The Drama

371 20 1
                                    

Kanaya POV.

Sungguh, aku tidak bisa berkonterasi. Melihat Alan bersama Sella membuatku.. Entahlah.. Sakit,kecewa, dsbnya. Rasanya seperti nano-nano.

Aku banyak melakukan kesalahan. Aku berusaha untuk konsentrasi tapi tetap saja tidak bisa.

Sesi pertama telah berakhir, aku tampil dengan sangat buruk. Ugh.

"Apa yang kau lakukan?! Kau banyak melakukan kesalahan!!"

Aku menunduk mendengar segala cercahan Russel, aku pantas menerimanya.

Tiba-tiba Hana menarik tanganku dan memaksaku mengikuti langkahnya.

Russel memanggil-manggil kami marah dan ia mengumpat karena 5 menit lagi aku akan muncul untuk sesi 2.

"Hana-"

Plak! Aku melebarkan mataku kaget. Rasa panas dan sakit kurasakan di pipi kananku.

Hana menamparku.

"Kau! Kenapa kau ini?! Kau menyia-nyiakan kepercayaan Alan! Percayalah padanya! Bukankah kalian berdua sudah berjanji? Tapi...kau malah.."

Suara Hana mengecil. Aku terdiam, membenarkan ucapan Hana.

"Kau benar, Hana. Aku- aku.. Apa yang telah kulakukan?" Aku menyesal..

Hana menggeleng, dia menggenggam tanganku dan meremasnya pelan.

"Tampillah lebih baik kali ini, buat semuanya takjub. Perbaiki kesalahanmu, Kanaya." Sarannya.

Aku mengangguk, "Terimakasih, Hana."

Hana mengalihkan tatapannya ketus tapi bibirnya membentuk kurva senyuman, "Aku tidak akan meminta maaf untuk tamparan itu. Kau pantas mendapatkannya." Ucapnya tajam.

Aku tertawa, "Yah, tentu saja, aku pantas mendapatkannya."

--------

Shine POV. (Drama)

"Kau!!!! Ku telah membunuh kedua orangtuaku!!!!" Aku berteriak marah, dendam telah menguasaiku.

"Diam! Orangtuamu memang pantas mati!!!" Sang Raja memaki orangtuaku dengan nada gemetar takut, aku menatapnya marah.

Alu berteleportasi secepat kilat ke hadapan Raja Bodoh itu. Aku membuat tubuhnya melayang dengan sihirku.

"A-A-Apa yang kau lakukan?! Aku Raja!! Kuperintahkan kau untuk menurunkanku!!" Dia terlihat ketakutan.

"Kau bukan Rajaku! Tapi kau tau, aku bisa menurunkanmu..sekarang juga!!" Aku tersenyum jahat dan membuatnya jatuh mencium lantai.

"Sialan!!! Prajurit!!! Tangkap gadis kurang ajar iniii!!" Perintah Raja. Aku menangkat sebelah alisku menantang.

"Tidak ada yang bisa menolong kalian berdua, Raja, Ratu. Inilah balasanku pada kalian berdua.. KALIAN MEMBUNUH KEDUA ORANGTUAKU!" Aku menjerit dan hendak membunuh kedua orang bodoh ini.

"Jangan!! Kumohon jangan!! Maafkanlah ayahanda dan ibunda.."

Seorang gadis seumuranku berusaha menghalangiku. Ia tampak seperti cermin berkebalikan denganku. Penuh cahaya.

Aku menggertakkan gigiku, aku seharusnya menjadi seperti itu sekarang. Hidup bahagia tanpa benci dan balas dendam.

Andai saja orang tuaku bukanlah korban kebodohan kedua pemimpin bodoh ini. Andai saja mereka berdua tidak meninggal saat itu. Andai saja.....

Dendam dan rasa amarahku memuncak.

Aku iri dengan gadis dihadapanku ini. Mengapa? Mengapa gadis ini begitu sempurna hidupnya? Mengapa Tuhan tidak adil padaku?

MD2: Cheerful Princess and Her PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang