Aku merasakan seluruh tubuhku panas, kepalaku sakit, rasanya badanku sangat lemas.
Aku merasakan usapan lembut di kepalaku, memberiku ketenangan. Orang ini terus membelai rambut dan sesekali mengusap dahiku, mencoba mengurangi rasa sakit yang kurasakan.
Ah, rasa ini... Aku merasa sangat familiar, seolah aku sudah lama mengenalnya.
Aku ingin membuka mataku dan melihat siapakah yang terus berada disampingku?
Tapi apa daya tubuhku tidak sekehendak dengan otakku. Aku merasa sangat lemah dan hanya ingin beristirahat. Tapi rasa penasaran juga sangat mendominasi.
Orang ini mengecup dahiku lembut. Ia berbisik tak kalah lembutnya, "Beristirahatlah, aku disini bersamamu.. Tidak akan ada yang menyakitimu, aku pastikan itu. Buatlah dirimu sehat."
Seolah kata-katanya adalah mantra ajaib, aku langsung merileks dan tertidur.
Suara itu aku sangat mengenalnya. Siapa? Kenapa aku tidak bisa mengingatnya?
Aku hanya berharap, ketika aku bangun nanti, aku akan bertemu dengannya.
--------
Aku mengerjab perlahan, berusaha menyesuaikan cahaya yang tiba-tiba muncul.
"Ah, kau sudah bangun?" Tanya seseorang. Aku menatapnya bingung. Ah, Samuel.
Aku terdiam, mengacuhkan pertanyaannya yang menerutku tidak perlu kujawab. Aku mengernyit, berusaha mengumpulkan ingatanku.
Aku tersentak. Benar! Orang misterius itu! Aku mengedarkan pandanganku ke seluruh ruangan yang putih dan berbau obat-obatan ini. Ah, UKS...
Dan satu-satunya orang yang ada disini adalah Samuel dengan tatapan khawatirnya.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Samuel sambil menyentuh dahiku dengan tangannya, memeriksa suhu tubuhku.
Hah, bahkan ia tidak mengizinkanku menjawabnya.
Samuel menghela napas lega. "Syukurlah.. Kau membaik. Kau tau, aku sangat khawatir ketika asrama pria ribut karena kau pingsan. Aku langsung membawamu ke UKS."
Aku terdiam sebelum bertanya ragu, " apa kau daritadi disini dan merawatku?"
Dia tersenyum sebelum mengangguk. "Ya begitulah, tadi ada beberapa temanmu yang datang. Mereka terlihat sangat khawatir. Apalagi yang berambut pink dan orange." Ujarnya sambil tertawa kecil. Itu pasti Kiara dan Hana.
Aku tersenyum tulus. "Terimakasih karena telah merawatku." Kataku. Ternyata orang itu Samuel yah...
Dia hanya tersenyum, menampakkan giginya, sambil mengusap rambutku. "Tak apa, justru aku tidak terlalu melakukan apa-apa. Kebanyakkan temanmu yang mengobatimu." Jawabnya riang.
Aku terdiam menyadari keganjilan. Jika Samuel adalah orang misterius itu, mengapa sentuhannya terasa lain? Sentuhan itu lebih hangat dan membuatku.. Tenang...
Apa itu hanya perasaanku?
--------
"KAU INI!!! Aku khawatir setengah mati tau! Kok kamu bisa demam gitu sih?!" Aku hanya menghadapi ocehan Hana dengan tertawa.
"Ya gitu deh" jawabku singkat dan ambigu. Hah, kalau aku cerita sebenarnya yang menyebabkanku demam adalah mandi malam-malam pasti Hana akan lebih ribut lagi.
Hana menatapku kesal tapi kemudian ia terkikik senang. Oke, aku sepertinya harus menghubungi RSJ sekarang, temanku mulai gila.
"Ahh, aku tidak menyangka kalau dia bisa se-sweet itu~" gumam Hana gemas. Aku mengernyit bingung melihat kelakuan temanku yang bin ajaib ini. Siapa yang ia bicarakan?
"Siapa?" Tanyaku penasaran. Rasanya tidak ada cowok yang dekat dengannya.
Ia menatapku senang kemudian terkikik lagi.
"Tidak seru kalau aku memberitahumu sekarang!"
Yah, aku tambah bingung. Ya sudahlah, temanku kan emang kelakuannya aneh nan ajaib. Lagipula aku lebih kepo dengan orang misterius itu. Benarkah ia Samuel? Tapi entah kenapa hatiku menolak kenyataan itu...
Tiba-tiba aku teringat sesuatu. "Bagaimana dengan latihan drama?" Tanyaku penasaran. Aku berarti tidak mengikuti latihan hari ini! Padahal 3 hari lagi festival sekolah dimulai.
"Mm, kami mengganti jadwalnya jadi sore nanti. Baikkan? Ini semua demimu loh!" Jelasnya bangga.
Aku mendengus, "Ya, terimakasih" jawabku sekenanya.
"Tadi Samuel di sekolah terlihat uring-uringan loh. Dia sangat mengkhawatirkanmu. Ta-pi ada yang lebih mengkhawatirkanmu loh~" Dia memotong ucapannya membuatku kesal.
"Siapa?" Tanyaku tidak sabar. Mungkinkah itu...Alan?
"Aku!" Jawab Hana bangga. Aku melihat hidungnya memanjang 1 cm, yah.
1 detik
2 detik
3 detik
Aku menghela napasku, miris. Mengharapkan Alan mengkhawatirkanku? Kau terlalu berharap banyak, Kanaya.
"KENAPA KAU TERLIHAT KECEWA?!" Tanya Hana dramatis. Aku terkekeh pelan.
"Yah, aku tidak terlalu mengharapkan cewek mengkhawatirkanku. Lebih prefer cowok sih" jawabku santai. Ini lucu!
"Ya ya ya, cepat makan buburmu dan segera makan obatmu! Kau tidak ingin aku memanggil Alan hanya untuk menyuapimu makan kan? Atau kau lebih suka... Aku yang menyuapimu, darling?" Hana mengedipkan sebelah matanya, mencoba menggodaku.
Oke, aku mulai merasa mual melihat kelakukan najis Hana.
"Aku lebih suka menyuap diriku sendiri" jawabku cepat, dan meraih bubur itu.
Apakah Alan bisa mengkhawatirku barang sedikit saja..? Bahkan, apa dia tau aku sakit?
-------
Astaga, aku sangat mengantuk sekarang. Apa obat yang Hana berikan tadi mengandung obat tidur?
15 menit lagi latihan drama.. Tapi aku bahkan tidak mampu membuka mataku!
Dan kemana Hana?! Dia seenaknya meninggalkanku sendirian di kelas!
Agh! Aku tidak tahan lagi! Aku mengatur alarm di jam tanganku. Tidur 15 menit tak apa kan?
Dan saat itu juga aku tenggelam dalam dunia mimpi.
---To Be Continued---
Alohaloha, Readers!
Hehe, ternyata pertanyaannya kemarin gak ada hubungannya dengan chapter ini!
Yah apa boleh buat, awalnya mau bikin itu kamar Alan, tapi tiba-tiba muncul ide yang lebih baik.
Kamar itu memang kamar Alan, makanya Kanaya merasa familiar, hanya saja ada murid yang melihat Kanaya duluan sebelum Alan. Yah, Samuel bawa ke UKS kan.
Oh ya, next chapter adalah Alan POV! Jadi di chapter depan akan terbongkar rahasia yang Kanaya gak tau.
So, what do you think? Gimana kelanjutan hubungan antara Kanaya dan Alan? Ataukah Kanaya berakhir dengan Samuel? Ada yang tau gak siapa yang naksir ama Samuel?
Saya juga kagak tau~ #dibantai. Lah, kan saya belum nulis jadi belum pasti dong~ =3=)a
Regards,
MiuVanilla, 01.53 AM, Sunday, 5 April.
KAMU SEDANG MEMBACA
MD2: Cheerful Princess and Her Prince
Teen FictionNamaku Kanaya Sunshine Cross. Temanku banyak. Semua orang akan menyukaiku karena kemanisan dan sifat periangku. Aku berkata aku lesbi, sehingga banyak yang menjauhiku. Aku tidak benar-benar lesbi. Aku hanya tidak ingin kalah dengan kakakku dan Adlan...