Bagian 4

327 43 3
                                    

“Kau tahu, kalau semuanya sudah direncanakan? Sesuatu yang besar akan menantimu di ujung, sekarang nikmati masa-masa menyakitkanmu dahulu, setelah nantinya akan menghadapi kesakitan yang lebih besar.”

****

Hera tidak benar-benar tahu, apa yang bayinya inginkan sekarang. Yang ia tahu, ia hanya ingin makan ice cream rasa vanilla, tapi di sisi lain, untuk pergi membeli ice cream saja rasanya sangat malas, karena pertama, toko ice cream itu memang tidak jauh dari rumahnya, tetapi sekarang sudah menunjukkan pukul 21:39, yang berarti tokonya akan tutup setengah jam lagi. Hera pun juga takut keluar saat malam, karena belakangan ini sedang marak terjadi kasus pembunuhan yang dilakukan pada malam hari, meskipun lokasi kejadian sangat jauh dari rumah Hera. Tapi, siapa yang tahu kalau bahaya sedang mengintai, bukan?

Hera memutuskan untuk berdiam diri saja di kamarnya, ice cream yang ia inginkan digantikan dengan secangkir kopi yang aromanya menyeruak masuk ke indra penciuman miliknya, wangi sekali. Hera harus menahan diri untuk beberapa jam lagi, menjelang siang. Agar nantinya ngidamnya itu tertuntaskan. Untuk saat ini, cukup kopi saja sudah bagus.

Ya, meskipun tidak bagus juga, karena menyebabkan Hera tidak bisa tidur. Beruntung, laptopnya bisa berguna saat ini, Hera jadi tidak bosan-bosan banget karena bisa streaming movie kesukaannya, jika ia sulit tidur.

Wanita yang diketahui bernama lengkap Kim Hera itu pun lantas berdiri dari kasurnya dan berjalan menuju meja belajarnya, tempat di mana ia meletakkan laptopnya itu. Namun, benda canggih itu tidak ditemukan di sana.

"Ahh!" katanya saat ia menyadari, sepertinya ia memindahkannya kemarin, dan membawanya ke ruang tamu.

Lantas tanpa menunggu lama, Hera membawa tungkai jenjang miliknya menuju ruang tamu. Beruntung, benda itu memang ada di sana, lebih tepatnya di atas meja di depan TV.

Mengambil benda segi empat itu, dan ingin kembali ke kamarnya, namun terhenti saat ia mendengar suara pintu rumahnya yang seperti akan dibuka.

Hera terdiam di tempatnya, merasa tegang, karena memikirkan siapa yang berada di balik pintu tersebut, dan kenapa ia mencoba untuk membuka pintu rumah orang lain? Di malam hari? Jika itu tamu, lalu kenapa seperti mencoba menerobos masuk tanpa ketahuan?

Tunggu, apa jangan-jangan ... itu pencuri? Atau bahkan ... pembunuh yang ada di berita yang ia tonton pagi tadi?!

Astaga! Hera semakin menegang, keringat dingin mulai bercucuran, dadanya terasa sedikit sesak hanya untuk mengambil oksigen. Pikirannya sudah jauh terbang, menerka-nerka apa yang terjadi pada dirinya setelah seseorang itu berhasil menyelinap? Apa ini detik-detik terakhir dalam hidupnya?

Hera tidak bisa bergerak, rasanya sangat lemah hanya untuk mengangkat kakinya dan bersembunyi di kamar, atau di bawah kolong ranjang nya. Jangankan mengangkat kaki, berkedip saja tidak, bahkan kini bulir-bulir bening itu mulai keluar dari sudut rentina indahnya, entah itu karena sangat ketakutan, atau karena Hera tidak berkedip sejak tadi. Entahlah. Hera bingung, rasanya seperti sama saja sekarang.

Ceklek.

Pintu terbuka. Menampilkan sesosok pria yang menggunakan Hoodie kebesaran berwarna hitam polos, kupluk Hoodie tersebut menutupi kepala dan sebagian wajahnya, membuat Hera sulit untuk mengenali orang itu.

Hera meneguk ludahnya, dan mulai gemetar saat melihat sebuah bingkisan ditangan pria itu.

Mungkinkah isinya adalah pisau, dan segala macam barang yang akan digunakan untuk membunuh, kemudian memutilasi tubuh kurusnya?

Ah, Hera tidak bisa berpikir jernih. Segala perkiraan buruk menyapa otak nya. Menduga-duga, dan sedikit mencoba merasakan, bagaimana rasanya saat benda tajam nan runcing itu menembus kulitnya dan menusuk tepat ke jantungnya? Apakah akan sangat sakit?

Move to Hell [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang