Tinder (2)

1.8K 307 21
                                    

"A Cheng, kemarilah" panggil Nie Huaisang pada Jiang Cheng yang baru memasukki kelas pagi itu.

Jiang Cheng memutar bola mata malas "ada apa?"

"Eish ada apa dengan matamu. Aku disini membantumu. Bukankah kau diminta Wei Ying mencari kontak Lan Xichen itu?" protes Nie Huaisang.

Jiang Cheng langsung menoleh menatap Nie Huaisang "kau mendapatkannya?"

Nie Huaisang mengangguk "tentu saja. sangat sangat kebetulan kalau kakakku ternyata rekan bisnis tuan muda Lan itu"

Jiang Cheng mengernyit "tunggu! Rekan bisnis? Wait wait wait! Berapa umur orang itu memangnya?"

Nie Huaisang menempelkan telunjuknya pada pipinya "hm, seusia da ge ku, jadi seharusnya berusia 28 tahun. Masih muda kok"

Jiang Cheng melotot kaget "tapi kita baru 18 tahun, apa yang sebenarnya ada di pikiran Wei Ying? Apa dia mencari sugar daddy?"

PLAK

Wei Wu Xian yang baru datang langsung dibuat kesal dengan ucapan Jiang Cheng "mulutmu itu ngawur! Aku hanya menginginkan tipe dewasa, bukan berarti mencari sugar daddy, aku kaya kalau kau lupa"

"KAU!" pekik Jiang Cheng mengelus kepala belakangnya.

"Apa? Sakit? Itu tidak sesakit hatiku atas penghinaanmu, A Cheng. Wleeee" Wei Wu Xian menjulurkan lidahnya untuk meledek Jiang Cheng.

Jiang Cheng hendak berdiri untuk melampiaskan kekesalannya pada Wei Wu Xian namun segera di tahan oleh Nie Huaisang "sudah sudah. Ini nomornya, kau hubungilah"

Jiang Cheng mendengus "kenapa harus aku? Kau saja!"

Nie Huaisang, "kan bukan aku yang swipe kiri"

Jiang Cheng mengusap wajahnya kasar "eish. Kemana bocah itu pergi?"

Nie Huaisang menggedikan bahu "entahlah, mungkin di rooftop lagi"

"Apa anak itu tidak memiliki hal lain selain membolos apa?" jengah Jiang Cheng.

"Ada! Mencari kekasih. Dia sudah terlalu jenuh dengan hidup monotonnya ku rasa. Itu sebabnya dia sudah ingin memiliki kekasih, agar menemukan pelanginya" kekeh Nie Huaisang.

Jiang Cheng memutar bola mata malas "ya sudah mana nomornya pria tua itu"

Nie Huaisang tersenyum misterius "cek pesanmu, sudah kukirim kontaknya"

Jiang Cheng membuka handphone nya dan melihat isi pesan Nie Huaisang dan langsung membuang nafas "kalau bukan karena merasa bersalah pada si brengsek itu, aku tidak sudi melakukan ini" lalu segera bangkit berdiri untuk keluar kelas, selagi dosen belum memasukki kelas.

Di koridor kampus yang terbilang sepi karena jam pelajaran seharusnya sudah mulai, Jiang Cheng terus berdiri sambil terus menatap layar ponselnya, sebelum akhirnya memutuskan untuk men dial nomor yang diberikan Nie Huaisang.

Dengan gugup menunggu seberang telepon terangkat, Jiang Cheng terus menggigiti kuku jari jempol tangannya.

"Halo, siang"

Suara dalam seseorang menyahuti panggilan Jiang Cheng setelah dering ke sekian banyaknya.

"Ehm, selamat siang, apa benar dengan tuan Lan Xichen?" tanya Jiang Cheng sambil merasakan tubuhnya gemetar karena grogi entah kenapa.

"Benar saya Lan Xichen, dengan siapa saya berbicara?" jawab Lan Xichen.

Jiang Cheng berjongkok agar gemetarnya ter netralisir, lalu membenamkan wajahnya di lututnya sendiri "saya Jiang Wanyin atau dapat dipanggil Jiang Cheng. saya mendapatkan nomor anda dari teman saya bernama Nie Huaisang" ucap Jiang Cheng dengan tempo secepat – cepatnya.

Lan Xichen yang mendengar kecepatan bicara Jiang Cheng dibalik telepon justru tersenyum kecil karena lucu, dirinya seperti sedang mendengar music rap.

"Nie Huaisang? Adik dari Nie Mingjue?" tanya Lan Xichen kembali memastikan.

Jiang Cheng mengangguk.

"Halo?" panggil Lan Xichen karena merasa tidak mendapat jawaban.

Jiang Cheng, "iya kenapa?"

Lan Xichen, "seharusnya saya yang bertanya, kenapa kau tidak menjawab pertanyaanku? Apakah Nie Huaisang adalah adik dari Nie Mingjue?"

Jiang Cheng masih dalam tekukan lututnya membenamkan wajahnya pun sedikit mengeryit "aku sudah menjawabnya", lupa kalau dirinya harus berbicara formal.

Lan Xichen, "kapan?"

"Aku sudah mengangguk, apa kau tidak melih.. atnya..." Jiang Cheng merutuki kebodohannya dan memukul – mukul mulutnya "kau idiot A Cheng" gumamnya pelan yang masih terdengar Lan Xichen.

Lan Xichen tertawa kecil "tentu saja saya tidak melihatnya, karena kita tidak sedang berhadapan, Jiang Wanyin"

"Diam!" refleks Jiang Cheng yang malu. Lagi – lagi nya dirinya memukul mulutnya "maaf"

Lan Xichen masih tertawa kecil menanggapi sikap remaja yang menelponnya "ekhem, jadi ada perlu apa menelpon saya?"

Jiang Cheng menetralkan nafasnya sejenak "bisakah kita bertemu?"

Lan Xichen, "mengapa saya harus bertemu? Saya tidak mengenal anda"

Jiang Cheng rasanya ingin marah namun ditahannya "tuan tidak akan menyesal bila bertemu"

Lan Xichen, "benarkah? Apa keuntungan saya?"

Jiang Cheng, "anda juga bermain tinder untuk mencari pasangan bukan? Jadi jelas ini menguntungkan anda"

Lan Xichen, "..."

Jiang Cheng, "datanglah besok di Starbuck samping perusahaan Gusu anda, saya dan teman saya akan kesana. Diam berarti setuju dan sesungguhnya saya tidak menerima penolakkan", Jiang Cheng menunggu sekitar 3 detik dan saat tidak mendengar jawaban apapun dari Lan Xichen, Jiang Cheng langsung kembali bersuara "terimakasih, selamat siang dan sampai berjumpa besok" dan mematikan teleponnya.



TBC

One Two Three Shoots - WangXian & XiChengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang