Happy reading!!
Suara gesekan spatula di atas permukaan wajan menandakan dimulainya kembali aktifitas di mansion mewah itu setelah melewati satu malam yang panjang. Para pelayan sudah mondar-mandir di sekitar rumah, menjalankan tugas masing-masing sebelum sang tuan rumah terbangun.
Pintu kamar berwarna hitam itu perlahan terbuka. Menampilkan sosok Caramel, sang nyonya muda yang baru saja terbangun. Caramel mengedarkan pandangannya, suasana rumah masih terlihat sepi. Diliriknya ke arah Jeka yang masih tertidur lelap, dan setelahnya memutuskan untuk keluar dari kamar.
***
" Ada yang bisa aku bantu?" suara Caramel mengagetkan beberapa maid yang sedang menyiapkan sarapan. Melihat kedatangan sang majikan, sontak para pelayan tersebut membungkukkan badan mereka. Caramel mengernyitkan dahinya bingung kemudian balas membungkukkan badan juga.
" Ada yang nyonya perlukan?" tanya salah satu pelayan wanita yang dari wajahnya tergolong masih muda. Caramel dengan cepat menggelengkan kepalanya.
" Ah, tidak. Aku-aku hanya ingin membantu menyiapkan sarapan" jawab Caramel dan tersenyum lebar. Para pelayan saling pandang satu sama lain mendengar jawaban Caramel. Ada satu peraturan di rumah ini bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan rumah adalah tanggung jawab para pelayan. Jeka sendiri yang membuat peraturan ini, dia tidak ingin melihat ada anggota keluarganya yang ikut melakukan pekerjaan seorang pelayan.
" Tidak perlu nyonya, anda bisa menunggu di meja makan. Sarapan sebentar lagi akan siap" tolak sang pelayan dengan sesopan mungkin. Bibir Caramel memberengut.
" Aku memang tidak pandai memasak, tapi setidaknya aku bisa bantu memotong bawang-bawang itu" Caramel menunjuk pada bawang yang tergeletak tak jauh darinya dan langsung mengambil alih pisau dari tangan salah satu pelayan.
" Ta-tapi nyonya, tuan sendiri yang—
" Membantah lagi maka aku akan marah" mendengar itu para pelayan langsung terdiam dan menundukkan kepalanya. Caramel tersenyum geli, rupanya seperti ini rasanya menjadi seorang majikan, bahkan ancaman yang terdengar konyol itu pun bisa membuat bawahannya takut. " Aku hanya bercanda" Caramel tertawa kecil.
Tanpa memedulikan tatapan bingung para pelayan, gadis itu langsung saja memotong serta mengiris beberapa bawang di atas talenan. Melihat nyonya mudanya yang terlihat baik dan bersemangat, para pelayan hanya saling tersenyum dan membiarkan Caramel ikut membantu.
***
Tak terasa waktu terus bergulir dengan cepat. Matahari kini sudah mulai kembali menjalankan tugasnya, memberi suasana pagi yang cerah untuk menyambut aktifitas manusia.
Mansion mewah Atmawijaya pun sudah mulai ramai dipenuhi suara-suara dari para anggota keluarga. Meja makan sudah dipenuhi oleh berbagai macam sarapan. Irene, Suhendra, Yeri, dan Jeka pun sudah duduk manis, saling mengobrol menunggu hingga semua hidangan makanannya datang.
" Selamat pagi, maaf aku terlambat" Caramel buru-buru mengambil tempat di samping Jeka, gadis itu baru saja selesai mandi.
" Tidak apa-apa sayang, santai saja" Irene mengusap lembut punggung tangan Caramel. Hati Caramel menghangat, begini toh rasanya memiliki seorang ibu. Bahkan hanya dengan kalimat singkat itu, mampu membuat perasaan anaknya menjadi jauh lebih baik.
Caramel baru saja akan menyendokkan nasi ke atas piringnya, namun, tiba-tiba Jeka menyikut lengan gadis itu pelan. Ditolehkannya kepalanya ke arah Jeka, menatap pria itu dengan tatapan kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
A SCANDAL WITH MY CEO
Fanfic[ On Going ] Jekanandra, seorang CEO dengan segala kesuksesan yang melingkupinya di usia muda, tak sengaja bertemu dengan Caramel, gadis bertubuh mungil dengan rambut pirang dalam kondisi mabuk. Dilain sisi desakan dari keluarganya untuk segera men...