16. Christmas Eve

396 60 7
                                    

"Hallo? Kak Aksa, dimana?" Ujar Alaska pada sambungan telfon dengan Akasha.

"Apart lah mana lagi." Balas Aksa lemas, baru bangun tidur.

"IHHH! Masa malam christmas tidur si?"

"Hmm.. Bingung mau ngapain."

"Ga pulang?"

"Lagi males ribut."

"Ish kak Aksa mah... Gue temenin mau ga? Tapi abis acara keluarga gue selesai atau mau gabung disini? Tenang malem ini ga ada kak Tristan."

"Hahaha Tristan doang mah gue berani."

"Idih gue laporin ke Kak Tristan baru tau rasa!"

"Hahaha ampun, yaudah gue kerumah lo nih? Ada siapa aja? Mau di bawain apa?"

"Ada opih, papa, mama, Sio, Yoan, om Teja sama istrinya. Gausah bawa apa-apa! Gue masak banyak."

"Bawa ajalah, masakan lo ga menjamin."

"Enak aja! Ini masak bertiga, mama sama tante. Gue aduin baru tau rasa."

"Galak banget si, malam natal nih gaboleh marah-marah."

"Lo si mancing mulu! Cepetan sini! Mau gue tabok, kalau tabok virtual bisa udah gue tabok sekarang."

"Cepetan sini, gue kangen.. Gausah gengsi lah." Ujar Aksa meledek.

"Bener-bener gue kirim bom sekarang." Ujar Alaska kesal dengan wajah tersenyum disana.

Satu hari sebelum natal, keluarga Alaska pasti berkumpul bersama entah hanya keluarga kecil mereka atau bersama bersama keluarga besar. Kali ini bersama keluarga dari sang mama.

Setiap natal Alaska adalah salah satu manusia paling bahagia, keluarga nya akan memberikan hadiah-hadiah yang sangat menarik. Seperti saat ini, Opih nya memberikan Alaska Art Gallery yang berisi lukisan-lukisan dari mama dan Om kesayangannya— Teja.

:::

AKASHA

Mengenal Alaska merupakan sebuah keajaiban dalam hidup gue, anak nya ceria tapi bisa tiba-tiba berubah menangis tersedu-sedu hanya karena melihat video kakek tua.

Alaska memiliki tipe wajah yang dingin menurut gue, tapi hati nya begitu hangat.

Alaska mampu menuntun gue ke arah positive walupun sebenernya dia tidak melakukan apapun.

Alaska mampu membuat hari-hari gue yang biasa aja menjadi luar biasa.

Berada di samping Alaska membuat gue merasa nyaman dan aman.

Setelah mengikuti rangkaian acara keluarga Alaska yang begitu menyenangkan beda dengan keluarga gue yang ngebosenin abis, gue membawa Alaska jalan-jalan malam.

"Wow! Night drive pas malam nantal sama buaya kayanya ga pernah ada di list gue deh." Ujar Alaska.

"Kurang ajar! Siapa tadi yang ngerengek minta jalan-jalan." Jawab gue ga terima. "Lo gatau aja tadi opih lo baru ngasih gue hadiah, ga enak anjie main cabut gitu aja."

"Yeuuu! Sengaja kali, opih mah suka ngasih hadiah mulu nanti lo keterusan. Bisa-bisa hadiah buat gue, dikasih ke lo semua."

"Najis rakus." Elus gue pelan di kepalanya.

"Ih! Ga sopan! Gue laporin."

"Laporin aja, gatakut." Lanjut gue malah menyium keningnya pelan.

"Hahahaha geli."

"Lo doanh ini yang gue giniin bilang geli."

"Terus harus apa? Udah biasa kali gue diginiin."

"ANJING? SAMA SIAPA?" Ujar gue kesal. "Kasih tau, mau gue tonjok."

"Kak Tristan, Carel, Sio.. Pokoknya sepupu gue lah."

"OHH, gajadi kalau gitu." Jawab gue ciut.

"HAHAHA MENTAL TEMPE." Teriaknya.

Alaska seperti ini terlihat sangat lucu.

Dan Alaska yang marah terlihat sangat sexy.

"Besok pulang gih, bokap lo pasti kangen." Ujar Alaska tiba-tiba.

"Males ribut dibilang."

"Ya... Jangan ribut?"

"Duh gabisa, bokap liat muka gue bawaannya mau sumpah serapah kali."

"Makannya yang ganteng kek! Lo mah dateng muka di tekuk, gue aja mau muntah liatnya."

"Sialan, untung sayang."

"Hah? Ngangong ngangong." Ujar Alaska gajelas, salting kali.

"Sayang, sayang, sayang." Perjelas gue.

"Geli banget."

Hahaha bukan salting emang, harapan gue doang itu mah. Alaska masih memberi tembok untuk kita berdua, yang akan gue robohkan sekuat tenaga.

Masih terlihat jelas, Alaska memberi tembok itu untuk kita melanjutkan ke arah lebih dari sahabat. Dan gue gapapa untuk itu, selama Alaska masih berada di samping gue. Karena, gue gabisa membayangkan hari-hari tanpa Alaska.

RELANTIONSHI(T)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang