11. LABRAK

3.8K 205 3
                                    

11. LABRAK

Liburan semester sudah berakhir, hari ini adalah hari pertama masuk sekolah. Loli sudah siap, seragam dan atribut lainnya sudah terpakai rapih di tubuhnya. Cewek itu meraih tas berwarna abu-abunya yang tergeletak di kursi meja belajar lalu menggendongnya.

“Gak kerasa udah mulai sekolah lagi.” Loli menghela nafas pelan. “Padahal masih pengin rebahan sambil halu.”

Sudah hampir jam enam, Loli harus segera berangkat agar tidak terlambat. Berangkat menggunakan sepeda membuat dirinya harus berangkat lebih pagi agar belum banyak kendaraan bermotor di jalan raya.

“Loli, lo itu gak boleh males-malesan. Lo harus semangat belajar biar jadi orang yang pinter. Terus lo bisa wujudin impian terbesar lo.” Loli tersenyum menyemangati dirinya sendiri, seperti biasa.

Loli keluar dari kamarnya lalu mengecek seluruh pintu rumah sudah ditutup atau belum. Setelah itu dia keluar dari rumahnya, tak lupa ia mengunci pintu utama. Rumah kosnya memang kecil, tapi sangat nyaman untuknya.

Selesai mengunci pintu, Loli membalikkan tubuhnya. Dia masih tersenyum sebelum akhirnya membulatkan mata. Ternyata Angga sudah berada di depan rumahnya, menatap dirinya sambil bersedekap dada. Cowok itu tersenyum kepada Loli.

“Lo ngapain di sini?” tanya Loli. Dia masih tidak percaya akan kehadiran Angga di rumahnya, sepagi ini.

Angga tertawa pelan. “Jemput lo, kita berangkat bareng ke sekolahnya.”

“Kenapa mesti jemput segala sih? Gue bisa berangkat sendiri,” balas Loli.

“Gak pa-pa, pengin aja.”

“Gue kan pacar lo,” lanjut Angga.

“Pacar?” beo Loli. Wajahnya kebingungan layaknya orang yang tidak tau apa-apa.

“Lo gak inget kalo kita udah jadian waktu itu?” Dahi Angga mengkerut heran.

“Bukannya kita udah putus?” tanya Loli. “Lo bilang kalau lo pacaran sama gue cuma mau mengenal lebih dalam tentang gue, jadi kita bisa temenan aja kan?”

“Lama kelamaan juga pasti lo bakal ngenalin gue sampai akar-akarnya,” lanjut Loli.

“Waktu itu gue nolak, lo juga setuju. Kenapa sekarang malah ngomong gini?” Angga menatap manik coklat milik Loli.

Loli menghela nafas pelan. “Jujur, gue takut lo cuma mau nyakitin perasaan gue doang. Gue takut gue baper sama lo terus lo pergi ninggalin gue. Pasti sakit banget rasanya.”

“Seperti yang lo lakuin ke Amanda,” lanjut Loli lembut.

Angga memegang bahu Loli, menatap dengan wajah serius, berusaha meyakinkan Loli. “Gue gak ada baperin atau kasih perhatian ke dia sama sekali.”

“Ada bukti?” Loli masih ragu dengan ucapan Angga barusan. Biasanya cowok itu pandai bohong.

Angga segera mengambil ponselnya dari saku celana abu-abunya. Mencari bukti ribuan chat dari Amanda yang tidak pernah dia baca, apalagi sampai dibalas. Angga menunjukkan itu kepada Loli.

"Good morning, Sayang."

"Kamu lagi apa?"

"Besok jalan yuk?"

"Aku mau bobo, kamu jangan begadang dan jangan main game terus. Aku gak suka😡."

"Aku lagi pms, perut aku sakittt bangett."

Begitulah kira-kira chat dari Amanda ke Angga. Loli sampai keheranan sendiri, ribuan chat tidak dibalas tapi Amanda tidak pernah bosan mengirimi chat kepada Angga.

ERLANGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang