Hug Me

1.1K 191 25
                                    

Happy reading!!


Suasana malam kota Jakarta menjadi pemandangan tersendiri bagi Caramel. Matanya tak berhenti memandangi langit malam lewat kaca jendela mobil, sesekali dihembuskannya nafasnya ke arah kaca jendela dan menuliskan kata-kata random yang muncul di pikirannya. Acara makan malam dengan keluarga Adinata tadi berjalan sukses, meski sepanjang waktu dia dan Jeka tidak saling berbicara. Caramel membuka ponselnya begitu mendengar bunyi pesan masuk. Dan, benar saja, grup chat yang berisi dirinya dan kelima rekan kerjanya kini sedang rusuh. Entah hal random apa yang sedang dibahas namun, mampu membuat suasana hati Caramel sedikit membaik.

Jeka yang sedari tadi duduk di samping Caramel hanya melirik perempuan itu sebentar kemudian kembali menolehkan kepalanya. Dilihatnya jam tangannya yang menunjukkan pukul sebelas malam.

" Kita ke tempatnya Jimin" perintah Jeka tiba-tiba. Supirnya yang sudah sering mengantar jemput Jeka kemana pun segera menganggukkan kepalanya. ***

" Surprise!! Selamat datang di toko kami!" seru pria bertubuh lebih pendek dari Jeka dengan riangnya. Direntangkannya kedua tangannya, senyum lebarnya menyambut kedatangan Jeka. Jeka mendengus malas, memilih untuk mengabaikan sikap ramah sahabatnya sendiri yang baginya justru terkesan berlebihan.

Jiminnael Putra, pemilik salah satu toko perhiasan terbesar dan termewah sekaligus sahabat dari Jeka hanya terkekeh, sudah biasa dengan sikap bodo amat dari seorang Jekanandra. Jimin melirik ke arah perempuan yang dari tadi berdiri di belakang tubuh tegap Jeka.

" Anjir, sekalinya datang langsung bawa si nyonya" Jimin mendekat ke arah Caramel. " Gue Jimin, temannya Jeka" Jimin mengedipkan satu matanya ke arah Caramel, membuat wajah Caramel memerah.

" Caramel" balas gadis itu singkat sambil membungkukkan badannya. Jimin sedikit menundukkan badannya, diperhatikannya baik-baik wajah Caramel.

" Ck, ini Jeka pakai cara apa coba sampai bisa dapat istri cantik, manis, bening lagi"

" Hah?" Caramel menatap ke arah Jimin dengan tatapan bingung. Jimin terkekeh.

" Kalau lo bosan sama dia, ingat, ada gue yang selalu siap jadi penggantinya dia" Caramel semakin menundukkan kepalanya, menyembunyikan rona merah di wajahnya. Hei, perempuan mana yang tidak malu mendengar ucapan manis dari pria di depannya ini? Caramel jamin Jeka pasti tidak bisa melakukannya sebaik Jimin.

Melihat interaksi antara Jimin dan Caramel, Jeka reflek menarik tangan Caramel semakin dekat ke arahnya. Kedua mata tajamnya menatap Jimin, menyiratkan tanda ketidaksukaan dengan sikap Jimin barusan.

" Calm down dude. Gue gak bakalan rebut dia, kecuali dia sendiri yang datang ke gue" sindir Jimin tanpa mempedulikan raut wajah dingin Jeka. Dengan santai, pria itu berjalan dan duduk di sofa dekat situ, satu kakinya dinaikkannya ke atas, menunjukkan aura kewibawaannya. " Jadi, kalian mau cari perhiasan seperti apa?" to the point, tanpa basa-basi adalah sikap dari seorang Jimin.

" Perhiasan terbaik yang lo punya" kemudian Jeka melirik ke arah Caramel dan balik menatap Jimin. Jimin tersenyum kecil, mengerti maksud dari Jeka. Sahabat minim ekspresinya itu ternyata sedang mencarikan perhiasan untuk istri mungilnya. So sweet untuk tipe pria seperti Jeka.

" Alright, follow me. Akan kuperlihatkan perhiasan terbaik, sesuai dengan yang lo mau" Jimin segera saja beranjak dari tempatnya yang langsung diikuti Jeka. Caramel juga ikut, mau bagaimana lagi, tangan Jeka masih bertengger manis menggandeng tangan mungilnya. Entah apa maksudnya, mungkin Jeka tahu niat Caramel yang sudah sedari tadi ingin pergi dan keluar diam-diam dari tempat membosankan ini. Untuk apa mengajaknya membeli perhiasan yang bahkan bukan untuknya? Apa Jeka sengaja ingin membuatnya cemburu, menunjukkan bahwa pria itu akan membelikan sebuah perhiasan mewah untuk kekasihnya?

A SCANDAL WITH MY CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang