tempatnya, Alvin menghentikan langkahnya. Berbalik memanggil pria itu.
"Van, ayo!" Teriaknya.
Elvan manggut-manggut setelah berbalik. Sesaat tadi pikirannya kacau. Hatinya tiba-tiba kesal, dan otaknya yang terus menyangkal jika rasa kesal dan marah ini bukan karena ia merasa cemburu kepada Aksen'kan (?)
_______
"Mampus, gerbangnya udah ditutup!" ucap Elvan.
Alvin menghela napas melihat itu, kemudian melirik Elvan. "Elo sih, nyetirnya kayak keong."
"Buset bang, salahin tukangnya tadi noh, siapa suruh perbaiki jalannya waktu kita mau berangkat ke sekolah." Jawab Elvan membela diri.
Sebenarnya Alvin tidak sepenuhnya menyalahkan Elvan sih. Tadi, jalan yang biasa mereka lewati, sedang ada perbaikan. Maka dari itu mereka memutar, mencari jalan lain yang nyatanya malah memakan waktu lebih lama dari yang Elvan pikirkan.