Oke, akhirnyaaaa saya kembali ke Kanaya POV >3<
Kangen deh sama Kanayaaaa.. :*
Nah, saya sarankan Readers sebelumnya baca ulang yang Fever and Someone Mysterious dulu, untuk mengembalikan ingatan tentang jalan ceritanya.
Nah, Semoga kalian menikmati cerita kali ini~
-----
....
Sentuhan ini.. Rasanya sama dengan saat aku demam. Tangannya mengelus rambutku lembut.
Rasanya sangat nyaman dan aman. Tak ada lagi kekhawatiranku. Aku percaya orang ini akan selalu melindungiku.
Apakah ini Samuel?
Aku ingin tau, aku ingin membuka mataku, melihat siapa pemilik sentuhan lembut ini.
Siapakah kau, orang misterius?
"Naya.."
Aku sontak terkejut. Hanya ada satu orang yang memanggilku Naya. Apakah...
Aku menggeliat,hendak bangun dari tidurku. Tapi orang ini mencegahku dengan memeluk dan mengusapku lembut, membuatku enggan untuk bangun.
Aku memutuskan tidak bangun untuk sementara waktu. Aku takut sentuhan ini akan hilang saat aku bangun. Aku ingin lebih lama.. Lebih lama merasakan sentuhannya.
Walau penasaran yang besar menghantamku.
--------
"Hooi~ Kanayaa~~ Banguuun!!!"
Aku berusaha mengacuhkan suara yang mengganggu tidurku.
"Drama sudah mau dimulaiii!!!"
Suara rajukan itu membuatku langsung membuka mata lebar-lebar. Oh iya, Drama!!!
"Aku lupa!!!" Ujarku langsung. Aku mengacak rambutku panik. Bagaimana aku bisa tertidur?! Aargh! Pasti karena obat tadi mengandung obat tidur!!
Tapi aku langsung terdiam. Teringat orang misterius tadi. Apa itu nyata? Atau hanya mimpi karena aku begitu mendambakan sentuhannya lagi?
"Tenang, Kanaya! Drama akan dimulai 15 menit lagi. Kita masih bisa bersiap-siap." Kata Hana berusaha menenangkanku.
Aku terkesiap. Benar, orang itu bisa kupikirkan nanti! Sekarang yang penting adalah latihan drama! Besok sudah tampil!!
Hana langsung menarik tanganku dan berlari. Kami sudah sangat telat.
Sebenarnya aku tidak terlalu menyesali ketiduranku. Setidaknya aku bisa merasakan senyuhannya yang lembut sekali lagi.
Wahai orang misterius, siapakah dirimu?
-------
"Maaf kami terlambat!" Kataku dan Hana sambil menunduk menyesal.
Sutradara kami, Russel, mendelik kesal ke arah kami. "Kau pikir ini sudah jam berapa?! Besok adalah hari kita tampil! Masih saja malas-malasan!!!" Marahnya.
Aku hanya bisa menunduk, mendengar kemarahannya.
"Sudahlah Russel, memarahinya tidak akan mengembalikan waktu yang terbuang. Lagipula Kanaya baru saja sembuh." Bela suatu suara lembut, suaranya pelan dan perlahan, membuatku yang mendengarnya merasa aman.
Aku mengangkat wajahku, melihat siapa pemilik suara itu.
Seorang gadis cantik dengan rambut pirang dan mata biru jernih. Ekspresinya keibuan nan lembut. Aku mengenalnya, siapa yang tidak mengenalnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
MD2: Cheerful Princess and Her Prince
Ficção AdolescenteNamaku Kanaya Sunshine Cross. Temanku banyak. Semua orang akan menyukaiku karena kemanisan dan sifat periangku. Aku berkata aku lesbi, sehingga banyak yang menjauhiku. Aku tidak benar-benar lesbi. Aku hanya tidak ingin kalah dengan kakakku dan Adlan...