[Don't]Hate Me

1.1K 166 32
                                    

Happy reading!!

.

.

.


Tik..tik..tik

Detikan jam berbunyi, mengisi kesunyian kamar yang bertahan hingga beberapa jam. Jendela kamar dibiarkan terbuka, tak peduli dengan angin malam yang kian dingin menusuk kulit. Di balkon kamar, Caramel, gadis mungil dalam balutan piyama tidurnya masih asyik bergelung dengan pikirannya sendiri. Dua matanya fokus menatap halaman depan rumah keluarga Atmawijaya tersebut, sedikit bertanya kemana gerangan sosok yang baru saja bertengkar dengannya tadi.

Sudah tengah malam namun, deru mobil milik Jeka yang biasa Caramel dengar hingga saat ini bahkan belum kembali. Dia benci Jeka, itu fakta. Namun, tetap rasa khawatir akan keberadaan pria tersebut ada.

Helaan nafas panjang dihembuskan Caramel, tangannya mengusap lengannya yang terasa dingin. Baru saja menutup jendela kamarnya, suara notifikasi pada handphonenya mengalihkan atensi gadis tersebut.

Nayla

Mel, sorry banget baru ngabarin

Jeka ada di apart Vino

Mabuk anaknya, besok pagi diantar balik

Caramel

Iya, nggak apa-apa

Maaf ya kalau ngerepotin

Benda berbentuk persegi empat itu langsung dimatikan oleh sang pemilik begitu pesan terakhirnya dikirim. Setidaknya, ia kini tahu dimana keberadaan sulung Atmawijaya tersebut malam ini. Langkah Caramel beranjak naik ke atas tempat tidur, menarik selimut tebal berwarna putih hingga sebatas dada. Tatapannya fokus pada langit-langit kamar namun, tidak pada pikirannya yang melalang buana mundur pada waktu-waktu yang sudah pernah ia lewati.

Helaan nafas panjang terdengar, Caramel tak mengerti mengapa hidupnya bisa serumit ini. Tebersit rasa malu mengingat bagaimana emosinya yang meledak-ledak tadi, seolah ia punya hak untuk protes disaat dirinya hanyalah pemeran pembantu dalam kehidupan Jeka.

Toh, selama ini Jeka memperlakukannya dengan pantas layaknya seorang suami pada istri, meski terkadang sifat Jeka yang terlampau cuek membuatnya marah. Namun, kembali pada pendapat pertamanya tadi, Jeka sudah lebih dari cukup memenuhi semua janjinya pada Caramel. Hidup Caramel tak pernah dipersulit, semua sudah dipenuhi oleh Jeka. Lantas, apa yang hendak ia suarakan?

Apapun alasannya, semua sudah terjadi. Dia sudah setuju dengan kontrak sialan itu dan seperti yang dikatakan Jeka, membayar untuk menghentikan kontrak itupun dia tak kan bisa.

" Badut banget hidup Caramel" bisiknya dengan senyum miris.

Kedua mata itu mencoba untuk terpejam menjemput tidur. Hanya beberapa saat hingga tiba-tiba terdengar suara ketukan pada pintu kamarnya. Dahi Caramel mengernyit, siapa? Jeka? Tidak mungkin, pria itu masih dalam keadaan mabuk berat bukan?

" Iya?" sahutnya dari dalam.

Tak butuh waktu lama, pintu kamarnya terbuka. Sosok Yeri mengintip dari luar, kemudian tersenyum canggung kearah Caramel.

" Boleh masuk kak?" tanya gadis remaja tersebut. Caramel mengulas senyum miliknya sembari mengangguk, mempersilahkan adik iparnya tersebut untuk masuk.

Langsung saja Yeri masuk dan mengambil tempat di tepi ranjang Caramel. Tangannya menyodorkan segelas susu cokelat hangat pada Caramel. Cengiran lebar diberikannya saat mendapati raut bingung Caramel.

A SCANDAL WITH MY CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang