Embrassing Moment

314 20 3
                                    

Aku merenggangkan tanganku. Ugh, setelah sekian lama berada di mobil, tubuhku pegal-pegal.

Selain karena perjalannya yang jauh, juga terdapat banyak orang yang menghalangi.

Beberapa kali kami sempat ditilang polisi karena mereka mengira anak kecil lah yang mengendarai mobil ini.

Dan setelah perdebatan panjang antara Mama Alan dan Polisi itu, Mama Alan menunjukkan KTP dan SIM nya dengan marah-marah. Aku hampir tertawa melihat wajah kaget polisi itu. Ia berkali-kali meminta maaf.

"Kanaya~ Ayo masuk!" Ujar Mama Alan. Aku segera mengikutinya masuk ke dalam rumah..atau mansion yah? Pokoknya besar sekali. Hampir sama dengan rumah... itu ...

"Honey~~ Kamu dimana~?"Panggil Mama Alan, mencari seseorang. Honey? Apa itu papa Alan?

Seekor kucing berbulu putih-kuning-hitam datang menghampiri kami dengan malas. Seekor kucing yang...err... Gemuk...

"Aah~~ Honey!!! Mama rindu!!!" Seru Mama Alan sambil menggendong kucing itu. Kucing itu terlihat sangat sengsara karena pelukan erat Mama Alan.

"Mama, Dora sesak napas." Peringat Alan datar, dia masih membawa koperku dan kopernya dengan kedua tangannya yang berotot.

"Hyaa!! Dora terlalu lucu!!!"

Aku tersenyum, Dora yah namanya. Dora terlihat memicingkan matanya kepadaku kesal. Aku mengerjab bingung, kenapa dia marah?

"Dora tidak menyukai perempuan selain Lea. Maaf ya."

Aku menoleh, seorang pria gagah yang berumur sekitar 40 tahunan. Aku mengerniyt, rasanya aku mengenalnya.

Aaah!! Aku ingat sekarang! Jeffrey Xerrafox! Pemain sepak bola sekaligus pembisnis yang sangat terkenal!! Namanya.. Oh,ya!! Kenapa selama ini aku tidak sadar kalau ia adalah ayah Alan?

"Sayang! Kau tidak mencariku tapi malah mencari Dora? Sungguh kejam..." Ujar Papa Alan sedih yang dibuat-buat.

Alan memutar bola matanya, "Mama, aku pergi ke kamar dulu yah."

"Sekalian tunjukkin kamar Kanaya, Alan!" Tambah Mama Alan.

Alan hanya menggangguk dengan terpaksa, dia menatapku tajam. "Ikuti aku!"

Aku mengikuti Alan dari belakang dengan diam. Sekarang, bagaimana cara berbaikkan dengan Alan?

Kami berhenti di depan pintu putih. Dia membuka pintu itu dan meletakkan koperku.

Setelah itu, dia langsung berjalan keluar kamar dengan ketus, aku segera menahan tangannya.

Alan menatapku tajam, "Lepaskan. Sudah kubilang, jangan menyentuhku dengan tangan kotormu." Ulangnya kejam.

Aku membalas tatapannya, berusaha untuk tidak terintimidasi. Tapi aku tetap saja bergetar.

"Kamu masih marah?"

"Menurutmu?"

Aku terdiam, "Kenapa kau begitu marah? Apa ciuman itu memiliki urusan denganmu?" Aku bertanya dengan nada tenang, berusaha untuk tenang.

Alan menatapku tajam, diusapnya tangannya pada rambutnya frustasi. Aku mengernyit.

"Apa perlakuaanku waktu itu belum bisa membuatmu mengerti? Jadi kau pikir aku bisa mencium perempuan manapun,hah?!" Balasnya marah.

Aku membuang napasku kasar, kau harus tenang,Kanaya..

"Siapa tau kan? Mungkin kau seorang pemain hati wanita."

Alan berdecih, ditatapnya aku dengan marah, aku bergetar, berusaha tidak ketakutan dihadapannya.

Alan mendorong tubuhku jatuh ke atas ranjang kamar ini, dia melumat bibir kasar.

MD2: Cheerful Princess and Her PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang