~4~

9 2 3
                                    

saat ini rajen hanya diam di kamarnya hanya merenungkan gimana dia kedepannya nanti, saat sedang kacau pikirannya ibunya datang ke kamar rajen, ibunya tau bahwa rajen pasti sangat takut menghadapi kehidupan selanjutnya nanti apalagi dia mempunyai trauma pada laki-laki

"mamah tau kamu takut jen, kalo kamu terus-terusan takut gimana mau sembuh?, anggep aja ini proses kamu buat sembuh dari trauma kamu, mamah selalu ada buat kamu"

rajen hanya tersenyum miris mendengarnya ia sendiri tidak yakin pada keputusannya dan ia masi belum tau apapun tentang mazen hanya di mimpi dan dia menganggap mazen hanya bisa ia gapai di mimpinya, tapi siapa yang tau kedepannya akan seperti apa

sore ini setelah selesai dari jalan-jalannya di taman rajen segera membersihkan diri dan bersiap untuk pertemuan keluarganya dan keluarga mazen

'gua cewe yang bosenin, kaku, mana ada yang tahan sama gua'

kini setelah selesai membahas tentang perjodohan mazen dan rajen, mazen mengajak rajen untuk ke belakang halaman rumahnya untuk mengobrol

"kakak kenapa setuju?" ucap rajen saat baru sampai di halaman, mazen yang mendengar menoleh ke arah rajen yang sedang menatpnya dengan tatapan sebelumnya datar dan dingin

"mungkin ini cara saya buat bahagiain orang tua saya, kamu ragu sama saya?"

"ga"

"kamu banyak banget sembunyiin masalah ya, pinter banget sembunyiin kesedihan kamu, saya tau kamu sebenernya mau banget nangis yang kenceng tanpa peduliin hal di sekitar kamu saya tau kamu mau teriak sepuas kamu, dan saya tau kamu mau ada seseorang yang meluk kamu, i know how you feel starla"

rajen yang mendengar perkataan mazen berusaha payah untuk menahan air matanya walaupun sudah berkaca-kaca

"cukup ka, mending kita masuk aja pembahasannya mulai gajelas" elak rajen yang hendak kembali ke ruang keluarga "jangan sembunyi terus rajen starla, kamu boleh peluk saya semau kamu" ucap mazen membuat langkah rajen terhenti sebentar sebelum akhirnya melanjutkan jalannya

saat kembali di ruang keluarga rajen masi setia membungkam menyaring semua perkataan mazen dan ibunya tadi pagi

"gimana kalo pernikahannya akhir bulan ini?"

"2 minggu lagi dong pak"

"di bilang panggil nama aja kalo ga di kantor zar"

"kebiasaan di kantor vin"

"mazen sama rajen gimana setuju?"

rajen menoleh pada mazen yang juga menoleh pada rajen "kamu setuju?" tanya mazen "i-iya" jawab rajen ragu

"yeah dad, we agree"

minggu pagi-pagi rajen bangun untuk joging di pagi hari ini lumayan masi sepi dan taman pun hanya sedikit orang yang berolahraga

rajen rehat sejenak menghilangkan penat di tubuhnya, pikirannya kembali sibuk dengan kejadian kemarin benar-benar pilihan yang berat dan kenyataan yang sulit, ia tidak pernah berfikir bahwa hidupnya akan seperti ini mengingat sifatnya saat belum sekolah sangatlah ceria selalu tersenyum dan ramah pada semoa orang

pribadi yang banyak di gemari semua orang karna senyuman dan kelembutannya, berbeda jauh dengan dirinya yang sekarang, hebat sekali orang-orang itu mampu mengubah seseorang menjadi pribadi yang dingin, flat kemana senyuman itu? kemana kelembutan itu? semua terkubur sangat dalam

pembullyan saat anak-anak memang sering di anggap sepele

"mereka cuma bercanda"

"namanya anak kecil pasti nakal, jangan baper gitu doang"

I found you in the dark [hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang