6. SYARAT

4.8K 220 4
                                    

6. SYARAT

Citra keluar dari kelasnya untuk membuang sampah kertas ke tong sampah yang ada di depan kelas. Ia tidak sengaja melihat Angga sedang berdiri agak jauh dari sana, cewek itu berfikir kalau Angga ingin menemui Amanda.

Dengan cepat Citra berlari menuju Amanda yang sedang duduk dan menidurkan kepalanya di atas meja. Citra menyentuh bahu Amanda pelan. Ia tidak tahu kenapa Amanda terlihat aneh hari ini. Mungkin ada sedikit masalah.

“Man, ada Angga tuh di depan, kayaknya mau ketemu sama lo.” Nada suara Citra terdengar sangat girang tapi pelan.

Amanda langsung mendongak. “Serius lo Cit?”

Citra mengangguk, Amanda pun bergegas lari menghampiri Angga ke depan. Ia berfikir kalau Angga akan meminta maaf kepada dirinya karena perlakuannya kemarin. Langkahnya terhenti ketika melihat Angga dan Loli sedang kejar-kejaran merebutkan ponsel Angga.

Cewek itu mengepalkan kedua tangannya, emosi. “Oh jadi karena dia Angga minta putus sama gue, oke lo lihat aja nanti Li.”

****

Dari tadi Loli sudah tidak tahan karena terus-terusan diledek oleh Angga. Cowok itu menunjukkan fotonya dan selalu melontarkan kata 'monyet' berulang kali. Kalau di sana hanya ada Angga dan Loli mungkin masih bisa sabar, tapi ini adalah tempat umum. Di sekolah. Banyak siswa yang melihat dan mendengar semua itu.

“SINIIN HAPE LO, ANGGA!” teriak Loli. Ia berlari mengejar Angga meski langkah kakinya tidak sebanding dengan langkah kaki Angga.

Tiba-tiba Angga berhenti, membuat Loli tak sengaja menabraknya. Angga membalikkan tubuhnya agar berhadapan dengan Loli. “Lo tau nama gue?“

“Ya taulah!” jawab Loli cepat.

“Jangan-jangan, lo itu suka ya sama gue?”

Mata Loli mendelik. “Pembahasan lo mulai melenceng ke mana-mana ya, dasar bocah prik!”

Sudut bibir Angga terangkat. “Kayaknya bakal bagus deh kalau gue pajang foto ini di semua sudut sekolah ini. Pasti mereka terpesona banget deh pas lihat foto ini, secara kan lo lagi cantik banget di sini,”

“Mirip monyet,” lanjut Angga.

“Bener-bener lo ya!” Loli menarik rambut Angga sekuat mungkin.

“Aduh sakit Loli!” Angga meringis kesakitan, kulit kepalanya terasa perih karena ulah Loli.

“Hapus fotonya atau lo bakal gue jambak rambut lo sampe botak?” Tangan Loli masih menarik rambut Angga tanpa ampun.

“Iya gue hapus.” Ucapan Angga ini membuat Loli dengan mudah melepaskan jambakan mautnya. “Tapi boong,” lanjut Angga.

Mata Loli terbelalak, bagaimana bisa dia sebodoh ini dengan mempercayai ucapan Angga begitu saja tadi.

“GAK BISA GITU DONG SAMSUL, GUE BEJEK JUGA LO LAMA-LAMA!” gertak Loli.

“HAPUS FOTONYA!”

“ANGGA HAPUS FOTONYA!”

“HAPUS FOTONYA ANGGA!”

“ANGGA GUE MALU TAU!”

Dari tadi Angga hanya menatap Loli dengan sedikit senyuman manis di bibirnya.

“Angga tolong hapus fotonyaa.” Lelah berteriak, kali ini Loli merengek memohon kepada Angga.

“ANGGA LO BUDEK YA? KOK LO DIEM AJA SIH?”

“Siapa bilang gue diem aja? Gue cuma lagi liatin lo ngerengek kayak anak kecil, lucu.” Angga menatap Loli dengan tatapan penuh arti.

“Bapak lo tuh lucu,” balas Loli jutek. Dia sudah sangat lelah memohon kepada manusia aneh seperti Angga.

ERLANGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang