Pretty Eyes (1)

6.2K 450 44
                                    

Kemacetan kota membuat pemuda yang sedang terduduk manis di kursi penumpang belakang, memandang sinis pada jalanan padat. Seperti hari – hari biasa yang selalu dilaluinya namun selalu membuat harinya yang sudah monoton, semakin menjengahkan.

"Tuan, sepertinya ada kecelakaan didepan, kemungkinan kita akan terlambat" ucap Wen Ning sang sekretaris yang duduk di samping supir. Lan Wangji hanya meliriknya sekilas namun tetap tidak ada ucapan apapun.

Wen Ning yang mengerti hanya mengambil telepon selulernya untuk menghubungi seseorang, menginformasikan keterlambatan bos nya.

Tanpa di duga, Lan Wangji membuka pintu lalu turun untuk keluar mobilnya, berjalan kedepan ke arah kecelakaan itu terjadi. Wen Ning yang bingung, mengikuti bos nya turun "tetap jalan perlahan, kita bertemu di lampu merah depan" pinta Wen Ning pada sang supir sebelum benar – benar pergi menyusul Lan Wangji.

Segerombolan orang mengelilingi satu subjek yang terduduk di trotar itu, dapat dilihat Lan Wangji, seseorang sedang menangis memeluk seseorang yang lain yang tampak tak sadarkan diri.

"Tolong. Ku mohon siapapun tolong adikku" tangis pilu seorang pria omega yang manis, bergigi kelinci dengan manik mata merahnya yang memandang kosong sekelilingnya.

Lan Wangji sempat bingung, mengapa tidak ada seorang pun yang membantunya. Kala Lan Wangji melangkah mendekat. Dapat dilihatnya pemuda yang menangis itu meletakkan adiknya dan sedikit merangkak, meraba jalanan sebelum tidak sengaja menyentuh sepatu pantofel nya dan tangan putih itu dengan gemetar meremas kain celana bawah Lan Wangji.

"Tuan atau nyonya, ku mohon, tolong adikku, ku mohon" ucap pemuda itu sambil terus terisak khawatir..

Wen Ning mencoba mendekati untuk melepaskan tangan pemuda itu dari celana bosnya namun tatapan Lan Wangji menahannya ditempat.

Lan Wangji berjongkok agar menyetarakan wajahnya pada wajah pemuda yang menangis itu. Lan Wangji dapat melihat jelas sekarang, pemuda itu cantik dan manis, tahi lalat di bawah bibir juga gigi kelincinya. Diantara itu semua, matanya lah yang paling mencolok, manik mata merah yang mempesona, tapi sangat disayangkan Lan Wangji, mata itu buta.

"Wen Ning, bantu dia" perintah Lan Wangji dengan masih berfokus pada wajah cantik dan manis didepannya. Wen Ning sempat terkaget dengan perintah Lan Wangji namun segera menuruti.

"Te..terimakasih tuan. Terimakasih" lalu pemuda bergigi kelinci itu meraba kaki adiknya sebelum akhirnya kembali merengkuh tubuh kecil adiknya.

Wen Ning membantu membopong sang adik melupakan kakaknya yang buta. Ditengah keramaian itu, pemuda itu hampir terjatuh karena berusaha menggapai adiknya.

Lan Wangji yang menyadari ketakutan di wajah pemuda itu segera meraih tangannya untuk diletakannya di atas lengannya, membantunya.

Pemuda itu sempat terkejut dan reflek melepaskan pegangannya.

"Adikmu di mobilku" ucap Lan Wangji. Seketika pemuda itu sedikit merileks dan mengangguk pelan.

"Maaf merepotkanmu tuan" sambil menampilkan senyum terimakasihnya. Lan Wangji sempat tertegun sejenak namun segera menepiskannya.

"Tu.. Tuan. Maafkan aku, apakah disekitar sini ada tasku? Warnanya hitam. Maaf, aku tidak dapat melihat, aku kesulitan mencarinya" cicit pemuda itu.

Lan Wangji langsung menyisir sekitar dan melihatnya "tunggu disini" lalu melepaskan tangan pemuda itu sebentar untuk mengambil tas hitam yang tampak sudah sangat lusuh itu.

Lan Wangji kembali meraih tangan pemuda itu dan kembali meletakkan tangan pemuda itu di lengannya "tasmu sudah bersamaku"

Pemuda itu mengangguk sambil tersenyum "terimakasih banyak, maaf merepotkanmu"

One Two Three Shoots - WangXian & XiChengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang