Please, Don't Get Sick

1.2K 159 55
                                    


Happy reading!!

.

.

.


Maag seolah sudah menjadi penyakit rutin Jeka sehingga pria itu tidak terlalu panik jika tiba-tiba maag-nya kambuh. Entah sudah berapa kali Suhendra dan Irene selaku orangtua menasehati putra sulungnya itu untuk bisa lebih memperhatikan kesehatannya. Namun, bukan Jeka namanya jika langsung menurut begitu saja. Baginya, pekerjaan dikantor adalah prioritas kedua setelah keluarga. Urusan kesehatan tak terlalu ia pikirkan, toh jika dirinya sakit tinggal memanggil dokter pribadi keluarganya. Karena prinsip hidup seperti itulah pola makan Jeka tak pernah teratur. Ia makan jika memang ada waktu, itupun dengan porsi yang sedikit.

Hari ini untuk pertama kalinya Jeka merutuki maag-nya yang tiba-tiba saja kambuh. Sebenarnya pergi bersama Ronal, dirinya sadar bahwa ada bagian dari tubuhnya yang bermasalah. Namun, pria itu memilih untuk mengabaikannya. Rasa sakit itu semakin menjadi ditengah perjalanan mereka setelah menjemput souvenir pesanan pernikahan Wendy tetapi, lagi-lagi ia abaikan karena keinginan untuk bisa menemui sang istri secepat mungkin. Dan puncaknya saat ia dan Ronal baru saja sampai, Jeka yang tak mampu lagi menahan rasa sakitnya pun akhirnya ambruk. 

Dan disinilah ia berada sekarang, berbaring diatas ranjang dengan selimut tebal yang menutupi  badannya hingga sebatas dada. Dirinya sudah meminum obat yang dibelikan oleh Ronal namun, hal tersebut tak cukup untuk mengurangi rasa sakitnya.

Mata Jeka hampir terlelap sempurna sampai tiba-tiba ia rasakan sesuatu yang lembut menyentuh dahinya. Meski terasa berat namun ia paksakan kedua mata itu untuk terbuka dan tampaklah sosok wajah cantik sang istri dengan ekspresi khawatir yang kentara sekali terlihat.

" Mel" panggilnya dengan nada lirih.

" Iya, aku disini" tangan Caramel menggenggam telapak tangan sang suami. Didudukkannya dirinya di samping Jeka. " Udah minum obat?" tanyanya. Jeka mengangguk pelan. 

" Sakit banget" lirihnya. Helaan nafas panjang terdengar dari Caramel.

" Makanya lain kali kalau disuruh makan ya makan. Batu banget emang, demi apasih sampai nggak makan dari tadi pagi? Mau pamer kamu kuat kerja seharian dengan perut kosong gitu? Kekanakkan tau nggak sih kamu kalau begini kelakuannya" omel Caramel. 

" Iya, maaf ya sayang"

" Nggak butuh maaf kamu, butuhnya itu kamu janji mau lebih perhatiin kesehatan lagi. Panik banget pas bang Ronal bilang kamu balik kerumah karena maag-nya kambuh. Untung tadi Joshua mau anterin aku balik kesini" mulut Caramel tak henti mengeluarkan segala kekesalannya pada sang suami dengan tangan yang sibuk melepaskan beberapa kancing kemeja Jeka dan melonggarkan ikat pinggang pada celana sang suami untuk mengurangi tekanan pada perutnya. 

Senyum tipis terulas pada wajah Jeka ditengah rasa sakitnya. Omelan Caramel terasa merdu ditelinganya. Baru pertama kali ia merasa senang diomeli seperti ini.

" Ayo duduk bentar" ucap Caramel sembari membantu sang suami untuk bangkit dari posisi tidurnya. Kemudian, dengan cekatan ia taruh beberapa bantal lagi pada bagian kepala dan pinggang dan setelahnya secara perlahan dibantunya Jeka untuk kembali berbaring. Diusapnya kening Jeka membuat pria itu memejamkan mata, menikmati usapan lembut dari sang istri.

" Aku keluar bentar ya" tutur Caramel. Spontan kedua mata yang terpejam itu kembali terbuka.

" Ngapain? Disini aja" 

" Buatin teh jahe buat kamu. Pernah denger dari teman kantor, katanya lumayan membantu kalau asam lambung naik" jawab Caramel yang dibalas gelengan kepala dari Jeka. 

A SCANDAL WITH MY CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang