Alan POV part 2

319 24 1
                                    

Aku memerhatikan gerakan Kanayaku dengan seksama. Yah, ternyata kemampuannya bukan bualan semata. Hm, Ryan mengajarinya dengan baik.

Tapi seperti yang sudah kuduga, mereka bermain curang. Apa-apaan wasitnya? Menyebalkan.

Yah, aku tak hanya akan melihat saja. Aku tak boleh tampak payah di depan calon pacarku~

Oke, Alan, pasang topeng dinginmu!!

Dengan gesit aku merebut bola yang lawanku giring dan langsung mengopernya pada Kanaya.

Kanaya menerimanya dengan baik. Ia menatapku bingung sesaat, aku hanya memandangnya dingin dengan mataku yang berbeda warna.

Kalau ia berpikir bahwa aku hanya akan menonton ia salah besar. Aku akan berusaha men-supportnya dengan baik tapi aku tidak menunjukkan kemampuanku sesungguhnya. Bisa gawat kalau mereka tau.

Tapi! Wasit ini yang paling membuatku kesal! Jelas-jelas itu gol! Dan seenaknya memberi pelanggaran! Huh, kami bisa kalah! Dan aku tak mengizinkan Kanayaku di perintah-perintah oleh mereka!

Berpikir Alan! Berpikir! Bagaimana cara untuk menang?!

Tiba-tiba si datar itu muncul. Ia mengambil alih pertandingan ini. Bagus!

Aku menatapnya datar dan ia bala menatapku datar. Apa-apaan ini? Kontes menatap datar?

Tapi yaaah, tanpa kecurangan mereka, mereka bukanlah apa-apa. Dan bisa dipastikan kami menang mudah.

Dan, yap! Kami menang!

Aku tak bisa menahan senyumanku melihat betapa bahagianya Kanaya. Dia melompat-lompat kegirangan sambil memeluk Ryan. Haaah, kapan ia akan memelukku seperti itu?

Yah, aku sudah menghadapi banyak kemenangan tapi kemenangan kali inilah yang paling terkesan dalam pertandinganku selama ini.

Yah, kurasa kemenangan takkan terasa berharga tanpa arti di dalamnya. Dan kali ini aku memenangkan pertandingan demi dia. Perempuan yang membuatku tertarik.

Kulihat Kanaya berjalan dengan gembira ke arahku. Aku hanya menatapnya dingin dan cuek. Tapi kau tau? Yang ingin kulakukan hanya memeluknya dan bermanja-manja dengannya sampai membuat ia tak bisa memikirkan hal lain selain aku. Ck, aku mulai terdengar sangat posesif.

Dia menunduk padaku, memberikan kesan sopan dan seolah aku telah melakukan hal yang sangat berarti baginya. "Terimaksih banyak telah membantuku." Ujarnya masih membungkuk.

Auwww, dia terlihat manis sekaliiiii!!!!

Kulihat Ryan memelototiku. Wow, baru kali ini kulihat ekspresinya selain datar.

Pasang topeng dinginmu Alan!

"Aku tidak ingin membantumu, aku hanya ingin bermain. Jangan salah paham"

'Salah paham juga gak papa.' Sambungku dalam hati. Aku hendak tertawa mendengar pikiranku sendiri. Entah kenapa aku menjadi laki-laki yang genit begini, padahal sebelumnya aku sangat anti terhadap mahluk yang bernama perempuan.

Aku menunggu jawaban ketus atau kecewanya tapi yang kudapatkan hanyalah tatapannya yang berbinar dan senang. Aku terdiam, dia sangat berbeda. Aku tidak bisa menebak apa yang dilakukannya.

Dalam hal ini, aku ahlinya dalam menebak dan membaca pikiran orang lain. Tapi kenapa aku tidak bisa menebak kelakuan gadis ini.

Tanpa sengaja pandanganku dan Ryan bertemu. Dia tersenyum mengejek, mengejek karena aku tidak bisa memprediksi kelakuaan adiknya. Yah, aku tidak bisa membaca pikirannya tapi aku tau betul dari tatapannya. Dan karena kami sama. Sama-sama datar. Tapi bisa kupastikan ia akan berubah jika bertemu orang yang tepat.

Hm, kenapa aku bisa sangat yakin? Karena kau tau, aku mengalami hal yang sama. Yap, dengan gadis ini.

Hmph, kau salah besar kalau aku menyerah karena gadis ini tidak sama dengan yang lain. Justru karena itu aku semakin tertarik dan jantungku berdegup kencang. Aku tidak sabar melihat reaksinya yang selalu mengejutkanku. Bagaimana jika aku menunjukkan sifat ini? Hmm, aku benar-benar penasaran.

Aku langsung membalik badanku dan berlalu pergi. Aku tidak bisa menahan seringaian dan senyum senangku. Aku telah menemukan gadisku. Gadis yang spesial.

Aku tidak tau. Aku semakin tertarik padamu, kau tau? Tunggu sebentar lagi Kanaya. Sebentar lagi dan kau akan melihat, bagaimana betapa besarnya cintaku padamu. Tunggu saja, Kanaya.

-------

"Aku tau"

Aku tersenyum perlahan. Ya, aku tersenyum di depan orang. Siapa? Dia. Orang di depanku ini.

"Ada apa hm, Kak Ryan?" Tanyaku sambil tersenyum.

"Kau. Kau tertarik pada adikku bukan?" Tanyanya datar. Bahkan ia tidak terdengar seperti bertanya.

"Hm, mungkin. Tapi aku tau kalau kau tau." Jawabku sok keren. Eh, bukan sok. Aku memang keren. Ya gak?

Dia hanya diam. Menatapku datar tapi menusuk. Ia ingin mengintimidasiku. Aku hanya tersenyum tipis, membalas tatapannya. Aku tidak merasa diintimidasi. Karena sejak kecil aku sudah diajar oleh kedua orang tuaku dengan baik.

"Kau tidak suka aku mendekati adikmu? Kau melarangnya?" Tebakku memecahkan keheningan. Dia masih datar.

"Tidak karena aku tau kau bukan seorang playboy. Tapi aku tidak akan membiarkanmu kalau kau sampai membuat adikku menangis. Dan jangan kau kira dia seperti perempuan biasanya. Dia berbeda, sangat berbeda" ucap Ryan tanpa nada yang berarti. Senyumanku hilang. Aku menatapnya serius.

"Aku tau itu. Dan keunikkannya yang membuatku... Tertarik..." Ujarku sambil melepas kacamata tebalku. Aku lelah memakainya.

"......Kalau begitu.. Selamat berjuang... Sebenarnya, aku mengharapkan kau bisa menghapus traumanya..ketakutannya..."Suaranya mengecil. Tapi aku mendengarnya dengan jelas. Aku mengernyit bingung, trauma? Perempuan yang ceria itu memeliki trauma?

Tiba-tiba aku teringat senyuman Kanaya yang menenangkan. Aku ikut tersenyum.

Aku memandang Ryan yakin. Tanpa ragu aku mengatakannya, "Pasti. Aku pasti akan menajadi pelindungnya yang terkuat, pendukungnya."

Ryan melebarkan matanya, tapi secepat mungkin dia mengubah ekspresinya. Bukan datar tapi senyuman terimakasihnya.

"Terimakasih. Aku...mengandalkanmu.."

~To Be Continued~

Huaah, GaJe gak?

Saya ketiknya sepotong-potong + sembunyi-sembunyi lagi, jadi butuh waktu yang agak lama. Dan maaf karena terlalu pendek. Segini dulu yah? Next chapter pasti saya panjangin!

Saya gak bisa berhenti buat ngucapin terimakasih bagi yang udah read, vote, comment, dan follow. Terimakasih banyak untuk semuanya.

Jadi, kira-kira apa ya trauma Kanaya?

Regards,
MiuVanilla, 15.53, Wednesday, 8 April.

MD2: Cheerful Princess and Her PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang