Tinder (3)

1.7K 318 13
                                    

Hari sudah berganti menjadi hari perjanjian antara Jiang Cheng dan Lan Xichen, walau sebenarnya tidak dapat dikatakan begitu karena Lan Xichen bahkan belum menjawab apapun, namun karena Lan Xichen juga bersalah karena terdiam, maka dirinya harus bersiap diri untuk menemui seseorang yang bernama Jiang Wanyin itu.

Saat hendak meninggalkan ruangannya, dirinya tanpa sengaja berpapasan dengan Lan Wangji.

"Wangji? Apa kau mencariku?" tanya Lan Xichen pada adiknya yang terus memandangi Lan Xichen yang berpenampilan rapi. Bukan rapi nya yang membuat Lan Wangji bingung, namun kalau itu urusan pekerjaan, biasanya Lan Wangji selalu di ikut sertakan, tapi sekarang? Lan Wangji tidak bisa tidak berpikir bahwa kakaknya mungkin akhirnya memiliki kekasih.

"Bukan seperti yang kau pikirkan, Wangji. Ada orang aneh yang menghubungiku dan memaksaku bertemu" jelas Lan Xichen yang membaca tatapan aneh Lan Wangji.

Lan Wangji mendongak menatap kakaknya dengan masih terdiam.

"Ah aku jelas tidak tahu siapa dia. Hanya namanya saja yang ku tahu karena dia menyebutkannya. Mungkin kau mau ikut menemaniku?" jelas Lan Xichen lagi yang ajaibnya cocok dengan pertanyaan di kepala Lan Wangji.

Lan Wangji yang merasa khawatir pada kakaknya pun akhirnya mengangguk pelan.

Lan Xichen tersenyum "baiklah ayo. Kebetulan hanya di starbuck samping kantor" sambil menepuk pundak Lan Wangji.

***

"A Cheng?" panggil Wei Wu Xian yang datang terpisah dengan Jiang Cheng.

Jiang Cheng mengangkat tangan tanpa menoleh seolah menjawab "aku disini"

Wei Wu Xian yang melihat itu langsung duduk di sofa ber sisian dengan Jiang Cheng "A Cheng, apa ini perasaanku saja? tapi kau tampak sangat manis hari ini?" goda Wei Wu Xian.

Jiang Cheng yang sedang menyeruput vanilla latte nya tersedak "kurang ajar kau Wei Wu Xian"

Wei Wu Xian tertawa kecil "aku bersungguh – sungguh A Cheng. Aiyo apa jangan – jangan justru yang mendapatkan jodoh adalah kau, A Cheng?"

"Jangan berbicara omong kosong" protes Jiang Cheng "aku disini karena membayar kesalahanku, setelah ini, urus sendiri percintaan bodohmu"

"Bodoh ya? Awas kau menjilat ludahmu sendiri. Kau sudah lihat sendiri. Alpha Lan Xichen sangatlah menawan. Astaga, membuatku berkhayal yang tidak – tidak" goda Wei Wu Xian lagi.

Jiang Cheng mendengus "harusnya kau gelisah kalau aku seperti itu. Kan kau yang haus kasih sayang dan itu adalah calonmu, bukan aku!"

Wei Wu Xian menggendikan bahu acuh "kita tidak tahu mate kita, A Cheng"

Semua pengunjung yang berada disana, mencuri – curi pandang ke arah meja Jiang Cheng dan Wei Wu Xian, mereka merasa takjub dengan wajah rupawan omega itu. Namun tidak ada yang berani mendekatinya karena merasa minder dengan diri sendiri. Itu juga lah yang membuat Wei Wu Xian yang ingin memiliki kekasih juga kesulitan mencarinya karena tidak ada alpha yang berinisiatif mendekatinya dan harga dirinya sebagai omega sangatlah tinggi.

Bagi orang kampus, bukan sebuah rahasia lagi bahwa keluarga Jiang berada di urutan ke 3 sebagai keluarga terkaya di Tiongkok setelah keluarga Lan dan Jin.

Lalu kenapa penghuni starbuck yang tidak mengenal identitas keduanya, juga tidak berani mendekati? Karena omega pria tergolong langka dan sudah dapat dipastikan bahwa mereka tidak dilahirkan di keluarga yang 'sederhana' karena yang dapat memiliki gen keturunan melahirkan omega pria hanyalah keluarga dengan derajat yang mereka ketahui itu tinggi.

"Jadi mana mereka? Kok belum datang?" Wei Wu Xian bertanya sambil menyenderkan kepalanya pada bahu Jiang Cheng.

Jiang Cheng mengendikan bahu karena merasa risih "apa kemaluanmu sudah putus hah, bersikap manja di depan umum"

Wei Wu Xian memejamkan matanya "aku tidak pernah peduli pandangan orang, A Cheng. Yang kutahu saat ini, aku perlu merebahkan kepalaku yang lelah"

Jiang Cheng memutar bola mata malas "ini belum jamnya, seharusnya masih 15 menit lagi. Kalau begitu tidur sebentar saja"

Wei Wu Xian tersenyum tipis, dirinya hafal betul dengan tabiat saudaranya yang walau sering berkata kasar dan mengumpat, tapi sosok Jiang Cheng sebenarnya sangatlah penyayang dan perhatian, hanya saja ditujukkan pada orang – orang tertentu saja tentunya.

Benar saja, 14 menit kemudian, 2 orang pria alpha yang begitu mengundang banyak perhatian di kafe itu, menghampiri Jiang Cheng dan Wei Wu Xian yang justru sudah tertidur dan beruntungnya Wei Wu Xian karena Jiang Cheng dengan baik hati, menutupi wajah Wei Wu Xian yang tidur menganga dengan cardigan nya.

"Permisi, apa anda Jiang Wanyin?" sapa Lan Xichen pada Jiang Cheng.

Jiang Cheng yang sedang bersedekap dada sambil memejamkan matanya pun akhirnya membuka matanya perlahan dan manik ungunya langsung bersibobrok dengan manik emas Lan Xichen.

Deg

Lan Xichen merasakan aliran darahnya tiba – tiba memanas oleh sesuatu dan seketika langsung dapat mencium feromon teratai dari sosok Jiang Cheng. Tidak hanya Lan Xichen, Jiang Cheng pun demikian. Namun dirinya belum mengerti apapun mengenai 'mate' hanya segera menetralkan nafasnya.

"Apa kau sedang rut?" itulah sapaan pertama dari Jiang Cheng. membuat Lan Wangji yang mendengar, menatap tidak suka pada ketidak sopanan Jiang Cheng.

Jiang Cheng segera kembali merutuki kebodohannya "maaf tidak dapat berdiri, saudaraku sedang tertidur, anda adalah tuan Lan Xichen kan? Silahkan duduk"

Lan Xichen tersenyum dan duduk di seberang Jiang Cheng, diikuti oleh Lan Wangji yang duduk di sisi Lan Xichen "saya membawa adik saya, semoga anda tidak keberatan"

Jiang Cheng tersenyum tipis karena sopan "tidak masalah, saya juga membawa saudara saya, jadi sama saja"

Lan Xichen mengangguk pelan sambil tersenyum.

"Jadi, bagaimana anda tahu bahwa saya adalah Jiang Wanyin?" tanya Jiang Cheng menatap Lan Xichen.

Lan Xichen, "saya bertanya pada bartender karena saya sudah mencoba menghubungi anda tapi tidak di angkat"

Jiang Cheng menatap dengan raut wajah bersalah "maafkan saya, saya tidak ingat telah men silent handphone saya"

Lan Xichen menatap manik Jiang Cheng yang menurutnya mempesona itu "tidak masalah Wanyin. Dan tidak perlu berbicara terlalu formal, bukankah sekarang kita sudah mengenal?"

Jiang Cheng mengangguk kecil "akan saya coba. Dan pertanyaan pertama saya belum dijawab, karena ini cukup meresahkan saya"

Lan Xichen, "aku kamu saja, Wanyin. Dan aku tidak sedang rut, ada apa?"

Jiang Cheng mengeryit "lalu kenapa feromonmu pekat sekali?"

Lan Xichen menatap Jiang Cheng dengan penuh arti "kau bisa mencium feromonku?" Lan Xichen sudah tahu sebenarnya dengan jawaban atas pertanyaannya karena tidak hanya Jiang Cheng, Lan Xichen pun dapat mencium feromon Jiang Cheng, jadi sudah dipastikan Jiang Cheng juga dapat mencium feromonnya.

Lan Xichen hanya menjawabnya dengan tersenyum yang membuat Jiang Cheng hendak protes jika lenguhan Wei Wu Xian tidak mendistraksinya.

"Ugh" Wei Wu Xian menurunkan cardigan yang menutupi wajahnya. Dengan wajah sayu sehabis bangun tidur, dirinya langsung bertatapan dengan Lan Wangji karena posisinya yang tepat bersebrangan.

Deg

Manik merahnya masih menatap linglung sekelilingnya. Dan dengan kecanggungan maksimal dirinya tersenyum kikuk "maaf"



TBC

One Two Three Shoots - WangXian & XiChengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang