Learn To Be A Husband

934 163 12
                                    

Happy reading!!


Suara ketikan papan keyboard memenuhi ruangan besar tersebut. Tampak tumpukan dokumen di atas meja yang masih belum dibuka oleh sang atasan. Entah sudah berapa kali tampak karyawan keluar masuk dari ruangan tersebut untuk melaporkan mengenai pekerjaan mereka. Bahkan dari awal datang, sang atasan langsung dihadapkan pada setumpuk tugas yang mesti diselesaikan secepatnya. Entah sudah berapa lama ia dalam kondisi duduk di atas kursi kebesarannya itu, rasanya sungguh melelahkan.

Jeka melonggarkan ikatan dasinya yang membuatnya sedikit sesak. Dibukanya satu kancing kemejanya, helaan nafas keluar dari pria yang masih tergolong muda itu. Kepalanya disandarkan di sandaran kursi, memejamkan mata sebentar dengan harapan bisa mengurangi rasa penatnya.

Tok..tok..tok...

" Masuk" ucapnya begitu mendengar suara ketukan di pintunya. Jeka masih dalam posisi yang sama dengan mata terpejam. Perlahan didengarnya suara langkah kaki yang sedikit demi sedikit semakin keras terdengar. Perkiraannya itu adalah Mina, sekretarisnya.

" Ada apa?"

" Ngantar makan siang"

Dahi Jeka mengernyit mendengar jawaban itu. Ini bukan Mina, mana mungkin sekretarisnya itu sempat-sempatnya mempersiapkan makan siangnya di saat kesibukannya hampir sama dengan sang atasan. Dan, cara berbicara yang santai, terkesan tidak formal, sudah dipastikan ini adalah orang lain.

" Caramel? Ngapain ke sini?" raut wajah Jeka sedikit kaget begitu melihat sosok Caramel sudah berdiri di hadapannya. Ditangannya tertenteng paperbag berwarna hitam.

" Kan udah gue bilangin" Caramel mengangkat paperbag tersebut. " Ngantar makan siang" sambungnya lagi. Caramel meletakkan barang bawaannya itu di atas meja kecil yang tersedia di ruangan Jeka. " Disuruh mama tadi" ucapnya seakan tahu arti raut bingung dari wajah Jeka.

Mendengar itu, Jeka hanya mengangguk-angguk kemudian berjalan mendekat dan duduk di samping Caramel. Diselonjorkannya kakinya kemudian menyenderkan kepalanya di sandaran sofa, mencari posisi ternyaman bagi tubuhnya sendiri. Caramel bisa melihat raut lelah dari wajah Jeka.

" Capek?"

" Udah tahu ngapain nanya"

" Basa basi"

Hening mendominasi keduanya. Namun, diam-diam Caramel memperhatikan wajah Jeka. Sepertinya menjadi seorang CEO adalah hal yang berat, padahal dulunya ia pikir berada di jabatan seperti itu adalah hal yang paling menyenangkan. Kau tinggal duduk kemudian memerintahkan semua orang untuk mengurus pekerjaanmu, ternyata tak sesederhana itu pada realitanya.

Perlahan Caramel menggoyangkan bahu Jeka.

" Eungh" lenguhnya.

" Makan dulu. Udah capek-capek gue bawain"

" Gue gak makan siang"

" Kenapa?"

" Kerjaan kantor lebih penting"

" Ck, lo itu juga manusia, butuh makan, butuh istirahat. Jangan dipaksain mulu, mau lo cepat-cepat mati? Gue gak mau ya jadi janda muda" omel Caramel dengan bibir yang mengerucut. Jeka menolehkan kepalanya ke arah Caramel.

" Ya bagus, lo bisa nikah lagi sama laki-laki yang lo suka"

" Lancar banget ya tuh mulut ngomong. Dimana-mana gak ada suami yang mau istrinya nikah sama orang lain, lah lo malah— ucapan Caramel terhenti. Seakan tersadar dengan apa yang dikatakannya, Caramel buru-buru mengalihkan pandangannya. Dia tak mau Jeka sampai berpikir bahwa dia sekarang benar-benar menganggap serius status mereka berdua kini.

A SCANDAL WITH MY CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang